Kamis, 05 Januari 2017

Kekuatan di Balik Tulisan




(Sebuah Refleksi atas Buku “The Power of  Writing” Karya Dr. Ngainun Naim, M.Ag.)

.
Ah… malu rasanya, saya yang sehari – hari berkecimpung di tempat yang sama dengan beliau, tetapi terlambat memiliki buku penuh inspirasi ini. Tapi tidak apalah daripada tidak sama sekali, mending terlambat tapi tetap dapat. Begitulah kiranya ungkapan hati saya setelah resmi saya membeli buku ini sesaat sebelum acara literasi yang beliau adakan atas nama LP2M di kampus IAIN Tulungagung tercinta untuk memompa semangat kawan – kawan dalam dunia literasi.

Buku “The Power of Writing” diterbitkan oleh penerbit Lentera Kreasindo, dicetak untuk pertama kalinya pada Januari 2015 dengan tebal 230 halaman. Terbagi menjadi enam bab dengan tema, Spirit Menulis, Motivasi Menulis, Alasan Menulis, Hambatan Menulis, Strategi Menulis, Belajar Menulis Dari Para Tokoh. Buku ini telah mendapatkan banyak komentar dan penilaian dari berbagai pakar dan pegiat literasi. Pada umumnya komentar dan penilaian mereka bersifat positif.

Buku ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam menghipnotis pembaca, khususnya saya. Tulisannya sederhana namun mengena, tidak banyak menggunakan kata – kata yang sulit dipahami layaknya karya ilmiah yang bertaraf internasional. Namun, saya merasa, saat saya memulai perjalanan membaca karya ini, seolah - olah saya dihipnotis dengan kekuatan tulisan yang ada di dalamnya. Tanpa terasa saya telah membaca berlembar – lembar tulisan dengan judul yang berbeda – beda di buku ini namun dengan tema yang sama yaitu “Menulis”. Membaca buku ini, membuat saya merasa tidak ingin berhenti dan ingin terus membaca. Setiap kata yang tertulis seolah memiliki kekuatan memengaruhi alam pikiran saya sehingga dorongan membacanya begitu kuat.

Terlepas dari kekuatan tulisan penulis yang profokatif ini, terdapat dua judul yang seolah menusuk jauh ke dalam hati saya yang paling dalam. Dua judul tulisan itu adalah “(Maaf) Babu Saja Menulis” dan “Write or Die!”.

(Maaf) Babu Saja Menulis, sekilas ketika saya melihat judul ini, hati kecil saya seolah seperti tertusuk sembilu. Bagaimana tidak, dalam tulisan ini penulis menyajikan informasi yang begitu menusuk naluri setiap pembaca khususnya mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal sampai perguruan tinggi dengan menunjukkan satu kenyataan yang boleh dibilang bertolak belakang dengan prestasi mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal. Seorang Sri Lestari yang sehari – hari bekerja sebagai buruh migran di Hongkong membuktikan kepada dunia bahwa menulis bukanlah hal yang sulit, buktinya dia (maaf) yang kerjanya babu saja bisa. Sementara di sisi lain banyak di antara para sarjana dan lulusan perguruan tinggi yang semestinya mereka lebih lihai dan mampu menghasilkan banyak karya, justru sama sekali mandul dan tidak menghasilkan tulisan sama sekali. Padahal, kalau kita lihat dari satu sisi potensi pendidikan formal yang di enyam seharusnya menunjukkan kenyataan yang berbeda. Sebagai buruh tentu jam kerjanya jauh lebih banyak dan kerjanya lebih berat, apalagi di luar negeri, namun nyatanya Sri tetap bisa, bagaimana dengan kita?

Secara jujur penulis mengatakan, “Sebagai orang yang merasakan manfaat menulis, saya ingin “mempermalukan” teman – teman yang punya banyak potensi dan peluang menulis melebihi Sri Lestari tetapi belum menulis. Sri Lestari yang (maaf) babu saja bisa, mau, dan mampu menulis, masak kaum yang lebih terpelajar tidak bisa?”. Pernyataan ini menurut saya, sangat mengena dan menusuk hati bagi yang mau berpikir secara mendalam. Tetapi lain halnya kalau tidak, ya mungkin hanya dianggap angin yang  berlalu saja.

Judul kedua yang menurut saya sangat profokatif adalah “Write or Die!”. Judul ini mungkin terinspirasi dari perbincangan beliau dengan penulis senior yang juga dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Much. Khoiri. Menurutnya, dalam perbincangan santai di sebuah sanggar kepenulisan di Tulungagung, Pak Emcho –sapaan akrab Much. Khoiri- mengatakan bahwa komitmen menulis itu harus dipegang teguh. Bagi pak Emcho, menulis adalah hidup itu sendiri. Bagi beliau, pilihannya hanya dua: write or die, menulis atau mati, tulis Ngainun Naim.

Memang diakui maupun tidak, kekuatan tulisan akan lebih bertahan lama daripada ucapan. Ucapan hanya akan memiliki pengaruh spontan dan seketika, mampu menggerakkan masa, namun sifatnya hanya sementara. Berbeda dengan tulisan, kekuatan tulisan lebih bertahan lama daripada kata yang terucap. Bila kata yang terucap akan hilang dan dilupakan bersamaan dengan berpisahnya orang yang mengucap atau minggalnya, maka tulisan masih tetap bisa dibaca dan diambil setiap hikmah dan pelajarannya meski penulisnya sudah meninggal dunia. Oleh karenanya menulis bisa jadi menjadi jariyah bagi si penulis setelah ketiadaannya. Namanya akan tetap terkenang bagi setiap orang yang menjadi pengagumnya sepanjang zaman. Berbeda dengan para orator yang namanya akan menghilang seiring dengan kepudaran popularitas dan produktivitasnya. Maka tidak berlebihan kiranya, jika penulis mengambil judul “Write or Die!” sebagai satu objek bahasan dalam buku ini.

