Jumat, 06 November 2015

BANI ABBASIYAH




Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Bani Abbasiyah merupakan dinasti islam yang berdiri setelah dinasti Bni Umayah. Kekuasaan Bani Abbas berlangsung dalam retang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya yang berkembang pada waktu itu.
Berdasarkan peubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan umumnya membagi masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah ini menjadi lima periodde:
1.      Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengeruh Persia pertama.
2.      Periode Kedua (232H/847M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.      Periode Ketiga (334 H/945 M) – 447 H/1055 M), masa pemerintahan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga maasa pengaruh Persia kedua.
4.      Periode Keempat (447 H/1055 M) – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.      Periode Kelima (590 H/1194 M) – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, akan tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis para khalifah pada periode pertama ini betul tokoh – tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini berhasil dalam semua aspek kehidupan, ilmu pengetahuan berkembang secara pesat, peradaban semakin maju dan kota Baghdad menjadi pusat peradaban dunia saat itu.
Berdirinya Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari beberapa tokoh penting diantaranya adalah Abu Al Abbas As Saffah, khalifah pertama sekaligus pendiri bani Abbasiyah, Abu Ja’far Al Manshur dan Abu Muslim Al Khurasani. Mereka adalah para tokoh penting yang sangat berpengaruh dalam menggalang kekuatan untuk meruntuhkan kekuasaan Bani Umayah.
Pada awalnya isu yang diangkat oleh Bani Abbasiyah untuk menggulingkan kekuasaan Umayah adalah dengan menggunakan Bani Muthalib bukan Abbas. Isu ini berhasil memberikan simpatik kepada para penganut syiah dan mawali yang kala itu merupakan kelompok minoritas dan warga kelas dua dalam pemerintahan umayah. Bergabungnya beberapa kekuatan politik dan kelompok ini berhasil menggulingkan kekuasaan Umayah yang berdiri kurang lebih selama 90 tahun.
Masa pemerintahan Abu Abbas as Safah, pendiri daulah ini sangatt singkat yaitu berkisar antara tahun 750 M – 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari dinasti ini adalah Abu Ja’far al Manshur (754 – 775 M). Dia berjuang keras untuk menstabilkan kekuasaan Bani Abbas. Pada masa ini pula kelompok – kelompok yang melakukan gerakan oposisi sebagai bentuk penentangan terhadap berdirinya daulah baru ditumpas. Gerakan syi’ah, khawarij dan sisa – sisa kekuatan umayah berhasil dipadamkan.
Pada awalnya, ibu kota negara adalah Al Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al Manshur memindahkan pusat pemerintahan yang baru dibangunnya di Baghdad, dekat kota Persia,Ctesiphon, tahun762 M. Di ibu kota yang baru ini dia melakukan konsolidasi dan melakukan penataan dan penertiban tata pemerintahannya.
Di masa Al Makmun diangkatlah beberapa orang untuk menduduki jabatan dilembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat seorang wazir sebagai koordinator departemen. Wazir yang pertama diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibnu Abdurrahman sebagi hakim pada lembaga kehakiman negara. Pada masa ini pula jawatan pos yang sudah ada sejak masa pemerintahan daulah umayah ditingkatkan perannya dengan tambahan tugas. Kalua pada masa pemerintahan Umayah, jawatan pos hanya sekeddar mengantarkan surat, pada masa Al Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi didaerah – daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos harus melaporkan tingkah laku gubernur kepada pemerintah pusat (khalifah).
Selain melakukan pembenahan terhadap sistem administrasi dan kenegaraan, Al Manshur juga berusaha menaklukkan kembali daerah – daerah yang sebelumnya melepaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan didaerah perbatasan. Diantara usaha usaha itu adalah merebut benteng – benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Ciciliapada tahun 756 – 758 M. Ke utara , bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Pada masa pemerintahan Al Makmun ini pula kata khalifah mengalami perubahan pengertian. Dia berkata “Innama ana sulthanullahi fil ardli” ( sesungguhnya aku ini adalah penguasa Allah di bumi). Dengan demikian para khalifah bani abbasiyah generasi berikutnya menganggap bahwa jabatan khalifah bukan sekedar pilihan manusia, pelanjut dakwah nabi lebih dari itu  khalifah merupakan mandat langsung dari Allah.
Daulah Bani Abbasiyah mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar Rasyid (786- 809 M) dan puteranya Al Makmun (813- 833 M). Khalifah Harun Ar Rasyid banyak menggunakan harta kekayaannya untuk keperluan sosial. Pada masa pemerintahannya dibangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi. Setidaknya sudah ada sekitar 800 orang dokter kala itu. Disamping itu pemandian pemandian umum juga dibangun. Tingkat kesejahteraan dan kemakmuran tertinggi terwujud pada masa ini.
Khalifah – khalifah Bani Abbas juga dikenal sebagai khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al Makmun, pengganti Ar Rasyid melakukan penerjemahan buku – buku berbahasa asing kedalam bahasa arab. Untuk menerjemahkan buku – buku berbahasa Yunani beliau tidak segan – segan menggaji penganut agama kristen dan agama lain. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satuu karya yang monumental adalah pendirian Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan dan sekaligus perguruan tinggi.
Kemjauan Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari peran khalifah yang sangat sentral dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. Disamping itu hal ini juga dipengaruhi oleh dua faktor:
1.      Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa – bangsa lain yang dahulu mengalami perkembangan dlam bidang ilmu pengetahuan.
2.      Gerakan penerjemahan yang terjadi dalam tiga fase. Fase pertama adalah pada masa pemerintahan Al Manshur hingga Harun Ar Rasyid. Fase kedua adalah mulai khalifah Al Makmun hingga tahun 300 H. Fase ketiga adalah setelah tahun 300 H terutama setelah ditemukannya kertas.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara yang tak tertandingi oleh negara yang lain. Kemajuan islam tidak hanya terbatas pada bidang fisik dan kekuasaan semata, akan tetapi dalam seluruh aspek dan lini kehidupan. Banyak ilmuwan yang muncul pada masa ini. Buku- buku dikarang, sekolah – sekolah didirikan, rumah sakit dan fasilitas umum menjadi prioritas utama khalifah disamping dakwah dan perluasan wilayah.


