Selasa, 14 Februari 2017

FTIK IAIN Tulungagung Gelar Istighatsah dan Do'a Bersama




Senin 13 Februari 2017 kampus IAIN secara resmi mengawali perkuliahan regular di semester genap 2017. Ada yang unik dalam pembukaan awal perkuliahan ini khususnya pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yakni mahasiswa diwajibkan untuk membawa tumpeng di hari pertama masuk kuliah ini.

Sudah beberpa tahun terakhir ini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya dan kampus IAIN Tulungagagung pada umumnya selalu mengawali perkuliahan dengan istighatsah dan do’a bersama. Istighatsah ini dilaksanakan oleh masing – masing fakultas mengingat belum tersedianya lokasi yang cukup untuk menampung seluruh mahasiswa IAIN pada satu tempat.

Pada hari ini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan mengambil lokasi untuk mengadakan istighatsah dan do’a bersama di gedung baru SBSN tepatnya di lantai dua. Meski keadaannya yang masih belum siap pakai mengingat masih dalam tahap persiapan pakai setelah selesai pembangunan dengan indikasi masih banyaknya material yang berserakan disana sini, akan tetapi hal itu tidak lantas menyurutkan niat dan semangat warga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk ikut ambil bagian dalam acara istighatsah dan do’a bersama yang digelar hari ini. Hal ini terbukti dengan membludaknya peserta sampai lokasi tidak mampu memuat sehingga banyak yang lantas mengambil tempat di lorong – lorong dan diruang kelas. Diperkirakan jumlah peserta yang hadir baik dari unsur mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan berjumlah kurang lebih empat ribu peserta.

Hadir dalam kesempatan ini Rektor IAIN Tulungagung Dr. H.  Maftukhin, M.Ag., Wakil Rektor I bidang akademik Prof. Dr. H.  Imam Fuadi, M.Ag., Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag., Ketua LPM Dr. K.H. As’aril Muhajir, M.Ag. dan sejumlah pejabat IAIN Tulungagung. Kehadiran para petinggi ini tentu memiliki arti penting bagi warga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Dalam sambutannya Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dr. H. Abdul Azis, M.Pd.I memberikan wejangan dan motivasi bagi seluruh warga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Sebagai fakultas tertua dan terbesar di IAIN Tulungagung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan harus mampu menjadi teladan dari fakultas yang lain. Teladan dalam arti secara prestasi akademik, perilaku, tata cara berpakaian, bergaul dan lain sebagainya. Beliau juga mengingatkan agar selalu menjaga etika dalam pergaulan baik sesame mahasiswa, mahasiswa dengan dosen dan lain sebagainya. Selain itu beliau juga tidak lupa mengingatkan kepada seluruh yang hadir aga tidak melupakan sisi spiritual dengan mengisi ruhani melalui aktifitas – aktifitas religius. Beliau juga tidak bosan – bosan mengingatkan motto Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yaitu edukatif, religius dan berkarakter. Semua komponen disitu hendaknya dikembangkan sehingga terwujud insan yang beraqidah benar.

Sementara itu dalam sambutannya Rektor IAIN Tulungagung menyampaikan tentang pentingnya membangun kampus IAIN menjadi kampus dakwah dan peradaban. Mengingat bahwa pada dekade terakhir ini banyak bermunculan akidah – akidah yang dinilai kurang sesuai dengan nafas Islam dalam berbangsa dan bernegara sehingga mengancam keutuhan NKRI yang memiliki cirri khas dengan kebhinekaannya, maka sangat penting untuk memberikan pemahaman yang  benar tentang akidah Islam. Oleh karena itu menjadi keharusan bagi mahasiswa untuk ‘melek kitab kuning’, kajian kutub al-turats yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari khazanah keilmuan Islam Nusantara. Dengan pemahaman Islam yang benar maka diharapkan seluruh sivitas akademika dan out put dari IAIN Tulungagung akan menjadi kekuatan penyeimbang untuk menjaga keutuhan NKRI dan selalu memperjuangkan dakwah islamiyah sesuai tuntunan Rasulullah SAW dan ulama salaf al-shalih. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal ini IAIN telah membuka program madin, dirasah ‘ulya, dan dirasah qur’aniyyah bagi mahasantri IAIN. Program ini diselenggarakan oleh UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung yang diasuh oleh Dr. K.H. Teguh, M.Ag.