Menulis membutuhkan perjuangan, perjuangan dalam mengatasi berbagai godaan yang menghampiri untuk berhenti menulis. Saya sendiri merasakan hal itu. Saya mungkin belum bisa disebut penulis oleh karena belum ada karya saya yang menghias di penerbitan. Setidaknya, saya pingin belajar menulis. Itulah yang saat ini saya lakukan. Saya mengikuti beberapa kegiatan yang di dalamnya memberikan pendidikan dan pengajaran dalam menulis, sebagaimana yang di adakan oleh Dr. Ngainun Naim. Saya ingin banyak belajar tentang dunia tulis menulis.

Buku “The Power of Writing” ini merupakan satu suntikan power bagi para pemula dalam dunia tulis – menulis. Kekuatan daya hipnotis kata dalam setiap tulisan begitu terasa sehingga menggiring para pembaca untuk terus membaca dan mendorong mereka untuk tergerak dalam menulis. 

Diakui maupun tidak dunia literasi memberikan banyak manfaat bagi setiap pembelajar. Dunia literasi semakin membantu para pembelajar untuk merekam setiap informasi dan pengetahuan lewat berbagai artikel, catatan dan tulisan – tulisan sederhana. Biarlah tulisan kita saat ini jelek, yang penting kita tetap menulis. Jangan menggunakan kesibukan sebagai alasan pembenaran bagi kita untuk tidak menulis. Penulis buku ini mengatakan, “Menulis itu, menurut saya, merupakan bentuk perjuangan. Banyak yang berpendapat bahwa menulis itu membutuhkan waktu tenang, khusus, dan sedang tidak sibuk. Jika rumus ini dipakai, barangkali saya akan sangat jarang menghasilkan tulisan. Lima hari dalam seminggu saya harus pergi ke kantor. Brangkat dari rumah sekitar jam 6 pagi dan sampai di rumah setelah magrib. Hari sabtu dan minggu biasanya saya pakai untuk kegiatan keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu khusus untuk menulis.”

So, bagaimana dengan kita sobat? Masihkah kita beralasan bahwa kesibukan membuat kita tidak bisa menulis. Bukankah mestinya kita yang memanfaatkan waktu, bukan sebaliknya, kita tergilas oleh waktu. Semoga kita bisa menulis seperti beliau… Amin… 

Semoga bermanfaat…

Allahu A’lam bish Shawab…

Wisata Religi di Penghujung Tahun 2016


Al-hamdulillah puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga di penghujung 2016 saya kembali bisa mengikuti kegiatan wisata religi ziarah ke makam auliya’ di wilayah Jawa Timur. Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini tujuan ziarah ditambah dengan ziarah ke makam Syaikhana Khalil, Bangkalan, Madura.

Perjalanan kami dimualai dari desa Ngunut, tepatnya dari halaman LPI Qurrata A’yun di LK 02, Beji Ngunut Tulungagung. Rombongan ini diikuti kurang lebih 60 orang dengan mengendarai bus dari PO Bimario, Ponggok Blitar. Sebagai Imam Ziarah adalah Kyai Supriyono, Pengasuh Pondok Pesantren dan Madrasah Far’u Hidayatul Mubtadi’in Ngunut, LK 02 Beji Ngunut Tulungagung. Beliau adalah salah satu santri dari KH. Ali Shadiq Umman, Pendiri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut yang kemudian diambil menantu oleh kakaknya Kyai Ali.

Siang itu selepas shalat jum’at, kira – kira pukul 13.30 WIB, perlahan bus mulai bergerak membawa 60 peziarah yang di dominasi oleh warga LPI Qurrata A’yun yang dikepalai oleh Drs. Imam Muslimin. Sebelum melaju terlebih dahulu, direktur sekaligus kepala sekolah ini memberikan pengarahan kepada seluruh peserta, khususnya kepada anak – anak bahwa perjalanan ziarah ini adalah dalam rangka wujud syukur kepada Allah atas nikmat iman, islam dan ihsan yang diberikan dengan bersyukur kepada orang yang menjadi perantara nikmat dalam hal ini adalah pembawa islam ke tanah Jawa yang dikenal dengan auliya’. Beliau juga mengingatkan agar perjalanan ziarah ini diniatkan semata – mata untuk beribadah kepada Allah bukan yang lain. Selama perjalanan diusahakan hati untuk senantiasa memperbanyak dzikir kepada Allah khususnya dengan memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menjelaskan bahwa dahulu ketika umat islam masih lemah imannya, Rasulullah SAW pernah melarang umatnya untuk menziarahi makam  karena khawatir kalau – kalau mereka keliru niat dan justru terjerumus ke dalam kemusyrikan. Akan tetapi setelah Rasulullah SAW merasa iman umat islam sudah kuat beliau menganjurkan umat islam untuk berziarah ke makam karena dengan ziarah makam hati mudah mengingat kematian. Pesan beliau yang terpenting adalah di makam kita berdo’a dan meminta kepada Allah bukan kepada para auliya’ yang ada di dalam makam tersebut. Ini penting untuk diketahui agar tidak terjadi kesalahan yang boleh jadi berujung kepada kemusyrikan.

Sebagai tujuan pertama adalah makam K.H. Ali Shadiq Umman beserta istrinya Nyahi Fatimah. Setelah tiba di makam, jamaah kemudian secara khusyu’ mengikuti setiap do’a, dzikir dan tahlil yang di pandu oleh Kyai Supriono. Perlu diketahui bahwa K.H. Ali Shadiq Umman adalah seorang ulama’ besar di Tulungagung pendiri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin yang lebih dikenal dengan nama pondok Ngunut. Ziarah ke makam ini tidak lepas karena keberadaan LPI Qurrota A’yun yang berdekatan dengan pondok disamping latar belakang Kyai Supriono sebagai salah satu santri pondok Ngunut. Oleh karenanya kewajibannya adalah berbakti kepada guru, bersyukur atas jasa – jasanya.