Khalwat




Khalwat artinya menyepi atau bersemedi. Khalwat adalah salah satu kebiasaan penganut sufi dalam rangka membersihkan hati dan pikiran dari pengaruh – pengaruh keduniaan. Para penganut sufi mengasingkan diri agar mereka bisa focus dalam berkontemplasi dan beribadah pada Tuhan.
Kebiasaan berkhalwat sebenarnya sudah lama berkembang dalam tata kehidupan manusia, hanya saja istilah ini mulai popular seiring dengan berkembangnya tasawuf. Pada masyarakat jawa misalnya kebiasaan khalwat ini disebut dengan istilah semedi atau bertapa. Semedi atau bertapa ini biasanya dilakukan di gua – gua atau di gunung – gunung yang jauh dari keramaian agar mereka mendapatkan keheningan untuk bermeditasi. Kebiasaan ini dilakukan oleh para pertapa dan Begawan untuk mendapatkan kesaktian dan pencerahan.
Sebelum menerima wahyu pertama yang merupakan tanda diangkatnya rasulullah saw sebagai nabi dan rasul, rasulullah juga melakukan khalwat untuk bertahannus. Beliau menuju ke gua hira’ di atas jabal nur untuk bertahannus. Tahannus adalah meluangkan waktu untuk bermeditasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta. Puncak daru tahannus itu adalah bertemunya rasulullah saw dengan malaikat jibril yang membawa wahyu surat al ‘alaq ayat 1 – 5. Dengan turunnya surat ini resmilah rasulullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.
Demikian halnya dengan kehidupan para sufi. Para penganut sufi melakukan perjalanan dalam rangka menemukan kesejatian hidup di dunia. Mereka melakukan usaha dengan sungguh – sungguh agar terhindar dari pengaruh dunia yang profane dan penuh dengan kefanaan.
Pada dasarnya seorang sufi tidak harus melakukan khalwa “dalam arti menyendiri atau bersemedi” di gua – gua, atau ditempat – tempat yang jauh darui keramaian. Khalwat dapat dilakukan dengan cara mengosongkan hati dan pikiran dari pengaruh dunia dan mengisinya dengan dzikir kepada Allah. Inilah hakikat khalwat yang diinginkan oleh kaum sufi.
Akan tetapi bagi orang yang masih memulai dan sulit bagi mereka untuk menutup telinga, mata, pikiran, dan hati mereka dari pengaruh dunia, khalwat “menyepi” dibutuhkan dalam rangka melatih dan menumbuhkan khalwat yang sebenarnya. Hal ini diperlukan karena menata hati dan pikiran bukanlah hal yang mudah. Ketrampilan berkhalwat dalam keramaian dan ramai dalam kesepian memerlukan waktu yang tidak sebentar. Ketekunan, kesabaran atas segala godaan adalah kunci bagi terwujudnya kebiasaan khalwat yang sebenarnya.
Mudah – mudahan Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita, sehingga kita dapat mewujudkan sikap batin yang selalu bersama dengan Allah fii kulli haali wazamaan… amin ya mujibas sailin…
Wallahu a’lam bish shawab…..

