Sabtu, 12 Maret 2016

Pentingnya Niat




Salah satu hal penting dalam setiap tindakan yang kita lakukan adalah niat. Niat diartikan sebagai sikap menyengaja untuk melakukan sesuatu yang disertai dengan tindakan. Jumhur ulama’ mengatakan bahwa niat termasuk salah satu rukun yang tidak boleh ditinggalkan oleh seseorang ketika melakukan suatu amal.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari Muslim rasulullah saw bersabda:
عَنْ عُمَرَ ابْنَ الْخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَاالْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَي، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِلدُّنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ اِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Sesungguhnya amalan – amalan itu tergantung pada niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang (niat) hijrahnya karena Allah dan rassulnya, maka hijrahnya (benar – benar) kepada Allah dan rasulNya. Dan barangsiapa yang (niat) hijrahnya untuk dunia yang ingin diraihnya atau untuk wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia hijrah karenanya.” (H.R. Bukhari dan Mulim)
Hadis diatas berkaitan dengan seseorang yang ingin menikahi seorang muslimah yang hijrah ke Madinah bernama Ummu Qais. Lelaki itu ingin menikahinya, tetapi Ummu Qais tidak mau sehingga ia hijrah ke Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Karena cintanya yang mendalam kepada Ummu Qais lelaki itupun akhirnya hijrah ke Madinah mengikuti jejak Ummu Qais. Berita itu akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW yang kemudian bersabda sebagaimana hadis diatas.
Berdasarkan hadis tersebut rasulllah saw menegaskan bahwa barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan rasulNya semata maka ia akan menemukan keridlaan Allah dan rasulNya. Akan tetapi barangsiapa yang hijrahnya didasarkan atas keinginan untuk meraih dunia atau memperoleh wanita yang ingin dinikahinya maka ia hanya akan memperoleh dunia dan wanita sementara ridla Allah dan rasulNya tidak ia dapatkan, itupun bila dunia dan wanita yang ia inginkan berhasil didapat. Dari situ tampak akan pentingnya niat yang terbesit dalam diri seseorang yang melakukan sebuah pekerjaan atau amal. Oleh karenanya permulaan hadis diatas secara tegas menyatakan, bahwa sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat yang diniatkan  dan sesungguhnya setiap orang (akan diberi pahala/balasan) sesuai apa yang ia niatkan.
Oleh sebab itu, menata niat dalam setiap tindakan harus dilakukan oleh setiap orang. Niat yang baik akan mendapat balasan yang baik, sebaliknya niat yang buruk akan mendapatkan balasan yang buruk.
Menurut Syaikh Ibnu Athaillah al Sakandari, amal – amal / tindakan yang dilakukan seseorang hanya merupakan gambar – gambar belaka adapun yang menjadikan gambar itu hidup dan memiliki arti adalah rahasia keikhlasan yang ada didalamnya. Kata beliau:
اَلْأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةٌ وَأَرْوَاحُهَا وُجُوْدُ سِرِّ الْإِخْلَاصِ فِيْهَا
Artinya: “Amal – amal itu adalah gambar – gambar yang berdiri tegak (kerangka) sedangkan ruhnya (yang dapat membuat hidup) adalah adanya rahasia keikhlasan didalamnya.”
Secara tegas Syaikh Ibnu Athaillah menyatakan bahwa setiap amal yang kita lakukan hanyalah bentuk dari gambar – gambar kerangka yang berdiri tegak, sementara yang menjadikan kerangka itu hidup dan memiliki arti hanyalah keikhlasan yang ada didalamnya. Oleh karenanya setiap amal perbuatan yang kita lakukan harus diniatkan ikhlas semata karena Allah dan rasulullah saw.
Mengingat akan pentingnya niat maka sudah seharusnya setiap muslim memiliki perhatian serius terhadap niat. Jangan sampai amal yang dilakukan dengan bersusah payah tidak memiliki arti dihadapan Allah SWT. Allahu A’lam…


Senin, 07 Maret 2016

Umat Terbaik




Menjadi umat terbaik tentu menjadi idaman setiap orang. Umat terbaik menduduki kedudukan istimewa di hadapan Allah SWT dan manusia tentunya. Lantas bagaimanakah kita bisa menjadi umat terbaik?
Didalam al qur’an Allah SWT berfirman di dalam Surat Ali Imran 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (110)

Artinya: “Kamu sekalian adalah sebaik – baiknya umat yang dilahirkan bagi manusia (agar kamu) menyuruh(dan berjuang) kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran, dan beriman kepada Allah” (sadar Billah) (Q.S. Ali Imran 110)

