Dalam satu hadis rasulullah saw bersabda:
اَلْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ
الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ اتَّبَعَ نَفْسُهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
Artinya: “Orang yang cerdas adalah orang yang mau mengoreksi
dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah
orang yang mengikuti kesenangan nafsunya dan berharap akan rahmat Allah”.
Hadis diatas menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang cerdas
adalah mereka yang mau untuk introspeksi diri dan beramal untuk bekal setelah
mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti kesenangan
nafsunya dan berharap akan rahmad Allah.
Sebagai seorang muslim sudah barang tentu kita meyakini bahwa
kehidupan didunia ini hanyalahh sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah
kehidupan setelah kematian ketika kita dihadapkan akan pertanggung jawaban atas
semua apa yang telah kita lakukan selama kehidupan kita didunia. Adakalanya seseorang
akan dikembalikan kepada kenikmatan berupa masuk ke surga yang dijanjikan Allah
kepada mereka yang beriman dan beramal salih selama hidupnya. Namun, adapula
diantara mereka yang dikembalikan kedalam siksa yang telah dijanjikan kepada
mereka yang ingkar kepada Allah dan berbuat amal keburukan.
Kehidupan dunia pada hakikatnya adalah ujian terbesar dalam proses
perjalanan manusia. Selama didunia manusia dihadapkan pada berbagai hal yang
menggoda mereka mulai dari harta, tahta, dan wanita ataupun yang lainnya. Tidak
jarang banyak diantara manusia yang tergelincir ke lubang kemaksiatan karena
tidak mampu menahan keinginan hawa nafsunya yang selalu mengajak mereka
kelembah kemaksiatan.
Adapun mereka yang cerdas sadar betul bahwa kehidupan didunia ini
adalah sementara belaka. Mereka akan mengejar kehidupan yang kekal yaitu
kehidupan setelah kematian. Amal shalih selalu ditingkatkan tanpa mengenal
lelah untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Introspeksi diri akan selalu menjadi
hiasan bagi pribadi cerdas. Orang cerdas tidak akan membiarkan dirinya
terpedaya dengan kehidupan yang serba fana’. Mereka tidak akan mudah
menyalahkan orang dan mengoreksi orang lain karena waktunya habis digunakan
untuk mengintrospeksi diri dan mempersiapkan diri dengan amal salih.
Sementara orang yang bodoh mereka terpedaya oleh gemerlapnya kehidupan
dunia. Mereka selalu memperturutkan keinginan hawa nafsu mereka. Tujuan kehidupan
mereka hanyalah utuk memenuhi kebutuhan nafsu dan seksual belaka. Ibadah tidak
lagi menjadi prioritas utama dalam kehidupannya. Orang – orang semacam ini
tidak menyadari bahwa aka nada kehidupan yang kekal abadi setelah kematian
mereka. Oleh karenanya mereka dikatakan sebagai orang yang bodoh karena
terpedaya dengan kehidupan yang hanya sementara sedang kehidupan kekal mereka
tinggalkan.
Hawa nafsu memang sangat sulit sekali dikendalikan. Sifatnya sangat
halus dalam menggoda hati manusia. Oleh karenanya rasulullah saw bersabda dalam
sebuah hadis:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى
أُمَّتِي نَفْسُهُ عَلَى جَنْبَيهِ
Artinya: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas
ummatku adalah nafsu yang ada diantara kedua lambungnya”.
Pertanyaan yang perlu kita sampaikan pada diri kita adalah apakah selama ini kita sudah menjadi orang cerdas? ataukah selama ini sebenarnya kita menjadi orang bodoh? Pernahkah kita berfikir tentang kehidupan kita kelak di akhirat atau justru kita terjerembab kedalam kehidupan duniawi yang sementara belaka dan melupakan kehidupan kekal di akhirat.
Oleh karenaya sudah menjadi keharusan bagi kita semua umat islam
untuk lebih mewaspadai nafsu kita. Begitu lembutnya nafsu bermain dalam diri
manusia hingga mereka terpedaya dengan bujuk rayunya. Mudah – mudahan kita
selalu mendapat hidayah dan taufiq Allah sehingga diselamatkan dari bujuk rayu
setan melalui hawa nafsu kita. Amin… Allahu A’lam…..
Komentar
Posting Komentar