Jumat, 09 Desember 2016

Seorang Tamu di Pagi - pagi Buta

Pagi ini, Jum'at 09 Desember 2016, kira - kira pukul 05.00 WIB, setelah keluar dari kamar kecil di mushalla sebelah rumah (karena belum punya sendiri alias numpang hehehe..), tiba - tiba dua pengendara sepeda motor mendekat menuju rumah. Satu diantaranya sudah tidak asing lagi bagi saya, sedang yang satunya baru kali ini rasanya saya melihatnya.

Seorang yang tidak asing itu adalah ketua RT lingkungan saya, Rasmudi. Dia adalah seorang tokoh yang selain sebagai perangkat juga aktif dan getol dalam berbagai kegiatan keagamaan dilingkungan kami. Sedangkan seorang yang lain yang baru saya lihat untuk pertama kalinya adalah seorang tetangga desa yang bernama Kastur. Seorang pegiat kegiatan keagamaan di desa sebelah "Sumbersari".

Setelah saya mempersilahkan masuk keduanya dan mohon maaf karena kondisi rumah yang masih berantakan (buku berserakan dan baju seragam yang masih mau diseterika), tanpa basa - basi (karena tau saya sedang siap - siap untuk beragkat) beliau menyampaikan maksud kedatangannya. Kedatangan pak RT adalah untuk mengantarkan temannya "Kastur" untuk meminta tolong memberikan sekedar materi dalam acara "Peringatan Maulid Nabi SAW" di mushalla dekat rumahnya.  Beliau menuturkan kalau di mushallanya acara semacam ini masih pertama kali dilaksanakan. Sebelumnya acara semacam ini belum pernah diadakan karena boleh dibilang masyarakat disitu masih mulai belajar agama.

Penuturan ini menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi saya dalam memenuhi permintaan tersebut. Sebelumnya memang sudah sering saya memberikan materi di kegiatan - kegiatan kemasyarakatan. AKan tetapi penuturan yang semacam ini baru kali pertama saya dengar dari tokoh masyarakat yang mengundang saya.

Setelah selesai menyampaikan maksudnya, dan setelah ditetapkan waktunya keduanya lantas pamitan. Sungguh satu kehormatan sendiri bagi saya mendapat kehormatan untuk menjadi pemateri dalam acara ini.

Mudah - mudahan saya bisa menjalankan amanah Allah yang diberikan dan dapat berbagi keilmuwan kepada sesama. Memang berbagi itu adalah hal yang indah....

Kamis, 08 Desember 2016

Peran Seorang Mursyid



Seorang murid yang menghendaki perjalanan menuju kepada Allah seharusnya memiliki seorang guru yang siap untuk mentarbiyahnya dalam setiap waktu dan kesempatan. Guru sejati selalu mendengar keluh kesah setiap muridnya di manapun murid itu berada. Meski secara fisik Sang Guru tidak ada berada di sampingnya, akan tetapi ia selalu mendengar keluh kesah para muridnya.

Ulama salafus shalih selalu menganjurkan kepada murid - muridnya, para salikin, yakni mereka yang menempuh perjalanan untuk wushul kepada Allah agar selalu menjalin hubungan yang erat bersama dengan gurunya. Hubungan batin dengan Sang Guru Mursyid akan membimbing dan mengarahkan sang murid sedikit demi sedikit untuk menapaki setiap tangga untuk menuju wusul kepada Allah SWT. yang menjadi cita - cita dan harapan seluruh muridin.

Pentingnya selalu menjaga hubungan baik dengan Guru Mursyid dalam thariqah - thariqah sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Bahkan ba'dlu al shufiyin mengatakan bahwa: معرفة الشيخ مقدم على معرفة الإله , ma'rifah kepada guru mendahului ma'rifah kepada Tuhan. Artinya, sebelum seseorang mencapai sadar ma'rifah kepada Allah, seseorang harus mengetahui dan mengenal hakikat gurunya, guru yang membimbing dan mentarbiyahnya dengan tarbiyah batiniyah.

Ketaatan kepada Guru Mursyid dalam perjalanan menuju kepada Allah adalah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Dalam literatur - literatur sufi dikatakan, "المريد كالميت فى يد الغاسل", artinya seorang murid itu bagaikan mayyit di tangan guru yang memandikannya.

Seseorang harus menyerahkan dirinya secara dlahir dan bathin untuk ditarbiyyah Sang Guru. Ketasliman murid kepada guru akan menentukan langkah perjalanannya ke depan. Mereka yang memiliki ketasliman secara total tentu akan mengalami peningkatan yang cepat bila dibandingkan dengan mereka yang selalu protes dan bertanya kenapa guru melakukan hal itu. Inilah perbedaan antara guru dalam ranah ilmu tasawuf dan ilmu diluar tasawuf.

Dalam literatur sufi terdapat qaul yang mengatakan bahwa, "Barangsiapa yang mengatakan kepada guru "mengapa", maka ia tidak akan beruntung". Qaul ini semakin memperkuat pandangan sufi untuk semakin memantapkan hati dalam taslim kepada Guru Mursyid yang akan membimbing dan mentarbiyah muridnya.

Anjuran untuk mengambil seorang guru dalam perjalanan menuju kepada Allah ini sebenarnya sudah ada semenjak zaman Rasulullah SAW. Akan tetapi di zaman itu Guru Mursyid sejati yang menjadi sandaran umat adalah langsung beliau Rasulullah SAW. Segala urusan umat baik urusan dlahir maupun bathin semua selesai di hadapan Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat ketika Rasulullah SAW menyampaikan khutbahnya seluruh umat menangis dan meneteskan air mata, namun ada satu di antara sahabat yang tidak menangis karena kerasnya hati. Sahabat itu lantas berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasul, kenapa semua orang bisa menangis dan meneteskan air mata, tetapi saya tidak?", Rasul kemudian mendekati sahabat tersebut sambil mengusap dadanya dan mengatakan, "Pergilah wahai setan yang berada di dada". Spontan sahabat itu menangis tersedu - sedu.

Kerasnya mata yang tidak bisa menangis kepada Allah disebabkan karena hati yang keras. Kerasnya hati disebabkan karena banyaknya dosa yang menumpuk sehingga seseorang tidak lagi memiliki kepekaan perasaan ketika melakukan dosa. Semakin banyak dosa yang dilakukan maka semakin keras hatinya.

Perjalanan menuju kepada Allah adalah perjalan rohani yang panjang dan penuh dengan liku - liku. Dalam perjalanan tersebut terdapat hijab yang menutupi sehingga seseorang harus berusaha menghilangkannya sehingga tersingkap 'ainul bashirahnya. Proses ini tidak sesederhana yang kita bayangkan. Disinilah peran seorang Guru Mursyid yang akan mengarahkan dan mentarbiyah muridnya, sehingga dia tidak terpedaya dengan berbagai tipuan dan tipu muslihat yang menjadi hijab antara dirinya dan Allah SWT. 

Ya Ayyuhal Ghautsu Salaamullah...
'Alaika Rabbinii Biidznillah...
Wandzur Ilayya Sayyidii Binadzrah....
Muushilatin lilhadlratil 'Aliyyah....

Al Fatihah......

Allahu A'lam...

Kamis, 27 Oktober 2016

Pelatihan Menulis Jurnal dan Karya Ilmiah




Kehidupan akademik menuntut setiap pelaku dan civitas akademika intuk akrab dengan dunia tulis menulis. Menulis bukanlah hal mudah, akan tetapi bukan pula satu hal yang sulit apabila kita mau berproses dengan benar tentunya dengan terus belajar menulis.

Pagi tadi sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB, IAIN Tulungagung menggelar acara pelatihan menulis jurnal dan karya ilmiah. Sebagai nara sumber adalah DR. Ngainun Naim, M.Ag salah seorang penulis handal milik kampus ini. Meski produk local akan tetapi beliau telah memakan banyak asam garam dunia tulis menulis. Beliau seringkali menyampaikan gagasan – gagasanya melalui buku dan berbagai media baik cetak maupun elektronik. Keakraban beliau dengan dunia tulis menulis inilah yang mengantarkan beliau ke berbagai forum baik local maupun nasional untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam tulis menulis.

Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan bahwa menulis itu harus dilakukan setiap hari meski cuma satu atau dua paragrap. Hal ini penting dilakukan untuk semakin mengasah kemampuan menulis yang kita miliki. Kebiasaan menulis meski dalam hal – hal yang ringan akan semakin menambah kelancaran dan keterlatihan otak kita dalam merespon setiap hal yang kita lihat, dengar, dan kita terima sehingga tertuang dalam tulisan. Apabila kita tidak sering melatih kemampuan itu maka kemampuan kita dalam menulis akan semakin berkurang atau bahkan hilang.

