(Intisari Khutbah Jum’at Hari Ini)
Hari ini saya ikut jamaah shalat Jum’at di masjid utara kampus IAIN
Tulungagung. Saya lupa nama masjidnya apa, hanya saja saya bersama dengan
beberapa rekan pengelola ma’had sering jamaah jum’at di sana. Maklum, mau ikut
jamaah di masjid kampus terkadang kasihan kalau harus berdesakan dengan jamaah
lain, karena bisa dipastikan masjid kampus membludak jamaahnya.
Sebagaimana biasa khatib terlebih dahulu berpesan kepada jamaah
yang hadir untuk senantiasa berusaha meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah
SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Setelah
itu tibalah saatnya khatib menyampaikan tema khutbah pada hari ini.
Tema khutbah yang diangkat adalah taubat. Taubat secara bahasa
artinya kembali. Kembali disini maksudnya adalah kembali kepada jalan
kebenaran, yaitu jalan yang diridlai Allah SWT.sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Khutbah yang disampaikan ini tidak seberapa lama. Khatib langsung
menjelaskan pokok inti dari khutbah untuk selanjutnya ditutup dengan shalat jum’at
sebagaimana biasa.
Dalam khutbahnya khatib menyampaikan hendaknya kita berupaya untuk
senantiasa bertaubat kepada Allah dalam setiap kesempatan yang kita miliki. Sebagaimana
telah kita pahami bersama bahwa tidak ada manusia sempurna yang luput dari
kesalahan. Setiap manusia pasti pernah mengalami kesalahan dalam hidupnya. Oleh
karena itu seyogyanya kita memperbanyak untuk bertaubat kepada Allah SWT dalam
setiap waktu.
Salah satu hal yang bisa kita gunakan sebagai sarana bertaubat
kehadirat Allah adalah dengan memperbanyak istighfar, demikian yang disampaikan
khatib. Istighfar adalah bersungguh – sungguh mohon ampun kepada Allah SWT. Mohon
ampunan atas semua dosa, kesalahan dan kelalaian yang pernah kita lakukan
selama hidup kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang sombong dengan merasa
bahwa kita tidak memiliki dosa dan kesalahan.
Lebih jauh khatib menyampaiakan, dengan memperbanyak taubat dan
istighfar, memohon ampun kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan banyak rizki
dan karunia-Nya kepada kita bersama. Firman Allah Surat Hud ayat;15:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (52)
Artinya: “Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Tuhan kalian
kemudian bertaubatlah kepada-Nya, maka Ia akan mengutus langit kepada kalian
dengan menurunkan hujan (yang barakah) dan menambahkan kepada kalian rizki sebagai
bahan kekuatan kalian dan janganlah kalian berpaling dengan melakukan dosa”. (Q.S.
Hud; 15)
Sebagai contoh adalah bangsa Indonesia ini. Bangsa ini telah
menerima nikmat yang besar dari Allah, akan tetapi banyak sekali penduduknya
yang lupa kepada Yang Memberi Nikmat (Allah). Mereka diberi nikmat tetapi
kenikmatan yang mereka terima tidak mereka syukuri. Alih – alih mensyukuri
nikmat mereka justru menggunakan nikmat yang diberikan Allah sebagai sarana
untuk berbuat maksiat. Sebagai bukti adalah shalat jum’at yang dilaksanakan di
masjid ini. Mayoritas penduduknya beragama Islam akan tetapi jumlah mereka yang
mau shalat jumlah tidak imbang dengan total jumlah penduduk yang tinggal di
desa ini.
Itulah sebabnya mengapa kesejahteraan dan keadilan du negeri ini
belum terwujud. Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim,
nyatanya justru banyak diantara mereka yang tidak mencerminkan nilai – nilai keislaman.
Tidak heran jika lantas kemudian Allah murka dan memberikan banyak ujian dan
peringatan kepada bangsa ini sebagaimana kasus yang melanda bangsa ini pada
beberapa bulan terakhir. Ini adalah ujian tetapi boleh jadi ini merupakan
peringatan Allah atas kemaksiatan yang mereka perbuat selama ini. Firman Allah
dalam Surat al-Rum; 31:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)
Artinya: “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan
disebabkan ulah tangan – tangan manusia supaya mereka merasakan sebagian
diantara akibat perbuatan mereka supaya mereka kembali (mengabdikan diri kepada
Allah)”. (Q.S. al-Rum; 41)
Ayat ini menegaskan bahwa kerusakan yang terjadi di daratan dan di
lautan merupakan sebab ulah manusia sendiri. Bencana yang merjadi merupakan peringatan
dari Allah SWT agar umat mau muhasabah dan mengoreksi diri. Apa yang ditimpakan
kepada mereka adalah sebagai akibat atas dosa dan kemaksiatan yang selama ini
mereka lakukan agar mereka mau kembali kepada Allah SWT.
Apabila seluruh penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa kepada
Allah bukan tidak mungkin Allah akan segera mengangkat derajat mereka. Apabila penduduk
negeri ini beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membuka bagi
mereka barakah dari langit dan bumi. Langit yang menjadi tempat mereka bernaung
akan menurunkan hujan yang barakah dan bermanfaat bagi kesuburan bumi, bukan
hujan yang mengandung balak dan musibah. Bumi yang menjadi tempat mereka
menjejakkan kaki akan mengeluarkan barakah dengan kesuburan tanahnya, kaya akan
hasil alam dan bahan tambangnya. Demikian ini apabila umat manusia yang menjadi
penduduk di negeri ini mau untuk bersyukur, beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-A’raf; 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)
Artinya: “Dan sesungguhnnya seandainya penduduk negeri ini
beriman dan bertaqwa, pasti Kami bukakan bagi mereka barakah – barakah dari
langit dan bumi, tetapi mereka telah mendustakan, maka Kami ambil barakah itu dari
apa yang telah merreka usahakan”. (Q.S. al-A’raf; 96)
Seandainya penduduk negeri ini mau untuk beriman dan bertaqwa
kepada Allah, tidak mendustkan nikmat – nikmat yang Allah berikan kepada
mereka, pastilah Allah akan membuka banyak barakah dari langit dan bumi. Tetapi
sayangnya kebanyakan mereka mendustakan nikmat Allah, lupa akan nikmat Allah
yang diberikan kepada mereka sehingga Allah mencabut barakah dari usaha yang
mereka usahakan. Mereka bekerja tetapi hasil pekerjaan mereka tidak mampu
menopang kebutuhan hidup mereka sehari – hari. Kalau demikian bagaimana mungkin
kesejahteraan dan keadilan yang menjadi dambaan dari bangsa ini bisa
terealisasi? Sungguh hal yang mustahil.
Mudah – mudahan kita senantiasa diberi hidayah dan kemudahan dari
Allah sehingga mampu mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
Mudah – mudahan negeri ini dijadikan barakah dan penduduknya adalah penduduk
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Amin…
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar