Minggu, 05 Februari 2017

Jalan Sehat LPI Qurrota A'yun



Jalan Sehat LPI Qurrota A’yun
Catatan Ringan Menapak Jejak Langkah, Lintas Masa

Masih dalam rangkaian Harlah LPI Qurrota A’yun ke-18. Pagi ini semua panitia te;ah disibukkan dengan berbagai tugas yang telah menjadi tupoksinya masing – masing. Mulai dari korlab, mc, pendaftaran peserta, pemberangkatan dan sebagainya. Yang jelas semua panitia berjibaku untuk melaksanakan tugasnya demi kesuksesan acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati harlah yang ke-18 ini. Tentunya ini adalah acara yang menjadi taruhan bagi martabat LPI Qurrota A’yun yang boleh saya bilang cukup memiliki ‘nama harum’ di belantara dunia pendidikan khususnya di wilayah Tulungagung Timur.

Jalan sehat ini dibuka secara umum. Tidak hanya diikuti oleh keluarga besar LPI Qurrota A’yun, akan tetapi semua lapisan masyarakat secara umum bisa mengikuti acara ini. Tiket yang disediakan oleh panitia boleh dibilang ‘ludes habis terjual’ pasalnya harganya relatif murah dan hadiahnya sangat menggiurkan. Bayangkan saja hanya dengan dua ribu rupiah peserta yang beruntung dapat membawa pulang sepeda gunung yang harganya berkisar antara dua jutaan, kulkas, rice cooker, kipas angin, kompor gas dan ratusan doorprize yang sangat menggiurkan. Tidak heran bila jalan sehat ini diikuti oleh massa dalam jumlah yang fantastis tentunya.

Saya sendiri bersama dengan ustadzah Sofiatul Muna yang juga sama – sama alumni STAIN Tulungagung dalam satu angkatan bertindak selaku pemandu jalannya acara tersebut semenjak kemarin. Perlu diketahui ustadzah satu ini punya keahlian yang luar biasa dalam bidang bahasa Inggris. Pernah mencatatkan namanya sebagai “The Best” di jurusannya bahasa Inggris STAIN Tulungagung tahun 2006. Selain itu beliau juga dikenal sebagai pelatih ‘Story Telling, Puisi, Pidato Bahasa Inggris’ yang tentunya telah melanglangbuana dalam berbagai kompetisi baik di kancah lokal, kabupaten, provinsi bahkan nasional. Beliau sempat mengantarkan puteri – puteri Qurrota A’yun menjadi juara 1 tingkat nasional dalam Pidato Bahasa Inggris dan Story Telling. Perlu dicatat juga beliau adalah teman seangkatan saya baik di Madrasah Tsanawiyyah maupun ketika sama – sama belajar di kampus STAIN Tulungagung.

Nampaknya para peserta jalan sehat kali ini memiliki rasa antusias yang luar biasa. Ini tampak dari semangat mereka dalam mengikuti setiap rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir. Meski terik panas matahari siang hari ini cukup luar biasa, karena kemarin – kemarin cuaca seringkali mendung dan bahkan hujan, namun cuaca yang cukup menguras keringat ini tidak menyulutkan para peserta untuk tetap antusias dalam mengikuti setiap agenda acara yang dijadwalkan oleh panitia.

Para wali muridpun yang ikut tergabung dalam pawasi dan mengambil peran besar dalam menyiapkan berbagai makanan dan pernak – pernik yang mereka jajakan di bazar ini juga merasa sangat gembira dan antusias dalam mengikuti setiap acara. Hamper semua jajanan yang mereka jajakan ludes habis di sapu oleh para pengunjung yang datang memadati acara jalan sehat ini.

Acara jalan sehat ini berakhir kurang lebih pada pukul 11.30 wib. Hasilnya sungguh memuaskan. Acara ini menuai sukses yang besar. Banyak pihak yang mengacungi jempol dan memberikan apresiasi dari jalannya kegiatan yang dianggap sangat tertata dengan apik. Semua ini tentunya tidak semata kerja ketua panitia ataupun direktur saja, melainkan hasil kerjasama yang dibangun secara apik, kompak dan rasa kebersamaan antar semua panitia dan juga Pawasi “Paguyuban Wali Santri”.

