Mahkamah Keadlilan Tuhan
(Seri Khutbah Jum’at)
Khutbah Jum’at di Masjid al-Hikmah Tunggulsari Kedungwaru
Tulungagung hari ini mengambil tema Mahkamah Peradilan Tuhan. Sebagaimana biasa
khutbah diawali dengan pesan agar setiap jamaah senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hanya dengan iman dan taqwa seorang
mukmin akan menuai kebahagiaan baik di dunia lebih – lebih di akhirat.
Diawal khutbahnya khatib mengingatkan kepada seluruh jamaah bahwa
Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk. Hal ini sesuai
dengan apa yang tertuang dalam al-Qur’an Surat al-Tin; 4:
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)
Artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik –
baik bentuk” (al-Tin; 4)
Melalui ayat di atas Allah mengingatkan bahwa Ia menciptakan
manusia dalam sebaik – baik bentuk. Secara fisik manusia memiliki bentuk yang
lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Oleh
karenanya manusia harus bersyukur dan memanfaatkan semua potensi fisiknya untuk
semata mengabdikan diri kepada Allah SWT. Selanjutnya Allah juga mengingatkan
manusia bahwa apabila manusia tidak mau menggunakan semua nikmat yang telah
diberikan kepadanya sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah akan
mengembalikannya pada kedudukan yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari
makhluk Allah yang lain. Masih dalam Surat al-Tin Allah berfirman dalam ayat
ke-5:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5)
Artinya: “Kemudian Kami kembalikan manusia itu ke tempat yang
serendah – rendahnya.” (al-Tin; 5)
Manusia yang tidak memnfaatkan nikmat dan karunia yang Allah berikan
kepadanya untuk mengabdikan diri kepada Allah maka Allah akan mengembalikan dia
pada tempat yang hina. Ia lebih rendah daripada makhluk Allah yang hina
sekalipun. Kecuali orang – orang yang beriman kepada Allah dan berbuat
kebaikan/amal shalih, maka bagi mereka pahala yang tiada terputus. Firman Allah
dalam Surat al-Tin; 6:
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ
غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)
Artinya: “Kecuali orang – orang yang beriman kepada Allah dan
berbuat kebaikan/amal shalih, maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (Q.S.
al-Tin; 6)
Selanjutnya khatib menerangkan bahwa tujuan Allah menciptakan jin
dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Hal itu sebagaimana termaktub
dalam al-Qur’an Surat al-Dzariyat; 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)
Artinya: “Dan tiadalah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (al-Dzariyat; 56)
Allah menciptaan manusia dan jin semata – mata hanyalah untuk
beribadah kepada-Nya. Tidak ada perintah lain selain beribadah kepadda-Nya.
Namun nyatanya, banyak sekali manusia yang tidak mampu menjalankan
perintah Allah dengan baik. Mereka diberi karunia mata, tetapi mata itu
seringkali digunakan untuk hal – hal yang tidak dibenarkan oleh Allah,
melanggar syariat, berbuat maksiat. Mata seringkali digunakan untuk melihat hal
– hal yang dilarang oleh Allah SWT. Demikian halnya dengan telinga. Telinga yang
semestinya digunakan untuk mendengar hal – hal baik, semisal bacaan al-Qur’an,
pengajian dan lain sebagainya, namun nyatanya banyak diantara manusia yang
menggunakan telinga untuk mendengar hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT. Demikian halnya dengan mulut, tangan, kaki dan
sebagainya. Padahal semua perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban di
akhirat kelak dihadapan Allah SWT.
Pada saat hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan di satu tempat
lapang yang bernama mahsyar. Disinilah umat manusia menunggu mahkamah peradilan
Allah SWT. Semasa di dunia mungkin kita bisa memberikan kesaksian palsu
dihadapan hakim yang menjadi juru hakim dikala kita berselisih dengan orang
lain. Mungkin saja kesalahan kita akan berubah menjadi kebenaran dan kemenangan
sehingga kita lepas dari jeratan hukum dunia. Akan tetapi beda halnya dengan
mahkamah peradilan Allah SWT ketika kita sudah berada di akhirat.
Di akhirat yang akan menjadi saksi bagi kita adalah seluruh anggota
tubuh kita. Lisan yang biasanya kita pakai untuk mencari pembenaran terhadap
apa yang kita lakukan tidak lagi mampu berbuat apapun untuk kita. Harta dan
kekuasaan yang kita miliki tidak lagi ada artinya di hadapan Allah SWT.
Adapun yang akan menjadi saksi bagi kita di akhirat atas semua
perbuatan yang telah kita lakukan selam di dunia ini adalah seluruh anggota
tubuh kita. Lisan akan dikunci oleh Allah, sementara tangan dan kaki akan
berbicara dan memberikan kesaksian yang sebenar – benarnya atas apa yang kita
perbuat selama di dunia. Dalam Surat Yasin; 65:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ
وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (65)
Artinya: “Pada hari ini (kiamat), Kami mengunci mulut – mulut mereka,
tangan – tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki – kaki mereka akan menjadi
saksi atas apa yang mereka usahakan”. (Q.S. Yasin; 65)
Demikian itulah gambaran Mahkamah Peradilan yang digelar Allah SWT
besok di hari kiamat. Mulut manusia yang pandai bersilat lidah tak lagi mampu
menolong mereka untuk lari dari peradilan Allah SWT. Kelak tangan – tangan manusialah
yang akan berbicara memberikan kesaksiaan atas apa yang diperbuatnya selama di
dunia. Kaki yang biasa digunakan untuk melangkah juga akan memberikan kesaksian
kepada Allah kemana ia melangkahkan kaki tersebut.
Sungguh, di hari itu peradilan Allah adalah peradilan yang seadil –
adilnya. Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada siapapun. Allah memberikan
petunjuk kepada yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Ia
kehendaki. Oleh karenanya dalam hidup ini penting bagi kita untuk senantiasa
meminta hidayah, dan petunjuk Allah. Semoga sewaktu – waktu Allah memanggil
kita, kita bisa kembali ke hadirat-Nya dengan husnul khatimah. Amin…
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar