Selasa, 31 Januari 2017

Menghindarkan Diri dari Kebencian dan Dendam


 
“Jangan biarkan kebencian dan dendam merusakkan fitrah muliamu dan merusuhkan suasana hatimu” (K.H. Musthafa Bisri)

Setiap manusia lahir dengan fitrah ketuhanan. Fitrah yang menjadikan setiap manusia yang lahir memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah SWT. Tidak peduli apakah ia terlahir dari rahim seorang ibu yang taat, shalihah, selalu menjaga hak – hak Allah SWT, atau bahkan dari rahim seorang wanita yang hidup dalam dunia kegelapan, maksiat bahkan anak seorang pezina dan pelacur sekalipun. Semua anak manusia terlahir dalam keadaaan suci, tanpa dosa dan membawa fitrah ketuhanan, ketauhidan dan mengesakan Allah selama dalam kandungan. Bukankah setiap kita pernah ditanya Allah semasa dalam kandungan? Firman Allah: “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mareka menjawab; “Ya, kami menjadi saksi”.

Cukuplah kiranya dialaog antara Allah, Tuhan, dengan manusia yang masih dalam kandungan sebagaimana terekam dalam ayat al-Qur’an diatas menjadi bukti atas fitrah ketuhanan yang ada pada diri setiap anak manusia yang baru dilahirkan ke dunia. Tidak ada alasan bagi kita untuk mendiskriminasikan satu dengan yang lain. Tidak ada bukti yang menguatkan kita bahwa anak seorang kyai lebih mulia daripada anak seorang penggembala dan seterusnya. Hanya syak wasangka dan hati yang tidak mendapat hidayahlah yang kemudian menganggap anak kyai lebih mulia daripada anak penggembala. Hakikatnya semua sama di hadapan Allah SWT. Urusan setelah itu karena pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya, lantas menjadikan anak itu lebih mulia dari yang lain, itu adalah urusan lain, selebihnya sama.

Menjaga hati adalah urusan sulit. Barangkali ini mudah kita ucapkan akan tetapi dalam prakteknya ternyata sangat sulit. Memang setiap manusia tidak  bisa hidup sendiri tanpa ia harus bersinggungan dan bersentuhan dengan yang lain. Itulah kodrat dan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan yang lain. Disinilah pentingnya mengelola hati agar hati tidak terkotori oleh hal – hal yang bisa merusakkan nurani, kebijaksanaan tertinggi yang ada pada setiap diri manusia yang menjadikannya mampu berfikir sehat, adil, netral tanpa ada pengaruh dari rasa kebencian ataupun dendam sebagai akibat dari perselisihan antar sesama manusia.

Dalam berhubungan dengan sesama manusia tentunya kita tidak akan pernah bisa terlepas dari perselisihan dan perbedaan pendapat atau bahkan perbedaan keyakinan. Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar menurut yang lain. Apa yang menurut kita baik belum tentu menurut yang lain baik. Disinilah pentingnya mengelola hati agar tidak terperosok dalam lembah kebencian dan dendam.

Pada awalnya kebencian itu muncul dari perselisihan antara apa yang kita yakini dengan keyakinan yang lain. Awalnya hanya sebatas tidak sepemikiran, lama – lama jurang perbedaan itu semakin jauh dan semakin tajam hingga berujung pada rasa ketidak sukaan. Seringkali orang yang diliputi kebencian tidak bisa bersikap netral dalam mengambil keputusan. Akal sehat dan nuraninya telah tertutup oleh kebencian yang mendahuluinya. Hal ini pulalah yang sebenarnya justru menimbulkan masalah baru dalam kehidupan. Betapa tidak, orang yang diliputi rasa kebencian selalu berusaha untuk menjatuhkan setiap pendapat orang yang dibenci tanpa dia berfikir secara waras tentang akibat dari tindakan yang dilakukannya. Tidak jarang kebencian itu berujung pada tindakan yang sama sekali tidak dibenarkan baik oleh hukum positif maupun hukum agama yang berlaku dalam norma kehidupan.