Setelah dirasa cukup, para jamaah segera bergegas menuju ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Tidak sebagaimana biasa Stono Gedong, makam Syaikh Wasil yang biasanya menjadi tujuan kedua, kali ini tidak diziarahi. Kali ini yang menjadi tujuan kedua adalah makam Syaikh Ihsan Dakhlan al-Jampesi, ulama’ besar dari Kediri, pendiri Pondok Jampes. Beliau menjadi ulama’ kesohor di Kediri khususnya, Indonesia bahkan di luar negeri karena karya besarnya yaitu kitab “Sirajut Thalibin” yang merupakan Syarah dari kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Sebelum ke makam jamaah menunaikan shalat ashar berjamah di masjid, selanjutnya ziarah kemakam dengan dzikir dan tahlil sebagaimana biasa.

Perjalanan selanjutnya menuju ke makam Syaikh Sulaiman Jombang. Sebagaimana yang lain di tempat ini peserta dengan khusyu’ melakukan doa dan dzikir bersama. Setelah dirasa cukup, perjalanan selanjutnya di teruskan ke makam Troloyo, tempat Syaikh Jumadil Kubro yang dianggap sebagai salah satu leluhur wali songo di makamkan. Kompleks pemakaman ini berada di daerah Trowulan Mojokerto. Tempatnya berdekatan dengan situs sejarah kerajaan Majapahit yang masyhur. Kerajaan Jawa yang mampu mempersatukan Nusantara di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan maha patih Gajah Mada. Boleh dibilang bahwa kompleks pemakaman ini adalah yang terluas bila dibandingkan makam auliya’ yang lain. Saat ini area makam ini masih direnovasi agar lebih baik. Mudah – mudahan renovasi segera bisa di selesaikan sehingga para peziarah kembali bisa merasakan kenyamanan dalam melakukan do’a di area makam ini.

Selesai dari makam Troloyo kami melanjutkan perjalanan ke pulau garam Madura melintasi jembatan terpanjang di Asia Tenggara, Jembatan Suramadu. Tempat yang dituju adalah makam Syaikhana Khalil Bangkalan Madura. Syaikh Khalil adalah ulama’ karismatik dan berpengaruh di dunia pesantren khususnya para ulama’ Jawa. Hampir semua ulama’ besar tanah Jawa pada zamannya pernah berguru kepada Syaikh Khalil yang terkenal akan karomah, kealiman dan juga ke-nylenehan-nya. Sebut saja professor do’a dari Kediri K.H. Mohammad Ma’ruf pendiri pondok pesantren Kedunglo, K.H. Abdul Karim dari Lirboyo, dan pendiri jam’yyah Nahdlatul Ulama’ Syaikh Hasyim Asy’ari. Ketiga ulama’ besar ini adalah murid kinasih dari Syaikh Khalil. Kami sampai di makam Syaikh Khalil yang berada di area Masjid Agung Bangkalan sekitar pukul 23.30 WIB dini hari.

Setelah dirasa cukup berdo’a sekaligus dzikir di makam Syaikh Khalil, kami melanjutkan perjalanan ke makam Kanjeng Sunan Ampel, seorang auliya’ yang makamnya berada ditengah – tengah kota Surabaya. Makam ampel seakan tidak pernah sepi dari peziarah yang datang silih berganti dari seantero tanah air. Sunan Ampel  merupakan sosok wali yang dianggap sebagai pemimpin wali songo. Di area makam ini juga terdapat makam Mbah Bolong, dan Mbah Soleh. Keduanya adalah pengikut Sunan Ampel. Konon saat pembangunan masjid ampel banyak yang meragukan apakah arah pengimaman sudah benar – benar lurus ke arah kiblat. Karena keraguan itu akhirnya Mbah Bolong membuat lobang pada pengimaman dan setiap orang diminta untuk melihatnya. Anehnya setiap orang yang melihat ke lubang tersebut dapat melihat ka’bah secara langsung. Inilah sebabnya nama Mbah Bolong lebih dikenal daripada nama aslinya Sonhaji sampai saat ini. Sementara Mbah Soleh adalah orang yang pekerjaannya membersihkan masjid ampel. Makamnya sejumlah tujuh. Konon setelah meninggal saat masjid ampel kotor, ketika Sunan Ampel mengatakan “kalau mbah Sholeh masih hidup masjid ini pasti bersih”, beliau hidup lagi, begitu seterusnya sampai tujuh kali.

Dari ampel perjalanan diteruskan ke makam Sunan Giri. Beliau memiliki nama asli Raden Paku putra dari maulana Ishaq. Makamnya berada di Gresik di daerah Giri Kedaton. Untuk menuju ke area makam peziarah bisa memanfaatkan jasa ojek atau dokar yang sudah siap berjajar di area parkir. Kami tiba di Giri menjelang subuh. Sebelum ke makam kami melaksanakan shalat subuh terlebih dahulu karena waktu sudah hampir habis. Baru setelah itu kami menuju ke makam untuk berziarah, berdoa dan tahlil bersama.

Perjalanan berikutnya adalah ke makam Sunan Gresik atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Seorang wali yang dianggap sebagai peletak dasar pertama pesantren di tanah Jawa. Beliau juga disebut – sebut sebagai sesepuh wali songo. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke makam Drajat tempat Sunan Drajat dimakamkan, tepatnya di daerah Sedayu yang merupakan area perbukitan. Selesai berdoa dan berdzikir kami menyempatkan diri untuk mengunjungi museum Drajat yang tidak jauh dari area makam. Di museum ini terdapat beberapa peninggalan dari Sunan Drajat.

