Tetaplah Menjadi Dirimu
“Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun
karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu” (Ali bin Abi Thalib)
Minggu ceria yang indah bersamaan dengan mentari yang
cerah bersinar mengiringi pagiku di rumah mertua. Ya semenjak kemarin sore aku
sudah berada dirumah mertua untuk silaturahmi dan sungkem, memohon do’a restu
dan ridlanya agar dalam menjalani kehidupan berumah tangga dan kehidupan
sebagai manusia seperti halnya yang lain bisa lancar dan barakah tentunya. Saya
yakin ridla kedua orang tua adalah kunci ridla Allah SWT dan Rasulullah SAW. Setidaknya
itulah yang diwanti – wanti oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, “Ridla
Allah tergantung pada ridla kedua orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka keduanya.”
Iseng – iseng untuk mengisi kekosongan waktu aku
meminjam laptop untuk sekedar menorehkan sebaris dua baris kata dalam tulisan
yang nantinya akan aku publish lewat blog pribadiku. Meski blog pribadi tapi
blog ini bisa diakses oleh siapapun yang mau mengunjungi dan berbagi sekedar
pemikiran ringan. Memang ini sudah menjadi rutinitas yang sedang aku usahakan
sembari belajar untuk mengasah kemampuan menulisku yang masih acak – acakan.
Berkualitas? Tentu ini masih menjadi PR utama bagiku
untuk menbuat karya berkualitas. Akan tetapi satu keyakinan yang coba untuk
terus saya bangun adalah “Saya pasti bisa”. Ya, setidaknya itu yang kali
ini ada dalam pikiranku. Bukankah dengan usaha sungguh – sungguh, kerja yang
serius semua hal menjadi mungkin untuk kita raih? Sama halnya dengan seorang
yang belajar naik sepeda mulai dari nol. Semula ia harus menelan pahit getirnya
belajar dengan jatuh bangun, bangkit, jatuh lagi, bangkit lagi, menabrak, jatuh
dan bangun lagi hingga lama – kelamaan ia menjadi lihai dan mampu bersepeda
dengan baik bahkan dengan melepaskan tangannya. Inilah yang aku yakini.
Berawal dari postingan teman dalam akun instagramnya,
aku menemukan kata mutiara yang menurutku cukup menarik untuk dijadikan sekedar
tulisan ringan saja. Kata mutiara dari Imam Ali bin Abi Thalib, khalifah Islam
ke-4 dalam pangguh sejarah Islam. Manusia yang dikenal sebagai pintu gerbang
ilmu pengetahuan.
Imam Ali berkata: “Jangan menjelaskan dirimu kepada
siapapun karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak
percaya itu”. Pesan ini sederhana tetapi memiliki kandungan makna yang sangat
dalam. Setidaknya bagi mereka yang mau untuk mengambil hikmah dan pelajaran
darinya.
Dalam menjalani kehidupan seringkali kita ingin
menunjukkan eksistensi dan kemampuan yang ada dalam diri kita agar dikenal dan
diketahui orang lain. Setidaknya mereka menaruh perhatian pada apa yang kita
miliki. Keinginan semacam ini sangat wajar dialami oleh siapapun karena ini
merupakan kodrat alamiah yang dimiliki oleh siapapun. Akan tetapi terkadang ada
diantara kita yang memiliki sifat berlebihan dalam hal ini. Keinginannnya untuk
diakui orang lain berubah menjadi sebuah ambisi yang berapi – api sehingga
terkadang dia berupaya untuk mendakwahkan dan mempromosikan dirinya dimanapun
dan kapanpun dia berada.
Kondisi semacam inilah yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan. Keinginan berlebihan dalam menjelaskan eksistensi diri sebenarnya
tidak diperlukan oleh siapapun. Dimata orang yang suka kepada kita, maka hal
itu tidak diperlukan. Orang yang suka pada kita tidak memerlukan penjelasan
apapun tentang diri kita. Pun pula sebaliknya bagi orang yang membenci tidak
ada alasan baginya untuk tidak membenci kita. Penjelasan tidaklah memiliki arti
apa – apa karena stigma mereka telah tertanam dalam dirinya.
Apa yang perlu kita lakukan? Yang perlu kita lakukan
hanyalah berusaha menjadi diri kita. Tetap menjadi diri pribadi kita. Yang penting
kita selalu berusaha untuk membenahi setiap dari apa yang kita kerjakan. Selalu
berusaha mawas diri dalam setiap kesempatan dan menjadikan setiap detik dari
waktu yang kita miliki menjadi sesuatu yang berguna bagi kita dan orang lain.
Tidak perlu kita menjelaskan apa yang ada dalam diri
kita kepada orang lain. Cinta tidak memerlukan itu. Tetapi ia membutuhkan
pembuktian. Pembuktian yang berupa wujud dari perilaku dan perbuatan kita. Tercermin
dalam setiap tindakan dan ucapan kita yang merupakan ujung tombak dari rasa
yang paling dalam.
Biarlah orang menilai tentang kita. Semua penilaian
itu harus kita terima dengan berbesar hati. Tak peduli apakah penilaian itu
positif atau negative. Penilain positif menunjukkan bahwa orang yang sedang
memberikan penilaian pada diri kita sedang melihat sisi positif yang ada pada
diri kita, sementara mereka yang menilai negative sedang melihat dari sisi yang
berbeda.
Apapun penilain mereka tentang kita semua bermuarai
pada satu hal yakni mereka sedang memperhatikan kita. Memperhatikan setiap saat
apa yang ada dalam diri kita. Inilah yang harus kita ambil hikmahnya. Ketika orang
menilai kita pada dasarnya mereka semua masih peduli dengan kita, tidak penting
kepedulian yang mereka tunjukkan itu positif atau negative, yang jelas mereka
masih peduli dan anggap saja mereka sayang pada kita.
Dengan selalu berusaha untuk berpikir positif
setidaknya akan membuat otak kita rileks dan tidak terlalu terbebani dengan
kenyataan hidup yang terkadang pahit. Keadaan semacam ini akan sangat membantu
kita dalam menghadapi masa yang akan dating dengan mempersiapkan segala hal
dengan persiapan yang matang. Kemampuan mengelola hati semacam ini juga yang
akan menjadikan kita selalu bersikap optimis dalam menghadapi hidup.
So, jadilah dirimu sendiri. Tetaplah berjalan pada
jalan yang engkau yakini, tetapi juga jangan lupa untuk terus berbenah diri. Tidak
perlu engkau menjelaskan apa yang ada dalam dirimu agar dimengerti orang lain,
karena semuanya akan berbicara dengan sendirinya. Tidak perlu engkau
memproklamirkan dirimu sebagai seorang yang hebat, Karena jika engkau memang
hebat maka Allah akan mengumumkan kehebatanmu “bilisan al-malakut wa
al-hawatif”, Allah akan mengumumkan kehebatanmu melalui lisan para malaikat
dan suara tanpa rupa.
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam …
Damarwulan – Kepung – Pare - Kediri
Komentar
Posting Komentar