Pada kesempatan ini beliau juga memberikan kabar gembira bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dengan turunnya SK Prodi baru yaitu Tadris Fisika dan Kimia. Kedepan IAIN Tulungagung juga akan mengepakkan sayap tidak hanya berhenti pada lapangan ilmu agama tetapi juga kajian – kajian ilmu eksakta. Oleh karena itu diharapkan agar seluruh sivitas akademika agar berbenah diri untuk semakin mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya pada tiap bidang yang menjadi fokus konsentrasi bidangnya. Dengan dibukanya berbagai prodi baru dibidang eksakta ini tentu menjadi angin segar bagi terwujudnya IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban. Meminjam istilah Koentjaraningrat bahwa peradaban salah satunya diartikan sebagai majunya ilmu pengetahuan yang kompleks. Dengan semakin banyaknya program studi dan jurusan di IAIN Tulungagung tentu sangat membantu bagi terwujudnya IAIN sebagai kampus dakwah dan peradaban.

Selain istighatsah dan do’a bersama acara pembukaan awal kuliah ini juga menjadi momentum yang menggembirakan bagi mahasiswa berprestasi. Pada kesempatan ini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan memberikan penghargaan kepada mahasiswa berprestasi yang memiliki indeks prestasi tertinggi 1, 2, dan 3 pada jurusannya masing - masing. Kepada mereka diberikan penghargaan yang ditandai dengan diserahkannya sertifikat dan fandel. Meski hanya sederhana tetapi tentu pemberian sertifikat dan fandel ini memiliki arti tersendiri bagi mahasiswa.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini diberikan penghargaan kepada mahasiswa peraih indeks prestasi tertinggi di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Sedianya fakultas hanya memberikan satu penghargaan kepada satu orang terbaik, akan tetapi mengingat bahwa beberapa diantara mahasiswa memiliki indeks prestasi yang sama maka Rektor IAIN Dr. H. Maftukhin, M.Ag. meminta mereka untuk maju semuanya. Kepada mereka Rektor IAIN memberikan apresiasi dengan memberikan sejumlah uang. Ini tentu menjadi reward yang positif bagi mahasiswa untuk semakin berkompetisi dalam berprestasi.

Akhirnya acara istighatsah dan do’a bersama ini diakhiri dengan acara jamuan di kantor dekanat. Sementara itu mahasiswa menyantap tumpeng yang dibawanya bersama sahabat – sahabatnya satu kelas.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Jumat, 10 Februari 2017

Mahkamah Keadilan Tuhan



Mahkamah Keadlilan Tuhan
(Seri Khutbah Jum’at)

Khutbah Jum’at di Masjid al-Hikmah Tunggulsari Kedungwaru Tulungagung hari ini mengambil tema Mahkamah Peradilan Tuhan. Sebagaimana biasa khutbah diawali dengan pesan agar setiap jamaah senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hanya dengan iman dan taqwa seorang mukmin akan menuai kebahagiaan baik di dunia lebih – lebih di akhirat.

Diawal khutbahnya khatib mengingatkan kepada seluruh jamaah bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang dalam al-Qur’an Surat al-Tin; 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)

Artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk” (al-Tin; 4)

Melalui ayat di atas Allah mengingatkan bahwa Ia menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk. Secara fisik manusia memiliki bentuk yang lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Oleh karenanya manusia harus bersyukur dan memanfaatkan semua potensi fisiknya untuk semata mengabdikan diri kepada Allah SWT. Selanjutnya Allah juga mengingatkan manusia bahwa apabila manusia tidak mau menggunakan semua nikmat yang telah diberikan kepadanya sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah akan mengembalikannya pada kedudukan yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari makhluk Allah yang lain. Masih dalam Surat al-Tin Allah berfirman dalam ayat ke-5:

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5)

Artinya: “Kemudian Kami kembalikan manusia itu ke tempat yang serendah – rendahnya.” (al-Tin; 5)

Manusia yang tidak memnfaatkan nikmat dan karunia yang Allah berikan kepadanya untuk mengabdikan diri kepada Allah maka Allah akan mengembalikan dia pada tempat yang hina. Ia lebih rendah daripada makhluk Allah yang hina sekalipun. Kecuali orang – orang yang beriman kepada Allah dan berbuat kebaikan/amal shalih, maka bagi mereka pahala yang tiada terputus. Firman Allah dalam Surat al-Tin; 6:

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6)

Artinya: “Kecuali orang – orang yang beriman kepada Allah dan berbuat kebaikan/amal shalih, maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (Q.S. al-Tin; 6)

Selanjutnya khatib menerangkan bahwa tujuan Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Hal itu sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an Surat al-Dzariyat; 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)

Artinya: “Dan tiadalah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (al-Dzariyat; 56)

Allah menciptaan manusia dan jin semata – mata hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Tidak ada perintah lain selain beribadah kepadda-Nya.