Selepas dari Drajat, perjalanan diteruskan ke Tuban ke makam Syaikh Ibrahim al-Samarkhandiy yang dikenal dengan Syaikh Asmorokondi. Letak makam ini di pesisir pantai utara. Disinilah para jamaah istirahat sambil menikmati segarnya air untuk mandi setelah menahan penat sehari semalam tanpa mandi.

Selesai dari asmorokondi kami menuju makam Kanjeng Sunan Bonang yang merupakan tujuan terakhir dari ziarah wali. Letaknya berada di pusat kota dekat dengan alun – alun kota. Untuk menuju ke area makam kami memanfaatkan jasa tukang becak atau kalau ingin berolah raga bisa dengan berjalan kaki. Jaraknya cukup lumayan sehingga bisa dimanfaatkan untuk membakar lemak yang menumpuk. Di sini pula biasanya selesai ziarah dan berdoa di makam, para jamaah menghabiskan waktunya untuk berbelanja memborong oleh – oleh untuk sanak famili, keluarga dan tetangga di rumah.

Setelah puas dengan belanja,kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Tulungagung . Sepanjang perjalanan hampir semua peserta ziarah terlelap dalam tidurnya , mungkin  karena kelelahan selama perjalanan ziarah. Kami sampai di area LPI Qurrota A’yun pada sekitar pukul 23.55 WIB sebelum pergantian tahun. Akhirnya kedatangan kami pun disambut dengan suara letusan petasan dan percikan kembang api sebagai tanda pergantian tahun, dari 2016 ke 2017.

Semoga bermanfaat…


Allahu A’lam bish Shawab… 

Jumat, 30 Desember 2016

DI PENGHUJUNG TAHUN 2016


Tanpa terasa waktu berjalan dengan begitu cepat. Rasanya baru kemarin hiruk pikuk  suara riuh orang sorak sorai menyambut datangnya tahun 2016. Bunyi petasan, kerlap kerlip kembang api, suara terompet dan seabreg suasana pesta penuh kemeriahan menyambut datangnya tahun baru. Kini nyatanya waktu telah mengantar kita pada penghujung tahun 2016, tanda akan dimulainya babak baru kehidupan kita di tahun 2017.

Perjalanan waktu memang terasa begitu cepat. Barangkali karena kesibukan yang begitu padat sehingga waktu satu tahun seolah serasa sehari. Begitu cepat, datang dan kemudian berlalu.

Selama kurun 2016 tentu banyak hal yang kita alami dan kita rasakan. Mungkin ditahun ini kita mendapat banyak kenikmatan, anugerah yang indah dalam kehidupan kita ataupun sebaliknya, banyak menghadapi cobaan, musibah dan kegagalan dalam hidup. Tetapi yang mesti kita sadari dan terus kita ambil hikmah di dalamnya adalah kehidupan itu bersifat dinamis, selalu berjalan setapak demi setapak sehingga kita akan sampai pada tapak terakhir ketika kita sowan kembali kepada-Nya, Allah, Sang Khaliq yang akan meminta pertanggung jawaban akan hal ihwal kehidupan kita selama di dunia.

Apa yang mesti kita lakukan di penghujung tahun ini?

Muhasabah, berusah untuk selalu mengoreksi diri dari setiap perjalanan hidup kita. Apakah setiap langkah dalam kehidupan kita sudah sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT sebagai Khaliq yang telah menciptakan kita. Seringkali kita terbawa larut dalam keadaan yang tanpa kita sadari justru membuat kita lalai dari Allah. Semua ini karena keterbatasan hati, akal dan fikiran kita untuk selalu ingat kepada-Nya. Kesibukan kita untuk mengurus pekerjaan, sekedar mengais rizki memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari menuntut kita untuk bergelut dengan kerasnya kehidupan dunia sehingga kadang tujuan hidup justru terabaikan. Maka, akhir tahun ini menjadi kesempatan bagi kita semua untuk muhasabah, koreksi diri, melihat dan menghitung setiap detik naik turunnya nafas sebelum dimintai pertanggungjawaban pemiliknya.

Mengambil Ibrah, mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dan kejadian yang kita alami maupun yang terjadi disekeliling kita. Setiap peristiwa dan kejadian yang kita alami maupun yang terjadi di dunia ini bukan terjadi secara alami dan hanya sekedar gejala atau peristiwa alam belaka yang tidak mengandung pelajaran di dalamnya. Dibalik setiap peristiwa terdapat sebuah pelajaran. Maka, sudah seharusnya kita berusaha untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dan kejadian yang terjadi. Apabila ada anugerah dan kenikmatan yang kita terima, maka jangan sampai kita lupa bahwa semua itu datang dari kehendak-Nya yang menuntut kita untuk bersyukur dan semakin mendekat kepada-Nya. Jika yang terjadi adalah sebuah musibah dan kegagalan, maka yang kita lakukan adalah berusaha bangkit dari semua keterpurukan itu, mengubahnya menjadi spirit untuk lebih maju dan menyadari bahwa kita tidak mampu apa – apa yang mampu hanyalah Allah saja. Selain itu juga berusaha meneliti perjalanan hidup kita barangkali ada sesuatu yang salah sehingga Allah mengingatkan kita dengan musibah tersebut.