Seperti halnya kebencian menutup akal sehat manusia dalam berfikir, begitu pula manusia yang diliputi oleh rasa dendam. Dendam sebagaai akibat dari perselisihan yang kemudian menimbulkan rasa sakit dalam hati, seringkali menimbulkan tindakan – tindakan yang tidak dibenarkan. Orang yang memiliki rasa dendam dalam hati seringkali berbuat nekat untuk membalas orang yang pernah melukainya, akibatnya sama dengan kebencian yang menutup akal sehat manusia dari fitrahnya yang mulia.

K.H. Musthafa Bisri mengingatkan kepada kita dengan kata – katanya yang indah dan lembut yang terpancar dari hati yang disinari oleh rasa kasih sayang kepada makhluk. Beliau berkata: “Jangan biarkan kebencian dan dendam merusakkan fitrah muliamu dan merusuhkan suasana hatimu”. Dengan kata – kata ini Gus Mus (panggilan akrabnya) ingin mengajak kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf, mulia, dan sesuai dengan fitrah ketuhanan yang ada pada diri kita semenjak lahir. 

Sebagai seorang mukmin kita harus bisa menjaga hati kita agar tidak terkotori dengan sifat kebencian dan dendam. Hal ini tentu tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Oleh karena itu dibutuhkan banyak latihan dan upaya dalam mengelola hati. Berusaha untuk senantiasa memaafkan setiap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain dan berusaha untuk selelu mengoreksi diri, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Dalam hal menjaga hati, para ulama’ salafus shalih menganjurkan kepada kita agar melakukan operasi mental yang disebut dengan mujahadah. Mujahadah adalah bersungguh – sungguh di dalam memerangi hawa nafsu untuk diarahkan kepada ketaatan kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumi al-Din mengatakan; “Mujahadah adalah kunci hidayah, tidak ada kunci hidayah selain mujahadah”.

Mujahadah penting dilakukan untuk menghindarkan diri dari sifat – sifat yang buruk yang bercokol dalam hati, termasuk diantaranya adalah sifat benci dan dendam. Dengan terus berupaya yang dalam istilah al-Ghazali disebut dengan Mujahadah, maka seseorang akan mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah SWT dalam hidupnya. Dengan hidayah maka seseorang tidak akan terjebak dalam perilaku – perilaku yang dilarang oleh Allah SWT wa Rasulihi SAW yang termasuk di dalamnya adalah sifat benci dan dendam.

Kebencian dan dendam yang menguasai hati akan menghilangkan fitarh ketuhanan yang merupakan sifat bawaan setiap manusia semenjak ia lahir. Oleh karenanya setiap manusia harus melakukan operasi mental dengan memperbanyak dzikir, shalawat dan istighfar sehingga bisa dihindarkan dari sifat yang dibenci Allah ini. Dengan senantiasa ingat kepada Allah dimanapun kita berada akan menjadikan kita selalu dipelihara Allah dalam setiap tindakan, ucapan dan gerak gerik kita. Hati kita akan menjadi tenang dengan selalu mengingat Allah SWT. 

Dengan memperbanyak shalawat maka akan tumbuh rasa mahabbah dan cinta kita kepada Rasulullah SAW. Mencintai Rasulullah SAW akan mengantarkan kita pada sikap ingin meneladani seluruh perbuatan dan sifat – sifat beliau semasa hidupnya. Selain itu mencintai Rasulullah SAW juga merupakan manifestasi dari rasa cinta kita kepada Allah SWT.

Istighfar menjadikan kita pribadi yang mudah merasa bersalah dan merasa dosa dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu dengan memperbanyak istighfar hati kita akan mudah untuk memaafkan orang lain karena sifat Ghafur Allah akan tertanam dalam diri kita, tercermin dalam setiap perbuatan dan menjadikan kita pribadi yang jauh dari sifat dendam.

