Khalwat




Khalwat artinya menyepi atau bersemedi. Khalwat adalah salah satu kebiasaan penganut sufi dalam rangka membersihkan hati dan pikiran dari pengaruh – pengaruh keduniaan. Para penganut sufi mengasingkan diri agar mereka bisa focus dalam berkontemplasi dan beribadah pada Tuhan.
Kebiasaan berkhalwat sebenarnya sudah lama berkembang dalam tata kehidupan manusia, hanya saja istilah ini mulai popular seiring dengan berkembangnya tasawuf. Pada masyarakat jawa misalnya kebiasaan khalwat ini disebut dengan istilah semedi atau bertapa. Semedi atau bertapa ini biasanya dilakukan di gua – gua atau di gunung – gunung yang jauh dari keramaian agar mereka mendapatkan keheningan untuk bermeditasi. Kebiasaan ini dilakukan oleh para pertapa dan Begawan untuk mendapatkan kesaktian dan pencerahan.
Sebelum menerima wahyu pertama yang merupakan tanda diangkatnya rasulullah saw sebagai nabi dan rasul, rasulullah juga melakukan khalwat untuk bertahannus. Beliau menuju ke gua hira’ di atas jabal nur untuk bertahannus. Tahannus adalah meluangkan waktu untuk bermeditasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta. Puncak daru tahannus itu adalah bertemunya rasulullah saw dengan malaikat jibril yang membawa wahyu surat al ‘alaq ayat 1 – 5. Dengan turunnya surat ini resmilah rasulullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.
Demikian halnya dengan kehidupan para sufi. Para penganut sufi melakukan perjalanan dalam rangka menemukan kesejatian hidup di dunia. Mereka melakukan usaha dengan sungguh – sungguh agar terhindar dari pengaruh dunia yang profane dan penuh dengan kefanaan.
Pada dasarnya seorang sufi tidak harus melakukan khalwa “dalam arti menyendiri atau bersemedi” di gua – gua, atau ditempat – tempat yang jauh darui keramaian. Khalwat dapat dilakukan dengan cara mengosongkan hati dan pikiran dari pengaruh dunia dan mengisinya dengan dzikir kepada Allah. Inilah hakikat khalwat yang diinginkan oleh kaum sufi.
Akan tetapi bagi orang yang masih memulai dan sulit bagi mereka untuk menutup telinga, mata, pikiran, dan hati mereka dari pengaruh dunia, khalwat “menyepi” dibutuhkan dalam rangka melatih dan menumbuhkan khalwat yang sebenarnya. Hal ini diperlukan karena menata hati dan pikiran bukanlah hal yang mudah. Ketrampilan berkhalwat dalam keramaian dan ramai dalam kesepian memerlukan waktu yang tidak sebentar. Ketekunan, kesabaran atas segala godaan adalah kunci bagi terwujudnya kebiasaan khalwat yang sebenarnya.
Mudah – mudahan Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita, sehingga kita dapat mewujudkan sikap batin yang selalu bersama dengan Allah fii kulli haali wazamaan… amin ya mujibas sailin…
Wallahu a’lam bish shawab…..

Komentar