Setiap manusia tentu menginginkan kebahagiaan baik selama hidup di
dunia terlebih diakhirat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tentunya bukanlah
hal yang mudah. Keinginan tersebut membutuhkan sebuah upaya yang sungguh –
sungguh agar bisa terealisasi sesuai dengan harapan.
Dalam upaya mencari kebahagiaan dunia, seringkali kita menjumpai
orang yang bekerja dengan penuh semangat sehingga lupa kewajibannya sebagai
makhluk Allah SWT. Karena untuk memenuhi kepuasaan materi seseorang bekerja
tanpa mengenal lelah siang dan malam. Hasil
yang didapatkan digunakan utnuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tak jarang
usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan pengeluaran.
Untuk mengumpulkan sejumlah uang barangkali seseorang membutuhkan
waktu beberapa hari, bulan atau bahkan beberapa tahun. Namun hasil yang mereka
dapatkan dengan sangat cepat bisa habis dalam waktu sekejap. Hal ini bukan
tanpa alasan, tetapi ini dilakukan sebagai cara untuk memperoleh kepuasan dan
kebahagiaan.
Sebagai seorang mukmin, sudah menjadi suatu keharusan bagi kita
untuk memperoleh kebahagiaan di dunia. Namun, harus diingat bahwa memenuhi
kebahagiaan dunia bukan berarti lupa dan meninggalkan kehidupan abadi di
akhirat. Seorang mukmin harus berusaha semaksimal mungkin agar kehidupan mereka
bisa seimbang baik dunia maupun akhirat. Itulah sebabnya meskipun kita bekerja
keras, akan tetapi ibadah sebagai wujud penghambaan kita kepada Allah SWT harus
tetap dijalankan.
Untuk menggapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat seorang
mukmin harus senantiasa menghadapkan perhatiannya kepada Allah dan Rasulullah
saw. Didalam Kitab Taqriibul Ushul disebutkan:
اَلْإِقْبَالُ عَلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِشِدَّةِ الذُّلِّ وَالْإِنْكِسَارِ وَالْإِفْتِقَارِ مَعَ
التَّبَرِّيْ عَنِ الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ دُنْيَوِيٍّ
وَأُخْرَوِيٍّ (تقريب الأصول)
Artinya: “Menghadap (bermohon/berdo’a) kepada Allah wa Rasulihi saw
dengan sungguh – sungguh merendahkan diri dan merasa sangat berlarut – larut /
keterlaluan serta merasa butuh sekali kepada pertolongan (Allah wa Rasulihi
saw) dengan tidak merasa mempunyai daya dan kekuatan (istilah lain Billah)
adalah sumber segala kebaikan dunia dan akhirat”. (Taqriibul Ushul)
Keterangan diatas menjelaskan bahwa didalam menggapai kebahagiaan
baik dunia maupun akhirat, menghadap/berdo’a kepada Allah dan Rasulullah saw,
rasul pilihan dan kekasihNya adalah kunci utuk mendapatkannya. Oleh karenanya
seorang mukmin tidak dibenarkan bekerja keras tanpa mengenal waktu tanpa
melaksanakan kewajiban ubudiyahnya sebagai hamba Allah.
Mengejar kehidupan dunia boleh dilakukan, akan tetapi jangan sampai
melupakan kewajiban beribadah kepadaNya. Jika kita mengejar dunia dan lupa akan
ibadah kepadaNya boleh jadi harta yang kita dapatkan tidaklah berbarokah
sehingga tidak membuat kita bahagia tetapi justru sebaliknya membuat kita
sengsara.
Selain itu yang perlu diperhatikan ddalam berdoa adalah menjaga
adab kita sewaktu berdoa. Pada keterengan diatas permohonan / do’a harus
dilakukan dengan sungguh – sungguh mengharapkan pertongan Allah dan Rasulullah
saw. Doa yang tidak disertai pengharapan yang sungguh – sungguh akan tertolak
dan tidak diijabahi oleh Allah.
Disamping itu hendaknya ketika kita berdo’a kita senantiasa merasa
rendah dihadapan Allah, merasa tidak memiliki daya kekuatan serta kemampuan
sama sekali. Kita harus mengakui bahwa diri kita penuh dengan dosa, oleh
karenanya kita membutuhkan maghfirah dan pertolongan Allah SWT wa Rasulihi saw.
Dengan demikian insya Allah do’a kita akan diijabahi oleh Allah dan kita akan
menjadi orang yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Allahu A’lam
Komentar
Posting Komentar