Semoga kita mampu untuk menjauhkan diri kita dari rasa benci dan dendam yang menenggelamkan kita ke dalam keterpurukan. Terpuruk dalam bersikap, bertindak, dan mengambil keputusan. Semoga kita senantiasa mendapat hidayah dari Allah untuk selalu membenahi diri kita dalam setiap aspek kehidupan, sehingga kita bisa menjadi pribadi ideal sebagaimana harapan Allah dan Rasulullah SAW. Amin.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam….

Minggu, 29 Januari 2017

Menjaga Hak Allah



Seringkali dalam kehidupan ini kita mengalami kegundahan dalam diri. Dalam kondisi semacam ini, tidak jarang kita merasa seolah kita sendirian menjalani hidup ini. Tidak lagi ada sanak saudara, handai tolan dan sahabat yang mau berbagi dengan kita. Banyak orang yang mendekat kepada kita saat kita berada dalam keadaan jaya dan bahagia, tetapi sedikit sekali diantara mereka yang mau mendengar akan keluh kesah kita ketika kita sedang berada dalam keterpurukan.

Demikian itu sangat wajar terjadi pada diri kita. Namun, yang mesti kita ingat jangan sampai kita merasa putus asa dari rahmat Allah SWT. Keputus asaan akan rahmat Allah sesungguhnya justru akan menjadikan kita semakin terpuruk dan jauh dari apa yang kita harapkan.

Agar dalam menjalani kehidupan ini kita senantiasa memiliki sandaran dan semangat dalam menjalaninya, ada baiknya kita memperhatikan hadis Rasulullah SAW berikut. Rasulullah SAW bersabda:

احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة واعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك وما أخطأك لم يكن ليصيبك وأن الخلائق لو اجتمعوا على أن يعطوك شيئًا لم يرد الله أن يعطيكه لم يقدروا على ذلك أو يصرفوا عنك شيئا أراد الله أن يعطيكه لم يقدروا على ذلك وأن جف القلم بما هو كائن إلى يوم القيامة فإذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله وأن النصر مع الصبر وأن الفرج مع الكرب وأن مع العسر يسرًا.)ورواه الترمذي   (

Artinya: “Peliharalah (hak) Allah, maka Ia akan menjagamu, peliharalah (hak) Allah, maka engkau akan menemukan-Nya di depanmu, kenalilah Allah dalam kelapanganmu, maka Ia akan mengalimu dalam kesempitanmu, dan ketahuliah, bahwa sesungguhnya apa yang(ditakdirkan Allah) menimpamu tidak akan pernah luput darimu, dan apa yang (ditakdirkan Allah) luput darimu tidak akan pernah menimpamu, dan sesungguhnya para makhluk seandainya mereka bersepakat untuk memberikan kepadamu sesuatu yang Allah tidak menginginkannya untuk memberikan kepadamu, mereka tidak akan mampu untuk itu (memberikan itu kepadamu), atau mereka (sepakat) hendak  menolak sesuatu darimu yang Allah hendak memberikanya kepadamu, maka mereka tidak akan sanggup untuk itu (menolak itu), sesungguhnya pena telah diangkat sampai datangnya kiamat, maka ketika engkau meminta, mintalah kepada Allah, ketika engkau mohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah, sesungguhnya pertolongan itu ada setelah kesabaran, kelapangan ada sesudah kesusahan, dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (H.R. Turmudzi)

Hadis di atas memberikan peringatan kepada kita agar senantiasa menjaga hak – hak Allah dalam setiap kesempatan. Ketika kita berada dalam keadaan lapang maka berusahalah untuk selalu mengingat dan mengenal Allah. Menjaga hak – haknya dengan senantiasa beribadah kepada-Nya. Kebanyakan orang lupa kepada hak – hak Allah di saat mereka sedang mengalami masa kejayaan, bergelimang harta, seolah dunia hanyalah miliknya, sementara Allah yang telah memberikan semua itu tidak dihiraukannya. Jika kita bisa mengenal dan mengingat Allah, menjaga hak – hak-Nya disaat kita sedang lapang, maka Allah akan mengenal kita disaat kita sedang berada dalam kesempitan. Ia akan selalu menemani, menjaga dan memberikan harapan kepada kita.