Taubat, kembali kepada-Nya. Di dunia ini kita tidak diperintahkan untuk melakukan apapun selain hanya beribadah kepada-Nya. Mengabdikan diri kepada-Nya dengan tulus ikhlas, memurnikan agama-Nya. Maka penghujung tahun adalah momentum yang baik bagi kita untuk bertaubat kepada-Nya atas semua kelalaian, kesalahan, dosa dan setiap maksiat yang kita lakukan.  Kita juga perlu untuk melihat dan mengoreksi diri sudah sampai mana perjalanan kita untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Taubat kita juga harus kita teliti termasuk dalam katgori yang mana, taubat min al-shaghair, min al-kabair, min al-makruhat, min al-mubahat, min al-ghaflah? Begitu seterusnya sehingga kita semakin berkualitas dalam mengabdikan diri.

Berbenah Diri, akhir tahun sebagai meomentum bagi kita untuk berbenah diri, memperbaiki setiap kesalahan yang pernah kita alami. Jangan sampai kita hanya terbuai dengan kemeriahan tahun baru tetapi lupa akan perbaikan kualitas diri. Begitu seharusnya.

Apa yang harus kita lakukan di tahun depan?

Planning, apa yang akan kita lakukan di tahun depan harus kita planningkan, kita rencanakan dengan sebaik – baiknya agar kita tidak menyesal kemudian. Semua harus rapid an lebih tertata dengan baik dibandingkan tahun lalu.

Niat, perbaiki niat kita, ibarat orang menempuh pelayaran saat ini kita sedang berlabuh disebuah dermaga, dermaga 2017 Sekarang saatnya kita memulai babak baru perjalanan kita menuju dermaga 2018. Maka niat kita harus diperbaiki dan tata dengan baik jangan sampai kita menyesal kemudian.

Perbaiki Kesalahan, tahun baru adalah tahun dimana kita harus memperbaiki semua kesalahan kita di tahun lalu. Maka, cobalah resback kebelakang teliti semua kesalahan, dimana letak kesalahannya dan bagaimana cara memperbaikinya. Insya Allah hidup kita akan semakin berkah. Amin.

Memupuk Harapan, masih ada kesempatan bagi kita untuk meraih harapan. Jangan berhenti karena satu kegagalan. Ingatlah harapan masih ada. Jangan bersedih karena satu kegagalan, senyampang nafas kita masih ada, jantung kita masih berdetak disitu harapan selalu ada.

Berlomba dalam Kebaikan, tahun baru adalah waktu dan kesempatan bagi kita untuk memulai babak baru dalam berlomba menuju kebaikan. Jangan biarkan diri kita larut dalam keterpurukan dan dosa. Keluarlah dan tataplah masa depan yang lebih baik dari kemarin.

Masih banyak sebenarnya yang bisa kita lakukan di tahun baru ini. Cobalah gali semua potensi diri, manfaatkan semua peluang dan isilah setiap waktu dengan hal – hal yang bermanfaat. Semoga di tahun yang akan datang kita akan menjadi pribadi yang semakin baik dari sebelumnya, semakin sukses dalam menapaki kehidupan dan semakin dekat dengan Allah, Sang Penguasa atas segala – galanya.

Semoga Bermanfaat...

Wallahu A’lam Bish Shawab…


Kamis, 29 Desember 2016

Wewarahe Wong Jowo


Bermula dari satu kiriman catatan teman lewat whatshap judul ini menginspirasiku untuk menorehkan sebuah catatan. Wewarahe wong jowo, begitu aku menyebutnya.

Saat perjalanan ke tempat kerja sambil menunggu Titanic (perahu penyeberangan brantas), terdengar bunyi ponsel yang menandakan ada pesan masuk. Setelah aku buka, sungguh aku merasa tertegun dengan isi catatan sederhana yang mungkin adalah hasil copy paste dari group atau catatan teman sebelah. Catatan itu berisi 10 point kata – kata yang mengandung makna sangat dalam. Kata – kata yang bersumber dari hati yang jernih –menurutku- dari seseorang yang telah banyak mengenyam asam garam kehidupan. Sepuluh point itu adalah:
1.      Urip Iku Urup
2.      Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta Dur Hangkara
3.      Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
4.      Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji – Ajai, Sugih Tanpa Bandha
5.      Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan,
6.      Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
7.      Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman
8.      Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
9.      Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendho
10.  Aja Adigang, Adigung, Adiguna

Urip Iku Urup, Hidup itu nyata! Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik. Wewarah ini penting untuk kita camkan dan kita laksanakan dalam kehidupan. Dalam kehidupan tidak mungkin kita bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Kita selalu membutuhkan orang lain untuk sekedar saling tegur sapa, menghilangkan rasa gundah gulana atau saling berbagi pengalaman dan cerita. Maka, seyogyanya dalam menjalani hidup ini kita selain untuk memenuhi kebutuhan pribadi juga berusaha untuk memberi manfaat kepada orang lain. Orang yang memberi manfaat kepada yang lain akan barakah hidupnya. Mereka adalah lentera kehidupan yang dalam bahasa jawa disebut dengan urup.

Dalam tradisi Islam, memberikan manfaat kepada orang lain juga merupakan perintah Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Melalui satu hadisnya Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sebaik – baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain”. Begitulah sabda Rasulullah Muhammad SAW, manusia paling agung dan menduduki peringkat pertama orang yang paling berpengaruh di dunia.

Memberi manfaat kepada orang lain bisa dilakukan dengan banyak cara. Memberi manfaat tidak harus dengan mengeluarkan uang atau sejenisnya, tetapi juga bisa dilakukan dengan memberikan ide, gagasan, nasehat, menulis catatan untuk disampaikan kepada yang lain dan seterusnya. Oleh karena itu jangan terpaku pada satu bentuk, karena banyak pilihan bentuk yang bisa kita jadikan pilihan. So, berusahalah untuk menjadi orang yang bermanfaat minimal untuk diri sendiri.

Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta Dur Hangkara, manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.

Keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan adalah faktor terpenting dalam kehidupan. Semua itu tidak akan datang dengan sendirinya. Tuhan telah memberikan potensi kepada manusia agar manusia menggunakannya untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Maka, berpangku tangan, tanpa ikhtiyar dan usaha adalah sebuah “ketololan” yang nyata.

Secara tegas al-Qur’an menyebutkan dalam Surat al-Ra’du (13); 11, yang artinya; “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga kaum itu mau untuk merubahnya”. Allah tidak akan merubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak mau untuk merubahnya. Ini artinya usah untuk merubah nasib dari keadaan yang buruk menjadi baik adalah satu keharusan dari sunnatullah yang tidak terbantahkan. Maka berusahalah dalam meraih keselamatan, karena selamat adah kunci dari kebahagiaan dan kesejahteraan.

Memberantas sikap angkara murka, serakah dan tamak. Ketga sifat ini adalah kunci kehancuran. Angkara murka menunjukkan adanya sifat sombong yang bercokol dalam diri seseorang. Karena sombong merasa lebih hebat ddari yang lain maka seseorang akan terdorong untuk berbuat serakah dan tamak. Menginginkan apa yang sebenarnya bukan menjadi haknya. Maka sebagai manusia yang baik wajib bagi kita untuk ikut andil dalam memberangus sikap angkara murka, serakah dan tamak. Mulailah dari diri sendiri, jangan terburu memberikan penilaian kepada orang lain sementara kita terjebak dalam kubangan lumpur sebagaimana kesalahan orang yang kita nilai. Jauhilah angkara murka, serakah dan tamak niscaya kehidupanmu akan menjadi kehidupan yang cerah dan gemilang di masa yang akan datang.

Sura Dira Jayaningrat, Lebur dening Pangastuti, segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. Itulah kuncinya.

Dalam kehidupan sehari – hari tentu kita dihadapkan dengan berbagai persoalan yang seoalah tidak akan pernah ada ujungnya. Persoalan itu menunjukkan adanya kehidupan, adanya nafas yang masih keluar masuk melalui hidung kita. Tidak jarang kita menjumpai orang yang memiliki temperamen keras, picik dan penuh dengan angkara murka.

Sikap demikian tidak harus kita lawan dengan menggunakan cara yang sama. Justru sebaliknya sifat – sifat dan perangai buruk di atas bisa dikalahkan dengan kita bersikap bijak, lembut hati dan sabar. Bukankah Rasulullah Muhammad SAW itu diutus kepada kaum yang berwatak keras? Karena kelembutan hati, kebijakan dan kesabaran beliaulah semua perangai dan sifat buruk bangsa Arab luluh lantak, tunduk di bawah kaki beliau. Subhanallah…!

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji – Aji, Sugih Tanpa Bandha, berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kekayaan atau kekuasaan, keturunan, kaya tanpa didasari kebendaan.

Jadilah pribadi anggun dan menawan, pribadi yang memiliki ioni dari dalam. Memiliki daya pikat, kharismatik yang mampu menundukkan setiap lawan tanpa perlu bantuan. Ketika anda bersengketa jadilah pemenang tanpa harus merendahkan dan mempermalukan lawan anda. Jadilah seorang yang kaya meski kenyataannya anda tidak berharta. Kemampuan semacam inilah yang jarang dimiliki oleh orang. Kebanyakan orang menang dengan merendahkan, mempermalukan, menjadi kaya karena kekuasaan, dan berwibawa karena kuasa dan harta.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri! Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

Kebanyakan orang akan bersikap bangga ketika memiliki kuasa dan berlimpah harta. Namun ketika musibah datang menimpa, ia mudah untuk merasa sedih. Ketika datang nikmat dia lupa kepada yang memberi nikmat dan ketika nikmat itu dicabut, barulah ia merasa sedih. Sikap ini lumrah dimiliki oleh setiap orang. Maka oleh sebab itu jadilah orang yang luar biasa dengan sikap besar hati. Tidak mudah merasa sedih dikala musibah menghampiri dan tidak mudah berbangga disaat kejayaan menyapa.

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, Jangan mudah terheran – heran ! Jangan mudah menyesal! Jangan mudah terkejut - kejut! Jangan mudah kolokan atau manja!

Dalam menjalani kehidupan ini sebisa mungkin kita bersikap wajar, tengah – tengah, tawazun, tawassuth dan i’tidal. Tidak perlu bersifat sok, pun pula jangan bersifat minder. Pepatah bilang, “Sebaik – baik urusan adalah yang tengah – tengah”. Begitu seharusnya kita dalam menjalani kehidupan ini. Bersifat santai tetapi juga tidak terlalu santai.

Setiap jengkal dari langkah kita dalam kehidupan ini sebenarnya adalah setiap tahap dalam kehidupan. Tahapan – tahapan itu harus kita lalui dengan kebesaran hati dan harus kita nikmati. Jangan sampai kita merasa minder. Jangan mudah merasa heran ketika muncul sesuatu yang membuat kita ta’jub, jangan terkejut karena keterkejutan kita justru akan membuat kita terpeleset dan terjatuh.

Manakala kita menghadapi kegagalan jangan mudah menyerah. Orang yang berhasil bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Akan tetapi orang yang berhasil adalah orang yang mampu mengubah kegagalan dalam hidupnya, menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk bangkit dan berlari. Boleh jadi orang yang berhasil itu mengalami kegagalan yang jumlahnya lebih banyak dari yang kita bayangkan. Tetapi yang jelas ia tidak menyerah, ia bangkit, berjalan dan berlari untuk mengejar cita – citanya. Maka, ketika anda gagal, sama artinya anda sedang jatuh. Jangan hanya berhenti pada jatuhnya diri anda tetapi bangunlah, lari dan kejarlah mimpi anda yang hamper pergi.

Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman, janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan kepuasaan duniawi.

Pesan ini penting untuk diingat dan ditanamkan dalam hati. Jangan sampai kehidupan kita hanya disibukkan dengan keinginan – keinginan yang bersifat duniawi dan materi belaka. Ingat, ulama’ salaf shalih mengatakan “Mementingkan/memprihatinkan urusan dunia adalah kegelapan dalam hati dan mementingkan/memprihatinkan urusan akhirat adalah cahaya dalam hati”. Seseorang yang dalam kehidupannya didorong oleh keinginan – keinginan syahwat belaka, maka ia akan terjebak dalam kesesatan. Betapa banyak kita perhatikan orang – orang yang terjebak dalam korupsi, kolusi, dan sebagainya hanya disebabkan oleh urusan materi ini. Banyak orang yang rela menerkam sesame teman, saudara hanya untuk mendapatkan kedudukan dan pangkat. Apakah mereka bodoh? Tidak, justru kebanyakan mereka adalah kaum terpelajar, akan tetapi karena orientasi kehidupan mereka hanya sebatas menuruti keinginan syahwat dan nafsu maka mereka terjebak dalam lingkarang kemaksiatan. Na’udzu billah….

Maka jadikanlah orientasi hidupmu untuk menghamba kepada-Nya. Kepada Allah Sang Khaliq, Tuhan semesta alam. Semoga kita bisa. Amin.

Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah! Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

Menjadi pandai boleh, dan seharusnya kita menjadi orang pandai. Tetapi jangan pernah merasa paling pandai. Ingatlah di atas langit masih ada langit, di atas orang pandai masih ada Dzat Yang Maha Pandai. Orang yang merasa paling pandai akan menganggap orang lain rendah dan lebih bodoh dari dirinya. Ini adalah penyakit. Banyak orang yang kemudian menjadi sombong dan berperilaku menyimpang karena merasa paling pandai dari yang lain.

Jangan pula berlaku curang. Ingat sahabat, semua perilaku akan kembali kepada diri sang pelaku. Banyak orang yang demi mendapatkan kepuasan dan keuntungan rela berbuat curang. Padahal kepuasan dan keuntungan itu tidak akan bertahan lama. Siswa yang mencontek saat ujian, boleh jadi nilainya bagus, tetapi nilai itu tidak menunjukkan kemampuan yang ia miliki.  Tentu ia tidak akan bisa mempertanggungjawabkan hasil dari prestasi yang didapatkannya.

Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendho, Jangan tergiur oleh hal – hal yang tampak mewah, cantik, dan indah! Jangan berfikir mendua agar tidak kendor semangat!

Kehidupan dunia ini bagaikan perhiasan, maka jangan mudah tergiur oleh gebyare dunyo kang sarwo ngidap – ngidapi. Ketergiuran akan gemerlapnya kehidupan dunia akan membawa kita kepada keterpurukan. Hal – hal yang mulia tidak akan lagi terlintas dalam fikiran karena yang ada di otak hanyalah kenikmatan sementara. Oleh karena itu jangan mudah tertipu dengan semua itu. Belajarlah untuk selalu berperilaku luhur agar kehidupan kita mujur.

Jangan berfikir mendua, tetaplah focus pada apa yang sedang engkau hadapi. Singkirkan segala fikiran lain yang sedang mengganggu konsentrasimu karena sesungguhnya semua itu muncul untuk menjerumuskanmu agar engkau lalai pada tujuan awalmu. Begitulah kiranya, seringkali kita selalu berkeinginan untuk meraih semuanya, menguasai semua hal. Ingatlah bahwa semua itu sulit terwujud karena kita diciptakan penuh dengan keterbatasan.

Aja Adigang, Adigung, Adiguna, jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti! Ingat bahwa semua hanyalah titipan, semua akan kembali kepada pemiliknya yang sah. Gusti Allah SWT.,  pengeran kang haq den sembah.

Seperti apapun kehebatan kita, kekuatan yang kita miliki, kecerdasan dan kekayaan yang kita punya semuanya hanya titipan belaka. Maka sudah seharusnya kita menjaga titipan itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh empunya.

Semua wewarah jowo di atas sesuai dengan nilai – nilai yang diajarkan oleh Islam. Rasulullah selalu menuntun umatnya agar melaksanakan semua amal perbuatan dengan senantiasa diniati dengan LILLAH – BILLAH.

Semoga Bermanfaat….. Amin

WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB….


Jumat, 09 Desember 2016

Menyambut Bulan Rabi'ul Awal

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Khutbah Pertama
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدي والعلم واليقين، وأيده بالأدلة القواطع والبراهين، وجعله هدي ورحمة للعالمين. وأشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، إمام المتقين وأشرف المرسلين. اللهم صل وسلم على محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين أما بعد.
فيا أيهاالناس، اتقوالله بمعرفة الحق واتباعه، ومعرفة الباطل واجتنابه. فإن محمدا صلى الله عليه وسلم رحمة لجميع العالمين، وهدي لجميع المتقين.
Hadirin jama’ah jum’ah ingkang winulyo…
Monggo wonten kesempatan ingkang kebak barakah meniko, kito sami sareng – sareng muji syukur wonten ngarso dalem Allah kanthi ucapan al hamdulillahi rabbil ‘alamin dene menopo kulo lan panjenengan sami ing saat ingkang insya Allah mubarakah meniko taksih ginanjar seger kewarasan, sahinggo saget sareng – sareng nindaaken jamaah shalat jum’at wonten masjid al muttaqien meniko.

Lan monggo kito sami berusaha kanthi sak kiyat ipun tenaga, sareng – sareng ningkataken anggen kito sami iman lan taqwa wonten ngerso dalem Allah SWT. kanthi nindaaken nopo ingkang dados printah – printahipun lan nebihi dateng sedoyo awisan – awisan ipun.