Rabu, 04 November 2015

Ingin Berhasil?

Zaman sekarang banyak anak muda salah pergaulan. Banyak diantara mereka terjebak dalam pergaulan yang salah sehingga mereka terjebak dalam kehidupan glamour yang tak berkesuddahan.
Waktu yang semestinya dimanfaatkan untuk mencari bekal di kehidupan mendatang justru mereka gunakan untuk hal - hal yang tidak bermanfaat dan tidak berguna. Ilmu yang seharusnya mereka kumpulkan justru ditinggalkan karena tergiur dengan kenikmatan sesaat.
Ingin berhasil? Tentu jika ditanya mereka semua ingin berhasil. Akan tetapi sayang mereka seringkali melupakan jalan - jalan menuju keberhasilan itu. Keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Keberhasilan harus diperjuangkan meski hasil akhirnya Tuhanlah yang akan menentukan.
Sesungguhnya kehidupan didunia ini adalah tempat untuk menjalankan perjanjian kita dengan Dia Yang Maha Mencipta. Ketika dialam ruh kita ditanya; "Apakah AKU ini Tuhanmu?". Semua kita menjawab; "Ya Engkau adalah Tuhan kami, kami bersaksi atas hal itu." Maka sesunguhnya kehidupan ini adalah dalam kerangka membuktikan persaksian kita kepadaNya.
Berhasilkah kita? Jawabanya adalah terserah kepada kita. Apakah dalam mewujudkan perintah Tuhan kita bersungguh - sungguh untuk merealisasikanya ataukah tidak. Banyak pemuda yang mempunya motto salah dalam hidupnya. Mereka bilang, "Muda kaya raya, tua foya - foya, mati masuk surga". 
Motto yang aneh. Adakah kehidupan yang seperti itu akan berhasil? Sulit rasanya bila dicerna dengan akal sehat. Mudah - mudahan kita termasuk orang berhasil. Berhasil didunia lebih - lebih diakhirat.