Namun nyatanya, banyak sekali manusia yang tidak mampu menjalankan perintah Allah dengan baik. Mereka diberi karunia mata, tetapi mata itu seringkali digunakan untuk hal – hal yang tidak dibenarkan oleh Allah, melanggar syariat, berbuat maksiat. Mata seringkali digunakan untuk melihat hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT. Demikian halnya dengan telinga. Telinga yang semestinya digunakan untuk mendengar hal – hal baik, semisal bacaan al-Qur’an, pengajian dan lain sebagainya, namun nyatanya banyak diantara manusia yang menggunakan telinga untuk mendengar hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT.  Demikian halnya dengan mulut, tangan, kaki dan sebagainya. Padahal semua perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak dihadapan Allah SWT.

Pada saat hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan di satu tempat lapang yang bernama mahsyar. Disinilah umat manusia menunggu mahkamah peradilan Allah SWT. Semasa di dunia mungkin kita bisa memberikan kesaksian palsu dihadapan hakim yang menjadi juru hakim dikala kita berselisih dengan orang lain. Mungkin saja kesalahan kita akan berubah menjadi kebenaran dan kemenangan sehingga kita lepas dari jeratan hukum dunia. Akan tetapi beda halnya dengan mahkamah peradilan Allah SWT ketika kita sudah berada di akhirat.

Di akhirat yang akan menjadi saksi bagi kita adalah seluruh anggota tubuh kita. Lisan yang biasanya kita pakai untuk mencari pembenaran terhadap apa yang kita lakukan tidak lagi mampu berbuat apapun untuk kita. Harta dan kekuasaan yang kita miliki tidak lagi ada artinya di hadapan Allah SWT. 

Adapun yang akan menjadi saksi bagi kita di akhirat atas semua perbuatan yang telah kita lakukan selam di dunia ini adalah seluruh anggota tubuh kita. Lisan akan dikunci oleh Allah, sementara tangan dan kaki akan berbicara dan memberikan kesaksian yang sebenar – benarnya atas apa yang kita perbuat selama di dunia. Dalam Surat Yasin;  65:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (65)

Artinya: “Pada hari ini (kiamat), Kami mengunci mulut – mulut mereka, tangan – tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki – kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang mereka usahakan”. (Q.S. Yasin; 65)

Demikian itulah gambaran Mahkamah Peradilan yang digelar Allah SWT besok di hari kiamat. Mulut manusia yang pandai bersilat lidah tak lagi mampu menolong mereka untuk lari dari peradilan Allah SWT. Kelak tangan – tangan manusialah yang akan berbicara memberikan kesaksiaan atas apa yang diperbuatnya selama di dunia. Kaki yang biasa digunakan untuk melangkah juga akan memberikan kesaksian kepada Allah kemana ia melangkahkan kaki tersebut.

Sungguh, di hari itu peradilan Allah adalah peradilan yang seadil – adilnya. Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada siapapun. Allah memberikan petunjuk kepada yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Ia kehendaki. Oleh karenanya dalam hidup ini penting bagi kita untuk senantiasa meminta hidayah, dan petunjuk Allah. Semoga sewaktu – waktu Allah memanggil kita, kita bisa kembali ke hadirat-Nya dengan husnul khatimah. Amin…

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Tradisi Baru di Ma'had al-Jami'ah



Tradisi Baru di Ma’had al-Jami’ah

Hari ini, Jum’at 10 Februari 2017, keluarga besar pengelola UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung meciptakan tradisi baru yang sebelumnya belum ada semasa pengelola sebelumnya. Tradisi baru ini berbentuk khatmil Qur’an yang rencananya akan diadakan pada setiap Jum’at legi.