Peliharalah hak – hak Allah, maka Allah akan menjaga kita. Peliharalah hak – hak Allah maka kita akan menemukan Allah ada di depan kita. Manakala kita selalu menjaga hak – hak Allah maka Allah akan selalu memebrikan petunjuknya kepada kita dimanapun dan kapanpun kita berada. Kalau seandainya Allah menjaga kita tentulah tidak lagi ada yang perlu kita takutkan dan khawatirkan karena pemeliharaan Allah adalah yang terbaik diantara yang lainnya.

Saat kita jatuh dalam keterpurukan, maka jangan mudah berputus asa. Susah senang, bahagia dan nestapa memang selalu menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang tidak bisa dihindarkan. Dalam menghadapi silih bergantinya keadaan tentu keimanan kepada Allah-lah yang akan menjadi benteng terkuat pertahanan. Dengan keimanan kita tidak akan mudah berputus asa. Dengan keimanan kita selalu memiliki harapan.

Keimanan yang kuat kepada Allah akan memberikan kesadaran kepada diri kita bahwa semua apa yang terjadi adalah bagian dari takdir yang tidak bisa kita hindarkan. Takdir tidak selalu berkonotasi negatif. Takdir itu ada yang baik dan buruk. Semua takdir berasal dari Allah. Oleh karena itu sebagai seorang mukmin sudah seharusnya kita menyadari dan beriman kepadanya. Keimanan kita kepada takdir baik Allah akan menjadikan kita sebagai hamba yang taat, tawadlu dan selalu mengagumi sifat keagungan Allah. Keimanan kita terhadap takdir buruk akan menjadikan kita sebagai pribadi yang kuat, sabar, tawakkal dan qana’ah. Kita akan menyadari bahwa semua itu adalah kehendak-Nya sehingga semakin kuatlah hati kita dalam menghadapinya.

Memang kehidupan ini adalah rahasia yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Rahasia itu akan terungkap manakala kita telah menjalaninya, yakni ketika proses perjalanan itu kita alami. Penyair Arab mengatakan:

ستبدي لك الأيام ماكنت جاهلا        ويأتيك بالأخبار مالم تزود

Artinya: “Hari – hari itu akan menjelaskan kepadamu tentang sesuatu yang sebelumnya belum engkau ketahui, ia akan datang kepadamu dengan membawa kabar – kabar (informasi) yang belum engkau persiapkan”

Hari – hari yang akan kita jalanilah yang akan menjawab semua rahasia dalam kehidupan. Apa yang kita alami dan kita jalani hari ini mungkin sekali belum pernah terbesit dalam pikiran kita. Itulah kehidupan yang penuh dengan rahasia.

Hadis di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa setiap apa yang terjadi dan kita alami semua atas kehendak Allah SWT. Tidak ada satu dari peristiwa yang kita alami melainkan atas iradah-Nya. Bahkan seandainya seluruh makhluk di dunia ini sepakat untuk memberikan sesuatu kepada kita yang Allah tidak berkehendak memberikannya kepada kita, pasti sesuatu itu tidak akan pernah kita terima. Sebaliknya andai seluruh makhluk di dunia sepakat untuk merampas sesuatu yang dikehendaki Allah diberkan kepada kita, maka tidak ada yang mampu mengambi dan merampasnya dari kita. Itulah Allah yang memiliki kehendak mutlak. Tiada sekutu bagi-Nya.

Alhasil dalam menjalani hidup ini, kita harus berupaya untuk husnudzan. Berbaik sangka bahwa setiap apa yang kita alami adalah bagian dari skenario yang telah ditetapkan Allah untuk kita. Jangan pernah merasa bahwa Allah tidak sayang kepada kita. Allah selalu menyertai hamba-Nya yang mau menjaga hak – hak-Nya. Maka, berusahalan untuk selalu menjaga hak-hak-Nya. Jangan sampai kita terlena dengan kehidupan dunia yang serba fana. 