Plus minus dalam setiap agenda yang diselenggarakan tentunya selalu menjadi warna tersendiri yang justru membikin acara semakin menarik. Plus harus ditingkatkan, minusnya harus dijadikan sebagai bahan renungan untuk kemudian diperbaiki di tahun berikutnya. Yang jelas harlah LPI Qurrota A’yun ke-18 yang bertemakan “Menapak Jejak Langkah, Lintas Masa” yang dipandegani oleh Ustadz Wahid Roja’i salah satu alumni IAIN Tulungagung dan tercatat sebagai salah ketua Dewan Pers Majalan Dimensi IAIN Tulungagung ini perlu di acungi jempol. Sebagai informasi saja bahwa saat ini beliau masih single dan sedang mencari hilangnya tulang rusuk yang belum ditemukan… So yang pengen daftar masih dibuka pendaftaran…. Hehehehehehee …

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Sabtu, 04 Februari 2017

Harlah LPI Qurrota A’yun ke-18



Seharian ini saya belum sempat menorehkan tulisan di laptop tua yang hamper minta adik. Bukan tanpa alasan tentunya, tetapi hari ini saya disibukkan dengan agenda sebuah lembaga pendidikan Islam formal swasta tempat dimana saya untuk pertama kalinya mendarma baktikan diri sebagai seorang pendidik selepas menyelesaikan studi S1 saya di STAIN Tulungangung. LPI Qurrota A’yun, lembaga pendidikan yang di pandegani oleh Drs. Imam Muslimin sebagai Direkturnya. Meski saat ini saya sudah tidak bisa aktif sebagaimana dulu karena kewajiban ngantor di kampus tempat saya mengabdikan diri sekarang, tetapi saya masih diberi kesempatan sehari di hari Sabtu untuk berbagi dengan anak – anak SD yang menurut saya banyak memberikan kesan. Tentunya bukan masalah materi yang menjadi tumpuan saya, akan tetapi lebih karena ingin tetap menjalin silaturrahmi sebagai anjuran dari Rasulullah SAW sebagai panutan saya, sekaligus sebagai penerapan teori “Jas Merah” ala Soekarno. Bukan tanpa alasan, tetapi memang pada kenyataannya saya bisa menyelesaikan kuliah S2 saya juga atas sumbangsih dari lembaga pendidikan ini.

Rencananya harlah ini diselenggarakan selama dua hari, 4 – 5 Februari 2017. Sebelumnya diadakan berbagai macam lomba yang pada hari ini telah dibagikan piala – pialanya. Lomba – lomba yang diadakan ini sekaligus dimaksudkan untuk menjaring bibit – bibit dalam aneka cabang lomba tersebut serta memupuk mental kompetitiff dalam diri setiap siswa. Lomba ini diikuti oleh semua siswa mulai dari jenjang Play Group, TK, dan SD Qurrota A’yun. Tentunya kegiatan ini sangat istimewa bagi keluarga besar Qurrota A’yun terlebih bagi siswa – siswi yang belajar di lembaga ini.

Tanpa terasa ternyata lembaga ini sudah eksis di kancah pendidikan nasional khususnya di wilayah Tulungagung. Sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya sudah barang tentu banyak liku – liku yang dialami oleh lembaga ini baik suka  maupun duka. Suka duka dalam kehidupan ini adalah seni dalam kehidupan yang harus dinikmati bukan untuk dikeluhkan. Lebih baik disyukuri dan diterima kalau ada kekurangan diperbaiki agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dalam sejarahnya selama 18 tahun, LPI Qurrota A’yun telah menorehkan prestasi dalam kompetisi baik di tingkat kecamatan, provinsi, maupun nasional. Di tingkat kecamatan Alhamdulillah lembaga ini seringkali memboyong banyak piala sebagai bukti kemenangan mereka atas kompetisi ditingkat kecamatan, tidak terkecuali di tingkat kabupaten dan provinsi. Dalam ajang nasional LPI Qurrota A’yun pernah mencatatkan namanya sebagai juara 1 lomba pidato bahasa Inggris atas nama Kartika dan juara 1 lomba story talling atas nama Cahyaningrum Argiyanti. Semua itu tentunya tidak lepas dari kerjasama yang baik antara para pengajar dan juga wali santri yang tergabung dalam “Pawasi”, paguyuban wali santri. Perlu dicatat juga bahwa mayoritas pengajar di lembaga pendidikan ini adalah produk local Tulungagung, yakni STAIN Tulungagung yang kini sudah beralih status menjadi IAIN Tulungagung.