Mengapa dilaksanakan pada hari Jum’at legi? Bagi pengelola Ma’had al-Jami’ah Jum’at legi memiliki makna tersendiri bila dibandingkan dengan hari jum’at yang lain. Menurut perhitungan Jawa, Jum’at itu neptunya 6 sedang legi itu 5 yang bila dijumlahkan ditemukan angka 11. Angka ini sesuai dengan jumlah pengelola Ma’had al-Jami’ah yang berjumlah 11 orang. Satu orang Mudir, Dr. KH. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. dan 10 orang murabbi yang terdiri dari 9 orang dostap non PNS (dosen tetap non PNS) dan 1 orang DLB, K. Ahmad Marzuqi, S.Th.I, M.Pd.I. Inilah yang mungkin ikut melatarbelakangi dipilihnya hari Jum’at legi sebagai hari pelaksanaan khatmil Qur’an.

Khatmil Qur’an hari ini diawali dengan sekedar siraman ruhani yang disampaikan oleh Mudir Ma’had al-Jami’ah. Dalam sambutannya Mudir Ma’had al-Jami’ah mengingatkan bahwa pada dasarnya semua amal perbuatan yang selama ini kita lakukan belumlah atau bahkan tidak bisa dibanggakan dan diandalkan sama sekali. Shalat dan ibadah – ibadah lain yang kita kerjakan seringkali kosong tanpa makna. Saat shalat misalnya antara ingat kita kepada Allah dengan lupa kita jauh lebih banyak lupa kita. Hal inilah yang sebenarnya menyebabkan amal kita sesungguhnya lebih banyak negatifnya daripada positifnya.

Lebih lanjut beliau menyampaikan, oleh karena amal kita yang cenderung negatif maka kita membutuhkan syafaat agar dihari pembalasan kelak kita ditolong sehingga bisa menikmati kehidupan di surga yang penuh dengan nikmat dan karunia Allah SWT. Beliau menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang bisa memberikan syafaat kepada kita di hari kiamat. Tiga hal itu adalah membaca al-Qur’an, puasa, dan shalawat kepada Rasulullah SAW.

Pertama, membaca al-Qur’an. Membaca al-Qur’an termasuk ibadah yang bisa kita harapkan syafaatnya besok di hari kiamat. Dengan senantiasa istiqamah membaca al-Qur’an, penuh dengan keikhlasan, maka al-Qur’an yang kit abaca akan memberikan syafaat kepada kita. Tidak hanya satu surat, satu ayat bahkan setiap huruf dalam al-Qur’an bisa kita harapkan syafaatnya. Tentunya tidak hanya sekedar membaca, tetapi dengan memenuhi semua ketentuan yang ada dalam adab membaca al-Qur’an, bersungguh – sungguh dalam memahaminya dan berusaha menerapkannya dalam setiap kehidupan sehari – hari. Dengan demikian in sya’a Allah kita bisa mendapatkan syafaat al-Qur’an di hari kiamat.

Kedua, puasa. Menurut Mudir Ma’had al-Jami’ah puasa juga termasuk amal ibadah yang dapat diharapkan syafaatnya. Puasa ini termasuk hal yang berat, apalagi dengan melihat kesibukan masing – masing orang dalam kesehariannya. Puasa sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Setidaknya dalam satu bulan kita disunnahkan puasa 3 hari yang dikenal dengan puasa ayyamil bidh, yang dikerjakan pada tanggal 13, 14 dan 15 tiap bulan. Menurut beliau puasa 3 hari itu sama nilainya dengan puasa satu bulan. Satu hari dilipatgandakan pahalanya sebanyak 10 kali, sehingga sepadan dengan 30 hari. Dengan demikian siapa saja yang melaksanakan puasa ayyamil bidh rutin tiap bulannya sama dengan melaksanakan puasa selama satu tahun. Apabila kita tidak bisa melaksanakan hal itu Allah memberikan solusi lagi dengan melaksanakan puasa Ramadlan sebulan penuh ditambah dengan 6 hari di bulan syawwal. Dengan melaksanakan puasa Ramadlan dan disambung dengan 6 hari di bulan Syawwal maka menurut Rasulullah SAW nilainya sama dengan puasa satu tahun.
Ketiga, shalawat kepada Rasulullah SAW. Membaca al-Qur’an dan puasa memiliki syarat – syarat khusus yang harus dipenuhi agar bisa diterima Allah SWT. Shalawat kepada Rasulullah SAW termasuk amalan yang paling mudah diantara yang lain, yang tidak ada syarat – syarat khusus di dalamnya. Oleh karena itu seyogyanya kita senantiasa memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW agar mendapatkan syafaat dari beliau khususnya di hari kiamat. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda; “Paling utama – utamanya manusia besok di hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca Shalawat kepadaku”. Oleh karena itu apabila ada orang yang berbeda pendapat dan mengatakan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW sebagai bid’ah maka tidak perlu kita hiraukan. Kita tetap mengikuti tuntunan dan ajaran Rasulullah SAW dengan memperbanyak membaca shalawat untuk meraih syafaatnya.