Sebagai mukmin seharusnya kita selalu meminta hidayah dan petunjuk kepada-Nya. Minta kepada Allah agar selalu dijaga dan dipelihara hati kita terutama dalam mengabdikan diri kepada-Nya. Mohon kepada Allah agar hati kita tidak dipalingkan dari kebenaran. Perbanyak do’a kepada-Nya:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8)

Artinya: “Duhai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada  kami rahmad dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia) (Q.S. Ali Imran (3); 8)

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Sabtu, 28 Januari 2017

Pesona Zamrud Katulistiwa




Negeri ini ditakdirkan oleh Tuhan menjadi negeri yang indah. Penduduk dunia menyebutnya sebagai surga dunia karena keindahan alam yang terhampar luas di dalamnya. Negeri yang kaya raya akan hasil buminya, tak heran ia mengundang seluruh mata dunia untuk sekadar memandang atau lebih dari itu ingin merebut dan menguasai seluruh kekayaan yang ada di dalamnya. Tak berlebihan kiranya bila dunia internasional menyebut negeri ini sebagai zamrud katulistiwa. Ya, itulah Indonesia kita, negeri dimana kita dilahirkan dan dibesarkan oleh asuhan ibu pertiwi. Negeri yang gemah ripah loh jinawi. Tanahnya subur, kaya akan bahan tambang dan disini terbentang lautan luas yang kaya akan aneka ragam satwa laut dan tetumbuhannya.

Keindahan dan kekayaan negeri ini sudah sejak lama menjadi dambaan setiap bangsa yang pernah singgah di pelabuhannya. Sebelum Majapahit berdiri, nyatanya sudah banyak bangsa manca nagari yang berdatangan dan ingin mengambil alih kekuasaan. Kubhilai Khan, raja dari kerajaan Tar – Tar Mongolia, mengutus seorang utusan yang meminta kepada Raja Kertanagara dari Singasari untuk membayar upeti sebagai tanda bahwa negeri ini telah bertekuk lutut dan tunduk dalam kekuasaannya. Kalau menolak akibatnya dia akan menyerang dan membumi hanguskannya.

 Negeri ini negeri kesatria, tak semudah membalikkan telapak tangan untuk sekadar menundukkannya. Maka jawabannya jelas, lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup terjajah. Namun, sebelum pasukan Tar – Tar datang dan menyerang, Kertanegara sudah keburu meninggal dunia karena ia harus tewas ditangan Jayakatwang, seorang pemberontak dari Kediri yang haus akan kekuasaan. Alhasil Jayakatwanglah yang kemudian menjadi amukan kemarahan pasukan Tar – Tar atas tipu muslihat menantu Kertanegara yang ingin kembali merebut tahta, Raden Wijaya, pendiri dan Raja pertama Majapahit yang bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

Setelah berdiri kerajaan baru yang diberi nama Majapahit, ternyata tidak serta merta langsung bisa hidup dengan damai dan tentram sebagaimana yang menjadi harapan. Bahkan, para pejuang yang dahulu berjibaku, bahu membahu untuk mengusir bangsa asing yang menjajah justru kemudian saling sikut - menyikut untuk berebut pangkat, jabatan dan kekuasaan. Ranggalawe, Lembu Sora, Nambi dan sederetan pejuang lain telah menjadi korban dalam ambisi perebutan kedudukan.

Di era kerajaan Islam Demak, kerajaan Islam yang dianggap pertama kali berdiri di tanah Jawa ini, yang merupakan simbol kejayaan Islam di negeri ini, nyatanya juga tidak lepas dari budaya sikut – menyikut antar sesama. Sunan Prawoto yang merupakan sultan keempat kerajaan ini dibunuh oleh saudara sepupunya adipati Jipang Arya Penangsang. Kemunculan tokoh wali songo yang melegenda dan tokoh kontroversial Syaikh Siti Jenar juga tidak lepas dari konflik. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai konflik yang melatarbelakanginya.