Tidak hanya berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler lembaga ini juga menorehkan namanya dalam akademik sebagai peraih NEM tertinggi se-Jawa Timur. Prestasi ini diraih oleh Maulida Izzatul Amin, seorang siswi yang tawadlu’ dan senang dengan puasa sunnah. Sebagai catatan lembaga ini selalu menganjurkan kepada siswa didiknya untuk melaksanakan puasa sunnah khususnya dibulan – bulan yang disunnahkan untuk puasa, seperti Dzul hijjah, Rajab dan lainnya.

Harlah kali ini juga dimeriahkan dengan agenda bazar yang diikuti oleh seluruh wali santri. Selain itu juga lomba tumpeng dari semua jenjang dan kelas. Juri dalam lomba ini diambil dari pakar – pakarnya. Semua berasal dari luar lembaga sehingga lebih menjaga netralitas dalam penilaian.

Alhamdulillah harlah hari ini berjalan dengan lancar dan sukses. Acara ini selesai pada sekitar pukul 13.30 WIB. Selanjutnya sebagai acara puncak adalah jalan sehat yang akan digelar besok pagi. Bagi anda yang berminat silahkan datang dan berkunjung. Tiketnya sangat murah, hanya dengan Rp. 2000,00. Hadiah dan doorprize sangat banyak. Rugi kalau sampai tidak hadir…

Sukses selalu untuk Qurrota A’yun…
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Jumat, 03 Februari 2017

Taubat


(Intisari Khutbah Jum’at Hari Ini)

Hari ini saya ikut jamaah shalat Jum’at di masjid utara kampus IAIN Tulungagung. Saya lupa nama masjidnya apa, hanya saja saya bersama dengan beberapa rekan pengelola ma’had sering jamaah jum’at di sana. Maklum, mau ikut jamaah di masjid kampus terkadang kasihan kalau harus berdesakan dengan jamaah lain, karena bisa dipastikan masjid kampus membludak jamaahnya.

Sebagaimana biasa khatib terlebih dahulu berpesan kepada jamaah yang hadir untuk senantiasa berusaha meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Setelah itu tibalah saatnya khatib menyampaikan tema khutbah pada hari ini.

Tema khutbah yang diangkat adalah taubat. Taubat secara bahasa artinya kembali. Kembali disini maksudnya adalah kembali kepada jalan kebenaran, yaitu jalan yang diridlai Allah SWT.sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Khutbah yang disampaikan ini tidak seberapa lama. Khatib langsung menjelaskan pokok inti dari khutbah untuk selanjutnya ditutup dengan shalat jum’at sebagaimana biasa.

Dalam khutbahnya khatib menyampaikan hendaknya kita berupaya untuk senantiasa bertaubat kepada Allah dalam setiap kesempatan yang kita miliki. Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa tidak ada manusia sempurna yang luput dari kesalahan. Setiap manusia pasti pernah mengalami kesalahan dalam hidupnya. Oleh karena itu seyogyanya kita memperbanyak untuk bertaubat kepada Allah SWT dalam setiap waktu.