Hadirin jamaah jum’at ingkang winulyo…
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, monggo kito sami syukur wonten ngerso dalem Allah SWT. dene menopo ngantos dumugi saat meniko , Allah taksih paring kesempatan dateng kito sami, sahingo kulo dalah panjenengan sami taksih saget menangi wulan Rabi’ul awal utawi wulan mauled, inggih meniko wulan dlahiripun panjengengan dalem Rasulullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman, ingkang dados panutan kulo lan panjenengan sami.
Hadirin jamaah jum’at ingkang winulyo…

Rasulullah saw lahir wonten dinten senin, tanggal 12 rabiul awal, tahun gajah. Tahun lahiripun kanjeng nabi kawastanan tahun gajah sebab rikolo lahiripun kanjeng nabi, kutho Makkah meniko dipun serang kaliyan tentara ingkang nitih kendaraan gajah, dipun pimpin raja Abrahah saking Yaman, saperlu badhe ngrusak Ka’bah. Kedadosan meniko dipun abadeaken wonten ing al – Qur’an Surat al – Fil:
بسم الله الرحمن الرحيم
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ 
مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
artosipun kirang langkung: Onoto ora weruh siro, kepriye pengeranmu (Allah) agawe marang tentara gajah, opo pengeranmu ora gawe reko doyone tentara gajah iku siyo – siyo, lan pengeranmu ngutus marang tentara gajah iku manuk sing bondong – bondong. Manuk iku banjur podo bandemi tentara gajah iku kelawan watu soko neraka sijjil. Mongko Allah dadeaken tentara gajah mau koyo godong sing di pangan uler.

Hadirin jamaah jum’at ingkang winulyo…
Mekatenlah Allah paring pitulung dateng kaum Makkah kanthi ngutus manuk ingkang supados dadosaken reko doyone Abrahah siyo – siyo. Lajeng wonten ing wekdal semanten Allah nakdiraken Panjenengan dalem Rasulullah saw, nabi pilihanipun meniko lahir wonten ngalam dunyo saking piyantun ingkang shalihah inggih meniko Siti Aminah binti Abdul Muthalib, tepatipun wonten dinten senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun gajah. Pramilo saking meniko wonten tiyap – tiyap wulan Rabiul Awal meniko dipun pengeti kanthi wulan maulud ateges wulan miyosipun Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Hadirin jamaah jum’at ingkang winulyo …
Peringatan mauled meniko mboten namung kangge hura – hura, maem sarwo enak, nginum sarwo legi lan pengetan ingkang arupi gebyare kenikmatan dunyo kemawon. Ananging poro ulama sami ngawontenaken peringatan mauled saperlu ngemut – ngemut jasa – jasa nipun kanjeng nabi, ngurip – ngurip perjuanganipun kanjeng nabi sahinggo umat islam saget anggadahi semangat kangge ngurip – ngurip agami islam, kangge berjuang ndherek perjuanganipun kanjeng nabi, kangge nambah raos mahabbah dateng kanjeng nabi, saha taqarrub wonten ngarso dalem Allah SWT kanthi wasilah mahabbah dateng kekasihipun Allah SWT, inggih meniko penjengan dalem Rasulillah Muhammad SAW. Pramilo saking meniko wonten wulan mauled langgar – langgar, masjid sami dipun urip – urip kanthi shalawatan, dhiba’an, pengaosan, barzanji ugi lintu – lintunipun ingkang supados kegiatan meniko saget gugah dateng manahipun sedoyo tiyang islam kangge mahabbah lan taqarrub wonten ngerso dalem Allah SWT.

Hadirin jamaah jum’ah ingkang winulyo…
Monggo wonten sak lebetipun wulan mauled meniko kulo lan panjengan sami, sami ngathahaken taubat wonten ngerso dalem Allah, ningkataken anggen kito ibadah, ningkataken anggen kito maos shalawat, mugi – mugi sak wanci – wanci kulo lan panjengengan sami katimbalan sowan wonten ngersa dalem Allah dipun tunggoni kanjeng nabi, dipun syafaati kanjeng nabi lan dipun paring husnul khatimah amin…

أعوذبالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
بارك الله لى ولكم فى القرأن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات وذكر الحكيم وتقبل مني تلاوته إنه هو البر الرؤوف الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين




Khutbah Kedua
الحمد لله الذي بيده أزمة الأمور ومقاليدها، وبإرادته حصول الأسباب والمسببات ومفاتيحها، وتبارك من لم يشاركه فى الخلق والرزق والتدبير أحد من العالمين. ,أشهد أن لا اله إلا الله ولا ضد ولا ظهير ولا معين، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد المرسلين، وإمام المتقين، اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه والتابعين لهم إلى يوم الدين. أما بعد فيا عباد الله اتقوالله تعالى حق تقاته ولا تموتن إلاوأنتم مسلمون، اللهم صل على محمد وعلى أل سيدنا محمد والحمدلله رب العالمين.
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات. اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأهلك الكفرة والمشركين والملحدين، وأعل كلماتك إلى يوم الدين
اللهم اجعلنا وأهلنا وأولادنا  وذرياتنا وتلاميذنا من أهل العلم وأهل الخير  ولا تجعلنا وإياهم من أهل الظلم والضير
ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
عباد الله، إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر ةوالبغي لعلكم تذكرون فاذكروالله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله  يعطيكم ولذكرالله أكبر
Jum’at Pon, 09 Desember 2016


Masjid Sebagai Pusat Syi'ar Islam

 Masjid Sebagai Pusat Syi'ar Islam Hadirin Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah, Mengawali khuthbah jum’at kali ini, khatib mengajak d...