Senin, 02 November 2015

Sabar, Mudah Diucapkan Sulit Di Praktekkan

Sabar adalah sikap mampu menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disenangi nafsu. Sabar mudah dan ringan saat kita ucapkan namun sulit untuk kita praktekkan dalam kehidupan sehari - hari.
Sabar termasuk salah satu sifat terpuji. Sifat ini hanya dimiliki oleh orang - orang yang telah mendapatkan hidayah dan petunjuk Allah SWT.
Ada tiga jenis sabar, yaitu sabar dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan maksiyat dan sabar dalam menahan marah. 
Pertama, sabar dalam mengerjakan perintah Allah, adalah sikap sabar kita ketika sedang melaksanakan perintah Allah SWT. Disaat kita sedang beribadah seringkali kita tidak dapat bersabar dalam menjalankan ibadah tersebut, sebagai akibatnya kita seringkali terburu - buru dalam menjalankan ibadah, tidak khusu' dan mudah merasakan capek dan payah dalam mengerjakan ibadah. Kondisi ini menunjukkan bahwa kita masih belum bisa bersabar disaat kita sedang menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
Kedua,sabar dalam menahan maksiyat. Seringkali kita dihadapkan pada bujuk rayu setan yang menggiurkan. Maka hendaknya kita selalu mawas diri terhadap apa yang menjadi bujuk rayu setan dan hawa nafsu. Ingatlah selalu bahwa kenikmatan dan kebahagiaan yang dijanjikan oleh setan hanyalah sementara sementara kebahagiaan yang dijanjikan Allah adalah kekal selama - lamanya.
Ketiga, sabar dalam menahan marah. Setiap manusia pasti pernah mengalami keadaan dimana emosi bergejolak  disebabkan karena ada hal yang tidak sesuai dengan harapan yang ia inginkan,Tekanan keras dari luar seringkali membuat orang marah dan ingin meluapkan kemarahan itu dengan segenap kekuatan yang dimiliki tanpa mampu berfikir secara sehat. Saat marah hendaklah ketika kita sedang berdiri segera kita duduk, bila marah belum juga reda maka berbaringlah, jika masih tetap ada maka berwudlulah, karena kemarahan itu berasal dari syaithan yang diciptkan dari api, maka padamkanlah api kemarahan itu dengan dinginnya air wudlu.
Maka sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita berlaku sabar dalam setiap kehidupan kita. Kesabaran menjadi tolok ukur seberapa kemampuan kita didalam mengikuti tuntunan - tuntunan Allah, ketaatan kita kepadaNya dan kepada Rasulullah SAW manusia pilihan yang menjadi kekasihNya. Mudah - mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah untuk selalu bersikap sabar dalam kehidupan kita. Amin. 
Allahu A'lam

Kunci Kebaikan Dunia Akhirat

Setiap manusia sudah barang tentu mengharapkan segala kebaikan baik di kehidupannya selama di dunia maupun akhirat. Namun untuk meraih kebaikan baik didunia maupun akhirat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan kita. Untuk meraih kebaikan dalam kedua kehidupan ini harus dilakukan dengan penuh perjuangan.
Para ulama' menyebutkan bahwa :
الإقبال على الله بشدة الذل والظلم والإنكسار أصل كل خير دنيوي أو أخروي
"menghadap kepada Allah dengan penuh perasaan hina, dzalim dan merasa butuh terhadap pertolongan Allah adalah pokok segala kebaikan dunia maupun akhirat".
Qaul ulama' diatas menunjukkan bahwa kunci dalam meraih kebaikan baik di dunia maupun akhirat ada tiga, yaitu:
1. Syiddati al Dzulli, yakni perasaan sangat hina. Merasa hina karena perbuatan dosa yang kita lakukan yang tak terbilang berapa banyaknya.
2. Syiddati al dzulmi, yakni perasaan sangat dzalim. merasa bahwa kita adalah orang yang terlalu banyak berbuat dzalim, baik kepada diri, sesama lebih - lebih kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW
3. Syiddati al Inkisar, yakni merasa sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT.
Banyak sekali orangg yang memohon dan berdo'a kepada Allah akan tetapi lupa akan adab dan tata kerama dalam berdo'a. Sering kita meminta kepada Allah akan tetapi masih ada perasaan kesombongan dalam diri kita sehingga Allah urung mengabulkan apa yang menjadi permohonan kita.
Bila seseorang telah memenuhi ketiga hal diatas, insya Allah itu merupakan tanda bahwa dia akan mendapatkan segala kebaikan, baik kebaikan dalam kehidupan dunia ini lebih - lebih kehidupan di akhirat kelak. Mudah - mudahan kita bisa menjadi orang yang selalu sadar kepada Allah, selalu mendapat tuntunan rasulullah saw dan mudah - mudahan kita menghadap kepada Allah dengan husnul khatimah, dimasukkan ke surganya Allah fi zumratil anbiya' wal mursalin, wal auliya' wasyuhada' wa shalihin. Amin ya mujibas sailin... Allahu A'lam.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Taslim