Salah satu hal yang bisa kita gunakan sebagai sarana bertaubat kehadirat Allah adalah dengan memperbanyak istighfar, demikian yang disampaikan khatib. Istighfar adalah bersungguh – sungguh mohon ampun kepada Allah SWT. Mohon ampunan atas semua dosa, kesalahan dan kelalaian yang pernah kita lakukan selama hidup kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang sombong dengan merasa bahwa kita tidak memiliki dosa dan kesalahan.

Lebih jauh khatib menyampaiakan, dengan memperbanyak taubat dan istighfar, memohon ampun kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan banyak rizki dan karunia-Nya kepada kita bersama. Firman Allah Surat Hud ayat;15:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (52)

Artinya: “Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya, maka Ia akan mengutus langit kepada kalian dengan menurunkan hujan (yang barakah) dan menambahkan kepada kalian rizki sebagai bahan kekuatan kalian dan janganlah kalian berpaling dengan melakukan dosa”. (Q.S. Hud; 15)

Sebagai contoh adalah bangsa Indonesia ini. Bangsa ini telah menerima nikmat yang besar dari Allah, akan tetapi banyak sekali penduduknya yang lupa kepada Yang Memberi Nikmat (Allah). Mereka diberi nikmat tetapi kenikmatan yang mereka terima tidak mereka syukuri. Alih – alih mensyukuri nikmat mereka justru menggunakan nikmat yang diberikan Allah sebagai sarana untuk berbuat maksiat. Sebagai bukti adalah shalat jum’at yang dilaksanakan di masjid ini. Mayoritas penduduknya beragama Islam akan tetapi jumlah mereka yang mau shalat jumlah tidak imbang dengan total jumlah penduduk yang tinggal di desa ini.

Itulah sebabnya mengapa kesejahteraan dan keadilan du negeri ini belum terwujud. Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, nyatanya justru banyak diantara mereka yang tidak mencerminkan nilai – nilai keislaman. Tidak heran jika lantas kemudian Allah murka dan memberikan banyak ujian dan peringatan kepada bangsa ini sebagaimana kasus yang melanda bangsa ini pada beberapa bulan terakhir. Ini adalah ujian tetapi boleh jadi ini merupakan peringatan Allah atas kemaksiatan yang mereka perbuat selama ini. Firman Allah dalam Surat al-Rum; 31:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)

Artinya: “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan ulah tangan – tangan manusia supaya mereka merasakan sebagian diantara akibat perbuatan mereka supaya mereka kembali (mengabdikan diri kepada Allah)”. (Q.S. al-Rum; 41)

Ayat ini menegaskan bahwa kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan merupakan sebab ulah manusia sendiri. Bencana yang merjadi merupakan peringatan dari Allah SWT agar umat mau muhasabah dan mengoreksi diri. Apa yang ditimpakan kepada mereka adalah sebagai akibat atas dosa dan kemaksiatan yang selama ini mereka lakukan agar mereka mau kembali kepada Allah SWT.

Apabila seluruh penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa kepada Allah bukan tidak mungkin Allah akan segera mengangkat derajat mereka. Apabila penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membuka bagi mereka barakah dari langit dan bumi. Langit yang menjadi tempat mereka bernaung akan menurunkan hujan yang barakah dan bermanfaat bagi kesuburan bumi, bukan hujan yang mengandung balak dan musibah. Bumi yang menjadi tempat mereka menjejakkan kaki akan mengeluarkan barakah dengan kesuburan tanahnya, kaya akan hasil alam dan bahan tambangnya. Demikian ini apabila umat manusia yang menjadi penduduk di negeri ini mau untuk bersyukur, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-A’raf; 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)

Artinya: “Dan sesungguhnnya seandainya penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa, pasti Kami bukakan bagi mereka barakah – barakah dari langit dan bumi, tetapi mereka telah mendustakan, maka Kami ambil barakah itu dari apa yang telah merreka usahakan”. (Q.S. al-A’raf; 96)

Seandainya penduduk negeri ini mau untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah, tidak mendustkan nikmat – nikmat yang Allah berikan kepada mereka, pastilah Allah akan membuka banyak barakah dari langit dan bumi. Tetapi sayangnya kebanyakan mereka mendustakan nikmat Allah, lupa akan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka sehingga Allah mencabut barakah dari usaha yang mereka usahakan. Mereka bekerja tetapi hasil pekerjaan mereka tidak mampu menopang kebutuhan hidup mereka sehari – hari. Kalau demikian bagaimana mungkin kesejahteraan dan keadilan yang menjadi dambaan dari bangsa ini bisa terealisasi? Sungguh hal yang mustahil.