Untuk menjadi umat terbaik berdasarkan keterangan ayat diatas ada tiga syarat yang harus dilakukan. Pertama, amar ma’ruf, yaitu menyuruh kepada kebajikan, kedua, nahi munkar, yaitu mencegah dari kemungkaran, ketiga, beriman kepada Allah (sadar Billah).
Amar ma’ruf nahi munkar harus dilaksanakan oleh semua orang yang menghendaki untuk menjadi umat terbaik. Menyuruh kepada yang ma’ruf  mencegah dari yang munkar merupakan misi dari seluruh nabi dan rasul Allah semenjak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw. Dengan demikian mukmin yang terbaik adalah mereka yang mau untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar bukanlah sesuatu yang mudah, akan tetapi bukan berarti kita takut untuk melakukannya. Sudah barang tentu untuk menjadi umat terbaik tantangan dan rintangan berat harus dihadapi. Sebagaimana Rasulullah saw yang berjuang untuk menyelamatkan masyarakat Arab dari kejahiliyahan. Tidak jarang beliau mendapat ancaman baik secara psikis maupun fisik. Akan tetapi semua itu beliau hadapi dengan penuh ketabahan dan kesabaran hingga dakwah beliau mengalami puncak kegemilangan yang belum pernah dilakukan oleh manusia sebelum beliau bahkan setelah beliau. Oleh sebab itulah beliau menjadi umat terbaik yang tidak tertandingi pengaruhnya didunia sepanjang masa.
Lantas kapankah kita harus melakukan mar ma’ruf nahi munkar? Apakah kita harus menjadi baik terlebih dahulu untuk melaksanakan misi ini? Dalam hadis shahih riwayat Thabrani disebutkan:

مُرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوْهُ وَانْهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَإِنْ لَمْ تَجْتَنِبُوْهُ كُلَّهُ (رواه الطبراني فى الأوسط عن أنس ابن مالك- حديث صحيح)

Artinya: Perintahlah kepada kebaikan sekalipun kalian belum mengerjakan, dan cegahlah kemungkaran sekalipun kalian belum dapat menjauhi keseluruhannya. (H.R. Thabrani dari Anas bin Malik)

Hadis diatas secara tegas menyuruh kepada kita agar senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar meskipun kita masih dalam kondisi yang belum sepenuhnya bisa berbuat baik dan belum sepenuhnya bisa menjauhi segala bentuk kekuranga. Ini berarti untuk melaksanakan misi ini seseorang tidak perlu menunggu untuk menjadi baik terlebih dahaulu. Namun, dengan melakukan amar ma’ruf meski boleh jadi kita masih belum baik, mudah – mudahan dengan melaksanakannya sedikit demi sedikit Allah akan memperbaiki diri kita.
Disamping itu untuk menjadi khaira ummat kita harus beriman kepada Allah. Keimanan adalah pondasi kokoh dalam setiap amal, agar amal itu mendapat nilai dihadapan Allah. Meski beramar ma’ruf nahi mungkar tetapi apabila tidak disertai dengan beriman kepada Allah hal ini tidak akan ada nilainya dihadapan Allah SWT dan pada akhirnya justru orang tersebut akan menjadi orang yang merugi.
Hal ini bisa kita pahami dengan analogi sedeerhana. Sebaik apapun seorang mengerjakan soal ujian nasional bahkan kalua perlu nilainya adalah 100, akan tetapi apabila orang tersebut tidak terdaftar didalam daftar peserta ujian nasional maka mustahil orang tersebut akan lulus dan mendapat ijasah sebagai bukti kelulusan. Demikian halnya dengan keimanan, sebaik apapun perilaku dan amal yang dilakukan seseorang tetap saja tidak ada nilainya apabila orang tersebut tidak beriman kepada Allah SWT.
Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi setiap mukmin untuk merealisasikan isi surat ali Imran ayat 110 sebagaimana diatas. Jangan sampai kita melupakan misi rasulullah saw untuk selalu beramar ma’ruf nahi munkar. Mudah – mudahan kita dijadikan khaira ummat sebagaimana ayat diatas. Amin.  Allahu A’lam