Selepas masa kerajaan berakhir ternyata keindahan negeri ini masih memiliki pesona yang seolah tiada pernah luntur. Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang ternyata juga terpesona dengan keelokan negeri ini. Belanda-lah bangsa yang paling lama bercokol dan menjajah negeri ini, meski kemudian dia harus pergi karena di usir oleh Jepang yang saat itu menjadi penguasa di Asia Raya. Hingga saat kesadaran para pemuda bangkit dan pada akhirnya mampu mengusir mereka untuk memproklamirkan diri sebagai negeri yang merdeka, berdaulat dengan nama Indonesia.

Masa kemerdekaan membawa angin segar dan harapan bagi bangsa ini untuk bisa hidup lebih baik dari sebelumnya. Berusaha menstabilkan keadaan dan sedikit demi sedikit memperbaiki kesejahteraan dengan melakukan pembangunan. Segala sektor diperbaiki dan dibangun sedemikian rupa hingga pada masa rezim orba berkuasa sampailah bangsa ini pada era tinggal landas. Kesejahteraan mulai dirasakan, swasembada pangan diraih dan anak negeri ini berhasil menciptakan pesawat sendiri. Namun, ternyata semua itu hanya semu, kebobrokan rezim orba menyisakan persoalan yang luar biasa bagi bangsa ini. Hutang yang mencekik setiap anak bangsa yang baru lahir akibat kesalahan segelintir orang yang serakah dengan harta. Terjadilah reformasi yang menelan banyak korban, baik harta maupun nyawa, memaksa rezim yang berkuasa untuk turun dari singgasana. Turunlah bapak dari singgasana dan datanglah penguasa baru sebagai gantinya.

Seolah tak pernah berujung, budaya sikut – sikutan tetap saja menjadi sesuatu yang diidolakan untuk mendapatkan kekuasaan. Sepak sana, sepak sini, terjang sana, terjang sini, pukul sana, pukul sini masih saja terus mewarnai. Seolah tak akan pernah berakhir sampai digulungnya jagat ini. Ya, pemandangan yang tak pernah kita tahu kapan berakhirnya.

Saat ini, negeri ini juga masih tetap saja dilanda penyakit sikut – sikutan. Pilkada DKI yang sebentar lagi digelar agaknya menjadi alasan yang tepat untuk memunculkan budaya sikut – sikutan. Mulai dari yang sekedar menebar isu sampai yang menebar fitnah. Masya Allah,… sungguh pemandangan yang memilukan.

Masih terngiang jelas diingatan kita kasus yang dianggap penodaan agama yang dilakukan oleh Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal dengan nama Ahok. Kasus ini pun tidak lepas dari budaya sikut – sikutan yang seolah telah mengakar dan mendarah daging. Ribuan umat Islam memadati Jakarta untuk menuntut keadilan. Menuntut agar Ahok diadili dan dipenjarakan. Terlepas dari siapa yang benar, dan saya tidak mau ambil pusing dengan menghabiskan waktu memikirkan kejadian ini, bangsa ini sepertinya mendambakan seorang ‘Ratu Adil’ yang dalam istilah umat Islam dikenal dengan ‘Imam Mahdi’. Sosok pemimpin yang mampu mendamaikan, membuat kehidupan bangsa ini menjadi lebih baik dan bermartabat. Menjadi negeri yang aman damai sejahtera dan diridlai oleh Tuhan.

Sebagai generasi muda seyogyanya mempersiapkan diri dengan menempa diri, belajar dengan giat, memperkuat keimanan, ketaqwaan dan keshalihan diri. Ingat, seperti apa masa depan negeri ini, tercermin dalam diri pemuda hari ini. Miris rasanya melihat anak bangsa yang saling sikut sana, sikut sini demi untuk mendapatkan posisi yang diminati. Semoga anak – anak negeri ini mampu mengubah citra negeri sikut – sikutan ini menjadi negeri aman dan damai. Amin…

Semoga Bermanfaat…
Allahu A’alam…




Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...