Mudah – mudahan kita senantiasa diberi hidayah dan kemudahan dari Allah sehingga mampu mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Mudah – mudahan negeri ini dijadikan barakah dan penduduknya adalah penduduk yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Amin…

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Jangan Terkecoh Dzahirnya, Tapi Lihatlah Substansinya





Berawal dari sekedar obrolan ringan yang santai kemudian menjadi diskusi kecil yang ringan namun sarat dengan ilmu dan pengetahuan. Obrolan ringan bersama Mudir Ma’had al-Jami’ah dan para Murabbi yang sedang santai sembari menunggu saat ceklok tiba. Waktu yang singkat namun bermakna setidaknya menurut saya.

Pada awalnya obrolan ini hanya sekedar mengisi waktu kekosongan, secara spontan muncul sebuah pertanyaan dari seorang diantara murabbi yang ingin mengetahui makna filosofis dari logo IAIN Tulungagung tercinta. Kampus dimana kami mengabdi dan berkarya untuk mempersiapkan anak bangsa di masa yang akan datang.

Spontan saja pertanyaan itu kemudian menjadi tranding topik yang gayeng untuk didiskusikan, meski sekali lagi diskusi ini sangat santai jauh dari suasana tegang sebagaimana yang terjadi di dalam ruang – ruang kelas saat perkuliahan. Sepemahaman saya setidaknya logo itu bisa dimaknai dengan menggunakan dua perspektif. Perspektif Islam dan Jawa.

Saya coba yang pertama dulu yakni dengan menggunakan perspektif Islam. Ya ini sejauh pemahaman yang saya tangkap dari perbincangan yang gayeng. Adapun yang saya belum paham mungkin kolega saya punya pemahaman lebih dan mungkin berbeda dengan pemahaman saya. Maklum beda kepala beda pemahaman dan pemikiran. 

Dari perspektif pertama ini logo ini bisa dipandang sebagai lafdzul jalalah (asma Allah). Dari sisi ini maka mata yang ada di atas itu bisa dimaknai sebagai tasydid. Ini memiliki arti bahwa IAIN Tulungagung ingin menegaskan bahwa tujuan dari kampus ini adalah ketauhidan yang semuanya kembali kepada nilai meng-esakan Allah SWT. Kampus IAIN ingin mengedepankan substansi dari pada sisi dzahir yang tampak. 

Sebagaimana yang kita maklumi seringkali manusia terjebak pada penampilan – penampilan dzahir yang tampak. Padahal belum tentu semua yang tampak baik itu baik secara substansinya. Meskipun ada kaidah yang mengatakan:  الظاهر  يدل على الباطن , “Dzahir itu menunjukkan bathin”. Kaidah ini mungkin berlaku bagi sementara orang yang bersikukuh pada hukum fiqih. Tetapi bagi beberapa kasus yang lain terutama mereka yang berkutat dalam dunia filsafat dan sufi mungkin kaidah ini tidak begitu berpengaruh.

Salah satu ayat al-Qur’an yang mungkin menunjukkan akan hal substansit yang terkandung dalam setiap kejadian yang harus kita cermati dan ambil pelajaran adalah Surat al-Baqarah ayat; 216:

أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ 

Artinya: “Dan terkadang kalian membenci sesuatu padahal ia baik bagi kalian, dan terkadang kalian menyukai sesuatu padahal ia buruk bagi kalian, Dan Allah Maha Mengetahui dan kalian tidak mengetahui”.(Q.S. al-Baqarah; 216)

Secara ekplisit ayat ini menunjukkan bahwa terkadang kita membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik, pun pula sebaliknya. Dari ayat ini pula terkandung makna implisit bahwa dalam setiap peristiwa dan kejadian yang ada didunia ini ada sesuatu yang terkadang tidak bisa kita pahami dari sisi dlahirnya saja. Akan tetapi untuk memahami hal itu perlu dilakukan kajian dan perenungan yang mendalam sehingga dapat diperoleh makna hakiki yang diharapkan.