Dalam proses perjalanan menuju wusul ilallah seseorang yang menghenaki sadar kepada Allah harus memiliki seorang guru. Hal ini mutlak iperlukan mengingat bahwa perjalanan spiritual yang dilalui seorang salik tidaklah mudah sebagaimana perjalanan pada umumnya.  Perjalanan itu penuh dengan liku - liku yang apabila tidak ada seseorang yang menunjukkan boleh jadi mereka tersesat ke dalam jalan iblis dan setan la'natullah.
Untuk menuju kepada Allah seseorang harus melalui jalan panjang. Orang yang menempuh jalan menuju kepada Allah ini dalam dunia thariqah disebut dengan salikin atau muridin.
Dalam perjalanan spiritualnya seorang salikin dibimbing oleh seorang mursyid. Mursyid adalah seorang guru spiritual yang menuntun seorang salikin dalam perjalanannya menuju kepada Allah SWT.
Salah satu hal yang harus dilakukan sebagai syarat bagi seorang yang ingin wusul adalah berserah diri (taslim) kepada sang mursyid. Taslim adalah sikap patuh dan taat kepada sang guru (mursyid) terhadap segala ketentuan dan perintahnya tanpa bertanya lagi. Digambarkan dalam sebuah qaul bahwa "al muriid kal mayyit fi yadil ghaasil", artinya murid itu bagaikan mayat ditangan orang yang memanikannya. Maka seorang murid tiak boleh menentang segala perintah guru, bahkan bertanya saja tidak boleh. Seberapa kadar ketasliman seorang murid terhadap mursyid sebesar itu pulalah seorang murid akan menapaki setiap tangga dari proses perjalanan spiritual menuju Allah SWT.
Taslim adalah suatu keharusan bagi setiap muridin dan salikin yang menghendaki wusul kepaa Allah SWT. Semoga kita semua bisa menjai orang yang dekat engan Allah dan bisa sampai wusul kepada Allah SWT. Amin

Menghalau Kegalauan

Galau adalah kondisi dimana seseorang merasa kebingungan untuk memilih diantara beberapa hal yang dihaapi atau ketidak tahuan akan apa yang harus dilakukan dalam kondisi tertentu. Keadaan ini sering dialami oleh orang yang memiliki tingkat emosi yang masih dalam tahap labil. Kondisi dimana seseorang membutuhkan orang lain sebagai sandaran dan tempat curhat.
Ketika kita mengalami keadaan semacam ini ada baiknya kita tidak menyendiri. Usahakan ada seseorang yang beraa disamping kita dan menjadi tempat bagi kita untuk berbagi. Dengan berbagi maka sesuatu yang menjadikan kita galau akan berkurang atau bahkan kita dapat menemukan sebuah solusi dari teman tersebut.
Selain itu kita bisa juga curhat kepada Allah Sang Khaliq. Dengan cara apa? Tentunya dengan cara berzikir, mujahadah atau bisa juga engan membaca al qur'an. 
Curhat kepada Tuhan memiliki banyak manfaat disamping tentunya harapan pahala dan masuk surga di hari kiamat. Dari sisi lain curhat pada Tuhan apat meringankan beban kita dalam kehidupan sehari - hari, menjadikan kita tenang an dapat berfikir sehat. Berfikir sehat adalah awal dari segala kesuksesan. Maka kehidupan religius sebenarnya menjadi keharusan bagi setiap orang yang ingin sukses baik didunia maupun akhirat.

So, hiduplah dengan tenang, Jadikan dirimu selalu dekat denganNya, berjalanlah selalu dalam dalam jalanNya, Insya Allah Ia akan mengantarkan kita ke pintu kesuksesan dan kebahagiaan. Kesuksesan yang abadi dan kebahagiaan yang hakiki. 
Mudah - mudahan kita menjadi orang yang selalu beraa dalam naungan dan ridlaNya dan kita bisa kembali kepadaNya dengan husnul  khatimah. Amin 

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله Ø£َÙƒْبَرُ (×Ù£) اُلله Ø£َÙƒْبَرُ (×Ù£) اُلله اَكبَرُ (×Ù£) اُلله Ø£َÙƒْبَرُ ÙƒُÙ„َّÙ…َا...