Seringkali kita mengeluhkan akan banyaknya aktifitas yang kita lakukan sehari – hari sehingga waktu untuk menulis seolah tidak ada. Ini adalah alasan klasik yang seharusnya tidak kita ‘ugemi’ sehingga menjadi darah daging dalam diri kita. Justru dengan kesibukan itu menurut beliau banyak hal yang menunjang bagi kita untuk menulis. Tinggal bagaimana kita mengolah hal tersebut dan menuangkannya dalam baris – baris tulisan kita. Semakin kita merasa sibuk dan jarang menulis maka semakin kita akan merasakan sulitnya menulis. Oleh karenanya keistiqamahan dalam menulis menjadi satu hal pokok yang tidak boleh diabaikan bagi setiap orang yang mempunyai keinginan untuk menjadi penulis meski hanya satu dua paragrap. 

Bagi tingkat pemula hal yang tidak boleh diabaikan adalah ‘yang penting menulis’ meski tulisan itu jelek, tidak bermutu dan tidak berkualitas. Jangan pernah takut dalam menuangkan ide dan gagasan yang ada dalam pikiran kita meski itu masih kurang bagus. Dengan menulis kita akan tahu kelemahan – kelemahan kita dan dari situlah kita akan membenahinya. Biarkan orang lain mengatakan apa atau mengkritik tulisan kita. Justru dengan kritikan itulah kita akan tahu sisi – sisi kesalahan yang ada pada diri kita dan kemudian melakukan perbaikan kedepannya. Apabila kita takut dengan kritikan orang lain, maka sesungguhnya kita telah membatasi diri kita dan menenggelamkan diri kita dalam kebodohan.

Berkaitan dengan literature dan referensi menurut beliau untuk menjadi penulis di tingkat pemula tidak perlu kita terlalu memperhatikannya. Yang penting adalah terus menulis sambil terus mengasah kemampuan dan semakin memperbanyak bahan. Orang yang berangan – angan dan berpikir untuk menulis di waktu senggang kebanyakan mereka tidak akan menjadi penulis. Mereka hanya berhenti pada angan – angan dan bayangan saja tanpa ada prosuk dan karya yang dihasilkan. Oleh karena itu pada tingkatan pemula ini titik tekannya adalah istiqamah menulis setiap hari meski hanya satu dua paragraph dan hanya berupa catatan ringan saja.

Yang tidak kalah penting harus ditanamkan dalam diri penulis adalah rasa cinta kepada dunia tulis menulis. Dengan mencintai tulis menulis maka kita akan menulis dengan senang hati dan tanpa beban. Rasa senang ini akan mendorong bermunculannya berbagai ide dalam pikiran yang akan menjadi bahan bagi kita untuk menulis. Lama – kelamaan tulisan kita akan semakin membaik dan menjadi tulisan yang berkualitas.

Lain halnya apabila kita menulis dengan beban dan tertekan. Tentu beban dan tekanan ini akan menghambat berbagai ide yang ada dalam otak kita. Kerja otak tidak maksimal sehingga seolah – olah tumpul dan bahkan mati. Tidak ada satu idepun yang keluar dari otak. Akibatnya kita hanya akan terpaku pada literature dan buku – buku yang menjadi rujukan kita. Hasil tulisan kitapun sudah pasti bisa dipastikan kurang baik dan kurang atau bahkan tidak berkualitas. Oleh sebab itu penting kiranya bagi seorang pemula untuk berusaha mencintai dunia menulis.

Menulis penting untuk kita lakukan karena memori yang ada pada otak kita sangat terbatas. Otak kita seringkali lupa kepada hal – hal penting yang semestinya kita ingat. Untuk itu catatan akan membantu kita dalam mengingat kembali apa yang pernah terlintas dan lewat dalam pikiran kita. 

Setiap orang memiliki karakter tersendiri dalam menulis. Karakter itu tidak akan sama antara yang satu dengan lainnya. Pemahaman setiap orang mungkin sama tetapi cara penyampaiannya akan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan bidang keilmuwan, sudut pandang dan berbagai latar belakang lain yang tidak sama antara yang satu dengan lainnya. Kebiasaan menulis setiap hari akan membantu dalam menentukan karakter tulisan yang dimiliki oleh kita miliki. Jadi menulislah karena tulisanmu adalah pengikat ilmumu. Allahu a’lam

Kamis, 01 September 2016

Masjid Sebagai Pusat Syi'ar Islam

 Masjid Sebagai Pusat Syi'ar Islam Hadirin Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah, Mengawali khuthbah jum’at kali ini, khatib mengajak d...