Nah, dalam kerangka inilah IAIN Tulungagung ada. Artinya IAIN Tulungagung sebagai salah satu perguruan tinggi dibawah kementerian agama ingin menegaskan diri sebagai kampus yang tidak hanya berpegang pada symbol – symbol yang nampak saja. Lebih dari itu IAIN Tulungagung ingin mencetak generasi yang juga mampu untuk menangkap symbol – symbol yang bersifat maknawi dan substansial tentunya semua itu bermuara pada satu asma yang terdapat pada lafadz jalalah yang ada pada logo IAIN Tulungagung.

Salah satu yang menjadi indikator dari pemaknaan dengan menggunakan perspektif ini adalah penegasan IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah. Dakwah merupakan symbol dari ke-Islaman yang sempurna yang pada akhirnya menegakkan kalimah Allah dalam bentuk amar ma’ruf nahi mungkar. Amar ma’ruf nahi mungkar ini identik dengan dakwah. Muara dakwah itu sejatinya tetap satu yaitu membentuk manusia yang men-tauhidkan Allah SWT.

Perspektif kedua yang juga bisa diambil dari logo IAIN Tulungagung adalah perspektif Jawa. Artinya bila dihubungkan dengan sisi historisitas keberadaan tanah Jawa, tempat dimana IAIN Tulungagung berad, symbol yang ada dalam logo IAIN Tulungagung ini menunjukkan tokoh yang popular dalam dunia pewayangan bernama Semar. 

Konon di zaman dahulu tanah Jawa terkenal dengan keangkerannya. Saking angkernya maka setiap ada orang yang masuk dan hendak tinggal di Jawa maka mereka akan mati karena tidak sanggup melawah jin priyangan yang ada di Jawa. Dalam istilah Jawa ini dikenal dengan istilah “Jalma moro jalmo mati”, manusia datang, manusia mati. Karena angkernya tanah Jawa maka untuk menentramkan tanah Jawa diutuslah seseorang yang punya keahlian dalam bidang “Tumbal” yaitu Syaikh Subakir yang diyakinni sebagai orang yang numbali tanah Jawa sehingga semua jin priyangan itu lari menuju laut selatan. Konon tumbal itu di pasang di tengah – tengah pulau Jawa, tepatnya di gunung Tidar di daerah Magelang. Melihat kejadian itu Semar yang merupakan Dhayangan pulau Jawa yang menetap di gunung Semeru kaget dan ingin menemuai orang yang bisa melakukan hal yang luar biasa itu yakni Syaikh Subakir yang sampai hari ini masih sangat terkenal dan selalu disebut dalam setiap hadiah fatihah saat tahlil dan hajatan dalam kultur masyarakat Jawa.

Sebagai informasi, tokoh Semar digambarkan dalam sosok yang buruk rupa. Meski buruk rupa tetapi dia termasuk salah satu Dewa yang darinya menurunkan raja – raja Jawa. Oleh karena itu maka lagi – lagi IAIN Tulungagung ingin menegaskan jangan hanya melihat pada bentuk lahirnya tetapi lihatlah substansi yang ada didalamnya. Kembali lagi pada nilai – nilai ketauhidan yang harus menjadi sebuah tongkat pedoman yang harus tetap dipertahankan.