Bermohon Kepada Allah dan Rasulullah


Setiap manusia tentu menginginkan kebahagiaan baik selama hidup di dunia terlebih diakhirat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tentunya bukanlah hal yang mudah. Keinginan tersebut membutuhkan sebuah upaya yang sungguh – sungguh agar bisa terealisasi sesuai dengan harapan.
Dalam upaya mencari kebahagiaan dunia, seringkali kita menjumpai orang yang bekerja dengan penuh semangat sehingga lupa kewajibannya sebagai makhluk Allah SWT. Karena untuk memenuhi kepuasaan materi seseorang bekerja tanpa mengenal lelah siang dan malam. Hasil  yang didapatkan digunakan utnuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tak jarang usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan pengeluaran.
Untuk mengumpulkan sejumlah uang barangkali seseorang membutuhkan waktu beberapa hari, bulan atau bahkan beberapa tahun. Namun hasil yang mereka dapatkan dengan sangat cepat bisa habis dalam waktu sekejap. Hal ini bukan tanpa alasan, tetapi ini dilakukan sebagai cara untuk memperoleh kepuasan dan kebahagiaan.
Sebagai seorang mukmin, sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk memperoleh kebahagiaan di dunia. Namun, harus diingat bahwa memenuhi kebahagiaan dunia bukan berarti lupa dan meninggalkan kehidupan abadi di akhirat. Seorang mukmin harus berusaha semaksimal mungkin agar kehidupan mereka bisa seimbang baik dunia maupun akhirat. Itulah sebabnya meskipun kita bekerja keras, akan tetapi ibadah sebagai wujud penghambaan kita kepada Allah SWT harus tetap dijalankan.
Untuk menggapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat seorang mukmin harus senantiasa menghadapkan perhatiannya kepada Allah dan Rasulullah saw. Didalam Kitab Taqriibul Ushul disebutkan:

اَلْإِقْبَالُ عَلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِدَّةِ الذُّلِّ وَالْإِنْكِسَارِ وَالْإِفْتِقَارِ مَعَ التَّبَرِّيْ عَنِ الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ دُنْيَوِيٍّ وَأُخْرَوِيٍّ (تقريب الأصول)

Artinya: “Menghadap (bermohon/berdo’a) kepada Allah wa Rasulihi saw dengan sungguh – sungguh merendahkan diri dan merasa sangat berlarut – larut / keterlaluan serta merasa butuh sekali kepada pertolongan (Allah wa Rasulihi saw) dengan tidak merasa mempunyai daya dan kekuatan (istilah lain Billah) adalah sumber segala kebaikan dunia dan akhirat”. (Taqriibul Ushul)
Keterangan diatas menjelaskan bahwa didalam menggapai kebahagiaan baik dunia maupun akhirat, menghadap/berdo’a kepada Allah dan Rasulullah saw, rasul pilihan dan kekasihNya adalah kunci utuk mendapatkannya. Oleh karenanya seorang mukmin tidak dibenarkan bekerja keras tanpa mengenal waktu tanpa melaksanakan kewajiban ubudiyahnya sebagai hamba Allah.
Mengejar kehidupan dunia boleh dilakukan, akan tetapi jangan sampai melupakan kewajiban beribadah kepadaNya. Jika kita mengejar dunia dan lupa akan ibadah kepadaNya boleh jadi harta yang kita dapatkan tidaklah berbarokah sehingga tidak membuat kita bahagia tetapi justru sebaliknya membuat kita sengsara.
Selain itu yang perlu diperhatikan ddalam berdoa adalah menjaga adab kita sewaktu berdoa. Pada keterengan diatas permohonan / do’a harus dilakukan dengan sungguh – sungguh mengharapkan pertongan Allah dan Rasulullah saw. Doa yang tidak disertai pengharapan yang sungguh – sungguh akan tertolak dan tidak diijabahi oleh Allah.
Disamping itu hendaknya ketika kita berdo’a kita senantiasa merasa rendah dihadapan Allah, merasa tidak memiliki daya kekuatan serta kemampuan sama sekali. Kita harus mengakui bahwa diri kita penuh dengan dosa, oleh karenanya kita membutuhkan maghfirah dan pertolongan Allah SWT wa Rasulihi saw. Dengan demikian insya Allah do’a kita akan diijabahi oleh Allah dan kita akan menjadi orang yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Allahu A’lam


Rabu, 02 Maret 2016

Pepeling




Ingatlah kawan, ..
kita  hidup didunia hanyalah sementara
Harta yang kau banggakan akan engkau tinggalkan
Istri yang engkau cintai akan pergi
Anak yang selalu kau sayangi takkan menemani
Jabatan yang engkau miliki takkan mampu lagi memberi arti
Ingat kawan….
Ketika kita kembali kepadaNya…
Pakaian indah yang selalu membalut tubuh kita takkan lagi kita pakai
Hanya kain kafan yang membalut badan
Hanya amal perbuatan selama didunia yang menjadi teman setia
Bilakah kita beriman..
Pertanyaan Munkar Nakir akan mampu kita selesaikan
Kenikmatan akan kita dapatkan
Di barzakh…
Tempat kita menantikan hari datangnya pembalasan
Tak seorangpun mampu berkilah dari keadilan Tuhan..
Sebesar dzarroh kebaikan akan mendapat balasan
Bilakah kita ingkar…
Pertanyaan Munkar Nakir tak mampu kita selesaikan
Adzab Allah akan kita dapatkan
Barzakh akan menjadi neraka awal sebelum hari pembalasan
Sebesar dzarroh kejelakan akan mendapat balasan
Maka,…
Taubat wajib kita lakukan
Senyampang nafas masih mendesah
Sebelum ruh sampai di hulqum…
Taubat, taubat, dan taubatlah…………


Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...