Secerdas Apakah Kita???



Dalam satu hadis rasulullah saw bersabda:

اَلْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ اتَّبَعَ نَفْسُهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

Artinya: “Orang yang cerdas adalah orang yang mau mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti kesenangan nafsunya dan berharap akan rahmat Allah”.

Hadis diatas menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang cerdas adalah mereka yang mau untuk introspeksi diri dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti kesenangan nafsunya dan berharap akan rahmad Allah.

Sebagai seorang muslim sudah barang tentu kita meyakini bahwa kehidupan didunia ini hanyalahh sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian ketika kita dihadapkan akan pertanggung jawaban atas semua apa yang telah kita lakukan selama kehidupan kita didunia. Adakalanya seseorang akan dikembalikan kepada kenikmatan berupa masuk ke surga yang dijanjikan Allah kepada mereka yang beriman dan beramal salih selama hidupnya. Namun, adapula diantara mereka yang dikembalikan kedalam siksa yang telah dijanjikan kepada mereka yang ingkar kepada Allah dan berbuat amal keburukan.

Kehidupan dunia pada hakikatnya adalah ujian terbesar dalam proses perjalanan manusia. Selama didunia manusia dihadapkan pada berbagai hal yang menggoda mereka mulai dari harta, tahta, dan wanita ataupun yang lainnya. Tidak jarang banyak diantara manusia yang tergelincir ke lubang kemaksiatan karena tidak mampu menahan keinginan hawa nafsunya yang selalu mengajak mereka kelembah kemaksiatan.

Adapun mereka yang cerdas sadar betul bahwa kehidupan didunia ini adalah sementara belaka. Mereka akan mengejar kehidupan yang kekal yaitu kehidupan setelah kematian. Amal shalih selalu ditingkatkan tanpa mengenal lelah untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Introspeksi diri akan selalu menjadi hiasan bagi pribadi cerdas. Orang cerdas tidak akan membiarkan dirinya terpedaya dengan kehidupan yang serba fana’. Mereka tidak akan mudah menyalahkan orang dan mengoreksi orang lain karena waktunya habis digunakan untuk mengintrospeksi diri dan mempersiapkan diri dengan amal salih.

Sementara orang yang bodoh mereka terpedaya oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Mereka selalu memperturutkan keinginan hawa nafsu mereka. Tujuan kehidupan mereka hanyalah utuk memenuhi kebutuhan nafsu dan seksual belaka. Ibadah tidak lagi menjadi prioritas utama dalam kehidupannya. Orang – orang semacam ini tidak menyadari bahwa aka nada kehidupan yang kekal abadi setelah kematian mereka. Oleh karenanya mereka dikatakan sebagai orang yang bodoh karena terpedaya dengan kehidupan yang hanya sementara sedang kehidupan kekal mereka tinggalkan.

Hawa nafsu memang sangat sulit sekali dikendalikan. Sifatnya sangat halus dalam menggoda hati manusia. Oleh karenanya rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي نَفْسُهُ عَلَى جَنْبَيهِ

Artinya: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas ummatku adalah nafsu yang ada diantara kedua lambungnya”. 

Pertanyaan yang perlu kita sampaikan pada diri kita adalah apakah selama ini kita sudah menjadi orang cerdas? ataukah selama ini sebenarnya kita menjadi orang bodoh? Pernahkah kita berfikir tentang kehidupan kita kelak di akhirat atau justru kita terjerembab kedalam kehidupan duniawi yang sementara belaka dan melupakan kehidupan kekal di akhirat.

Oleh karenaya sudah menjadi keharusan bagi kita semua umat islam untuk lebih mewaspadai nafsu kita. Begitu lembutnya nafsu bermain dalam diri manusia hingga mereka terpedaya dengan bujuk rayunya. Mudah – mudahan kita selalu mendapat hidayah dan taufiq Allah sehingga diselamatkan dari bujuk rayu setan melalui hawa nafsu kita. Amin… Allahu A’lam…..

Komentar