Perang Pertahanan




Islam membolehkan adanya peperangan. Namun peperangan dalam islam hanya boleh dilakukan manakala hal itu adalah jalan terakhir yang ditempuh setelah adanya upaya untuk menjalin perdamaian. Sehingga islam tidak membenarkan adanya penyerangan terhadap kelompok lain akan tetapi islam membenarkan apabila kita berperang untuk mempertahankan diri.
Dalam tarikh islam terjadi beberapa kali peperangan baik yang diikuti langsung oleh rasulullah saw ataupun tidak. Peperangan yang langsung diikuti oleh rasulullah saw dalam tarikh islam disebut ghazwah, sedangkan peperangan yang tidak diikuti rasulullah saw dikenal dengan nama sariyyah. Adakalanya umat islam memperoleh kemenangan tetapi juga pernah mengalami kekalahan. Hal ini merupakan ujian dari Allah atas keimanan mereka.
Perang pertama dalam tarikh islam adalah perang badar. Perang ini terjadi pada sekitar tahun ke 2 Hijriyyah. Jumalah pasukan Quraisy adalah 1000 orang tentara yang terlatih sementara umat islam hanya berjumlah 313 orang yang belum pernah berpengalaman. Namun atas pertolongan Allah umat islam memperoleh kemenangan.
Dalam peperangan badar sebenarnya umat islam hamper mengalami kekalahan. Namun disaat umat islam terdesak datanglah pertolongan Allah dengan datangnya pasukan malaikat dari langit sehingga kaum kafir Quraisy kocar kacir dan lari tunggang langgang.
Beberapa orang quraisy tertawan dalam perang ini. Untuk membebaskan diri mereka rasulullah saw meminta kepada mereka untuk mengajarkan kepada anak umat islam membaca dan menulis. Sepintas kebijakan rasulullah saw ini dianggap janggal dan terlalu mudah. Akan tetapi seorang pemimpin yang visioner akan mengambil langkah sebagaimana yang diambil rasulullah karena jauh berfikir jauh kedepan.
Kekalahan quraisy di badar memberikan pukulan besar dalam diri mereka dan berniat membalas kekalahan mereka di kemudian hari. Maka tibalah hari yang dijanjikan itu dengan bergerak bersama 3000 pasukan menuju Madinah untuk menghancurkan islam.
Mendengar kabar tersebut rasulullah saw mengajak suku – suku di Madinah bersatu untuk mempertahankan Madinah. Pertahanan yang di pilih untuk menghadang Quraiys adalah di bukit uhud. Rasulullah saw bergerak bersama 1000 pasukan menuju ke medan Uhud. Akan tetapi sebelum sampai di Uhud 300 orang yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay memisahkan diri. Sehingga umat islam yang ikut ke medan Uhud hanya berjumlah 700 orang.
Untuk menahan serangan kaum quraisy rasulullah saw menempatkan 50 pasukan pemanah yang tidak boleh meninggalkan tempat itu apapun yang terjadi sebelum perang benar – benar usai. Namun ketika umat islam telah mengalami kemenangan 50 orang ini lupa pesan rasulullah sehingga mereka turun dan ikut mengambil ghanimah yang ditinggalkan oleh kaum quraisy. Situasi ini di sadari betul oleh pemimpin pasukan berkuda quraisy Khalid bin Walid yang bergerak berputar dari balik bukit dan menyerang umat islam yang sedang terlena dengan kemanangan. Umat islam kaget dan kocar kacir sehingga banyak umat islam yang syahid di medan uhud ini. Diantara syuhada’ uhud adalah Hamzah bin Abdul Muthalib paman rasulullah saw yang dibunuh oleh budak negro bernama Wahsyi. Dia adalah budak Hindun istri Abu Sufyan yang dendam karena banyak keluarganya yang dibunuh oleh Hamzah dalam perang badar. Dendam ini membuat Hindun merencanakan pembunuhan yang keji terhadap Hamzah. Setelah meninggal dada Hamzah di belah dan jantungnya dimakan. Peristiwa ini sangat memukul hati rasulullah saw.
Perang uhud memberikan pelajaran penting bagi umat islam agar selalu disiplain dan taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah ddan rasulNya. Ketidakdisiplinan membuat mereka terpuruk dan mengalami kekalahan dalam uhud.
Dendam kafir quraisy tidak berhenti disitu sehingga umat islam masih harus menghadapi mereka di peperangan berikutnya. Kafir quraisy bersekutu dengan suku – suku yang ada di Arab dan sekitar Madinah untuk menghancurkan islam. Mereka bergerak menuju Madinah dengan 10 – 24 000 pasukan. Atas usul Salman al Farisi umat islam bertahan di kota Madinah dengan menggali parit mengelilingi Madinah. Perang ini dikenal dengan perang Ahzab (perang Khandaq).
Dalam peperangan ini sekali lagi umat islam memperoleh kemenangan. Amr bin Wud seorang yang berhasil menyeberangi parit berhasil dikalahkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemengan umat islam di Khandaq semakin memperkuat iman umat islam dan semakin menambah kuat dakwah islam di kota Makkah.
Peperangan dalam islam adalah satu ujian keimanan yang berat yang harus dihadapi oleh setiap umat islam yang beriman. Perang hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa.

Komentar