Berangkat dari nilai historisitas ini –terlepas kontroversinya sebagai sejarah atau mitos- IAIN Tulungagung yang berada di belantara pulau Jawa tidak ingin meninggalkan nilai – nilai yang diyakini oleh masyarakat sebagai cikal bakal akal bakal tanah Jawa. Artinya IAIN Tulungagung ingin menegaskan bahwa meskipun ia adalah perguruan tinggi yang kental dengan budaya keilmuan yang berkembang secara pesat, namun jangan sampai meninggalkan budaya dan peradaban yang telah diwariskan oleh nenek moyang dan leluhur bangsa ini. Visi ini ditegaskan oleh Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Ag. dengan apa yang disebutnya dengan istilah kampus peradaban. Artinya IAIN Tulungagung adalah kampus yang memiliki orientasi untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan peradaban Jawa yang lebih maju lagi.

Nilai – nilai keislaman dituangkan oleh kampus IAIN Tulungagung sebagai kampus yang berorientasi pada dakwah sedangkan nilai ke-Jawa-annya dengan peradaban. Oleh karena itu Islam di tanah Jawa memiliki ciri khas yang berbeda dengan Islam Arab. Islam Jawa tidak harus berpakaian jubah dan gamis ala orang Arab karena jubah dan gamis adalah bagian dari budaya. Tetapi boleh juga dan tidak ada salahnya orang berpakaian jubah dan gamis. Substansinya pakaian islami adalah pakaian yang menutup aurat. Oleh karena itulah dalam upaya menangkap makna substansi dai Islam Sunan Kalijaga menciptakan pakaian ala Jawa yang kemudian disempurnakan oleh Sultan Mataram yang dikenal dengan baju takwa. Inilah wilayah peradaban.

Oleh karena itu IAIN Tulungagung ingin menjadi kampus rujukan dalam pengembangan Islam Jawa. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal itu adalah dengan dibentuknya Pusat Kajian Islam Jawa. Satu langkah yang menurut saya pribadi positif dan harus terus dikawal sebagai sebuah upaya dalam memperbaiki umat. Sebuah upaya untuk mengejawantahkan dan meneguhkan Islam di belahan Nusantara yang sarat dengan kebhinekaan.

Salah satu upaya juga yang dirintis IAIN Tulungagung adalah dengan merintis “Ma’had al-Jamiah” sebagai wujud keseriusan dalam menggarap kampus dakwah dan peradaban. Ma’had al-Jami’ah dahuluu tidak sama dengan apa yang dipahami dari Ma’had al-Jami’ah saat ini. Dahulu Ma’had al-Jami’ah hanya berkutat pada mahasantri mukim yang ada di asrama Ma’had IAIN Tulungagung. Namun, pengertian Ma’had al-Jami’ah saat ini mencakup seluruh mahasantri baik yang mukim maupun tidak yang belajar di kampus IAIN mulai dari jenjang S1 sampai dengan jenjang S3. Semua adalah mahasantri yang berada dalam naungan Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung. Dalam kerangka menegaskan orientasi IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban, saat ini Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung merintis Madrasah Diniyah ala pesantren salafi dengan kajian kitab kuning dengan metode “maknani gandul” ala pesantren. Maknani gandul adalah wujud pembelajaran yang menjadi warisan ulama’ salaf shalih yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan karena memiliki nilai historis dan cirri khas tersendiri yang membedakan pembelajaran Islam di tanah Jawa dengan selainnya.

Logo IAIN itu tersemat dalam pintu masuk IAIN Tulungagung dengan taman kecil yang berada disebelahnya sebagai symbol dari “bokonge” Semar. Semoga upaya dalam memperbaiki umat ini mendapat ridla Allah SWT dan kampus ini menjadi kampus yang jaya dimasa yang akan datang serta mampu menjadi rujukan dari berbagai kampus di belahan Nusantara.

Inilah yang mungkin saya peroleh dari hasil diskusi ringan bersama Dr. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. , Mudirul Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung bersama dengan para murabbi. Diskusi yang mungkin hanya berkisar antara waktu setengah jam, namun sarat dengan nilai ilmu dan pengetahuan menurut saya. Terlepas dari yang pro ataupun kontra dengan pemahaman saya. Tetapi setidaknya inilah yang saya pahami dan ingin saya bagikan dengan anda semua yang mau singgah di blog saya dan membaca sekedar artikel sederhana saya.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...