Pengalaman Pertama
Setiap orang pasti pernah merasakan pengalaman pertama dalam
hidupnya, yakni saat pertama kali menjalani hal baru dalam hidup yang sebelumya
belum pernah dilakukan atau dialami. Saat menghadapi sesuatu yang baru dalam
hidup, setiap orang menghadapinya dengan berbagai cara. Ada yang menghadapinya
dengan tenang, adapula yang merasa gugup atau bahkan merasa takut. Hal yang
manusiawi bagi siapapun yang akan menghadapi hal baru dalam sejarah hidup
panjangnya.
Diantara hal yang barangkali hampir bisa dipastikan sama, dirasakan oleh setiap orang saat menghadapi hal baru dalam hidup adalah rasa “deg-degan, tegang, kikuk, kaku” dan sejenisnya. Rasa yang bercampuraduk dalam diri dan perasaan, bercampur antara berani dan tidak, sukses atau gagal, dan perasaan yang semacamnya. Namun, pengalaman adalah guru terbaik yang tetap harus dihadapi dan disikapi secara bijak, dijadikan sebagai pengalaman berharga untuk menghadapi berbagai tantangan baru dalam hidup yang pasti akan dijumpai oleh setiap orang.
Rabu-Kamis, 16-17 Februari 2022 menjadi moment pertama bagi saya
untuk merasakan “sensasi” dan “pengalaman hidup pertama”. Saya mendapat
kesempatan dan kepercayaan untuk “nimbrung” di acara kegiatan “Workshop
Penyusunan RPS Madin” yang diselenggarakan oleh Ma’had Al-Jami’ah IAIN
Pekalongan, tepatnya di Hall Hotel Horison, bersama Mudir Ma’had Al-Jami’ah UIN SATU Tulungagung untuk
berbagi/sharing informasi kema’hadan dan sedikit berbagai tentang kurikulum
Madin UIN SATU Tulungagung, serta penyusunan RPS-nya.
Mudir Ma’had Al-Jami’ah UIN SATU Tulungagung, Dr. KH. Teguh, M.Ag.
pada sesi ini lebih focus pada materi tentang Ma’had Al-Jami’ah dengan tata
kelolanya. Beliau menyampaikan tentang kronologi berdirinya MADIN di UIN SATU
Tulungagung, lika-liku perjalanannya, serta berbagai tantangan yang dihadapi
dalam mengelola dan mengembangkan Ma’had Al-Jami’ah, baik yang rasional bahkan
sampai tantangan yang sifatnya mistis.
Selain itu, beliau juga banyak memberikan gambaran tentang
pengelolaan Ma’had Al-Jami’ah UIN SATU Tulungagung dimana system pengelolaannya
terbagi menjadi dua, yakni bagi mahasantri yang mukim dan non mukim. Pada sesi
awal beliau menyampaikan tentang program MADIN Ma’had Al-Jami’ah berikut dengan
berbagai program kegiatan yang ada di dalamnya. Bagaimana cara mensiasati
penyusunan jadwal pembelajarannya, kemudian juga tata kelola administrasi
kelembagaannya.
Saya berkesempatan untuk menyampaikan tentang Madin, kurikulum dan
RPS-nya. Karena ini merupakan pengalaman pertama bagi saya menjadi pemateri di
level perguruan tinggi dan di perguruan tinggi berbeda dengan peserta para
tutor madin yang umumnya berasal dari pesantren mitra, sebagai pengasuh maupun
asatidz di sana, tentu ada rasa dan sensasi yang berbeda. Namun, Alhamdulillah
saya bisa melewatinya, terbukti dengan bisa menyelesaikan materi sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh panitia.
Saya banyak menjelaskan tentang bagaimana tantangan PTKIN sebagai
salah satu lembaga pendidikan Islam tertinggi yang melahirkan para sarjana
muslim. Menjelaskan tentang pentingnya untuk memberikan bekal yang cukup kepada
mereka untuk siap terjun di masyarakat. Karena, pada umumnya masyarakat tidak
melihat berapa nilainya, dan jurusan apa yang mereka ambil di PTKIN. Mereka
hanya melihat para alumni sebagai sarjana perguruan tinggi yang tentunya memiliki
tingkat keilmuan setingkat lebih tinggi di atas mereka.
Asumsi masyarakat ini, terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Ada
sebagian alumni PTKIN yang “siap saji”, namun di sisi lain banyak juga yang
“belum siap”. Bahkan, tidak jarang juga yang cukup membuat “prihatin” karena
bekal “ilmu keislaman” yang dimiliki masih belum sesuai dengan alasan bahwa
mereka bukan berasal dari jurusan “keislaman”. Nah, di sinilah yang harus
dipersiapkan oleh PTKIN agar setiap lulusannya, minimal memiliki bekal ilmu keislamam
yang cukup.
Ma’had Al-Jami’ah sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah
PTKIN memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan para alumni PTKIN yang
memiliki kompetensi dan bekal keislaman yang cukup. Karena itu, madin sebagai
salah satu program kegiatan yang diselenggarakan oleh UPT Ma’had Al-Jami’ah
seyogyanya bisa menjadi jawaban atas keresahan tersebut.
Hal yang selanjutnya saya jelaskan adalah penyelenggaraan madin,
berikut kurikulumnya. Agaknya ini masih menjadi PR besar bagi sebagian mahad
lain di luar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, karena untuk menjawab hal
tersebut diperlukan kerja keras serta kerjasama dari semua elemen kampus, utamanya
dari pihak pimpinan. Sesi terakhir adalah penyampaian RPS Madin dan selanjutnya
ditindaklanjuti dengan praktik
penyusunan RPS oleh para tutor madin di IAIN Pekalongan. Semoga pengalaman
pertama ini menjadi pengalaman berharga bagi saya, untuk bisa lebih baik ke
depannya. Aamiin.
Mantab
BalasHapussuwun gus
Hapus