Selain itu beliau juga mengingatkan agar kita senantiasa bersifat toleran kepada sesame makhluk termasuk diantaranya mungkin yang berada dalam dimensi yang berbeda dengan kita. Semua makhluk itu memiliki tugas yang sama dengan kita yaitu untuk mengesakan Allah dan beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu tidak dibenarkan apabila dengan bacaan – bacaan al-Qur’an kita berniat untuk mengusir, tetapi lebih diniatkan agar semuanya mendapat hidayah dan petunjuk Allah SWT. Bersama – sama berlomba – lomba dalam kebaikan untuk menggapai ridla Allah SWT.

Ma’had al-Jami’ah sebagai salah satu lembaga yang mengelola keislaman di lembaga IAIN Tulungagung selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik untuk mahasantri terutama dalam bidang keislaman. Semoga dengan adanya tradisi baru berupa khatmil Qur’an, Ma’had al-Jami’ah dan para pengelolanya diberikan kekuatan dlahir dan bathin terutama dalam menjalankan semua program – programnya sesuai dengan harapan meneguhkan IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban. 

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…

Kamis, 09 Februari 2017

Meniti Prestasi Bersama Ayah dan Ibu



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

نَيْلُ الْإِنْجَازِ  بِأَبِيْ وَأُمِّيْ

اَيُّهَاالْإِخْوَةْ أَسْعَدَكُمُ اللهِ

لِكُلِّ إِنْسَانٍ هِمَّةٌ فِى حَيَاتِهِ، وَلِكُلِّ إِنْسَانٍ عَمَلِيَّةٌ فِى نَيْلِ هِمَّتِهِ. فَمِنْهُمْ مَنْ يَناَلُ مَايَهْتَمُّ مِنْ هِمَّتِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يَنَالُ مَا مِنْ هِمَّتِهِ إِلَّا شَيْئًاقَلِيْلًا. 

أَيُّهَالْإِخْوَةْ أَسْعَدَكُمُ اللهِ

لِمَاذَا يَنَالُ بَعْضُ النَّاسِ مَا يَهْتَمُّهُ مِنْ هِمَّتِهِ وَلَا يَنَالُ بَعْضُهُمْ مَايَهْتَمُّهُ مِنْ هِمِّتِهِ؟ فَالْجَوَابُ مِنْ هَذَالسُّؤَالِ يَرْجِعُ إِلَيْهِ نَفْسِهِ. كَيْفَ عَمَلِيَّتُهُ فِى نَيْلِ وَاتِّخَاذِ هِمَّتِهِ. فَمِنْهُمْ مَنْ يَجْتَهِدُ فِى نَيْلِ هِمَّتِهِ بِبَذْلِ جُهْدِهِ لَيْلًا وَنَهَارًا. فِى النَّهَارِ هُمْ يَجْتَهِدُوْنَ فِى نَيْلِ هِمَّتِهِ بِالْعَمَلِيَّةِ الظَّاهِرَةِ. إِمَّا أَنْ يَكُوْنَ بِالتَّعَلُّمِ الْمُسْتَمِرِّ الْعَمِيْقِ فِى فَصْلٍ مِنَ الْفُصُوْلِ، وَإِمَّا أَنْ يَكُوْنَ بِعَمَلٍ مِنَ الْأَعْمَالِ الَّتِى تَغْتَصِبُ الْعَرَقَ وَمَا إِلَى ذَلِكَ مِنَ الْعَمَلِيَّا تِ. وَأَمَّافِى الَّيْلِ فَهُمْ يَجْتَهِدُوْنَ عَمَلِيَّتَهُمْ بِالسَّهَرِ مَعَ قِرَاءَةِ الْكُتُبِ وَالصَّلَاةِ التَّطَوُّعِ مِثْلَ التَّهَجُّدِ وَالْحَاجَاتِ وَالدُّعَاءِ إِلَى اللهِ تَعَالَى جَلَّ جَلَالُهُ. لِهَذَاالنَّوْعِ مِنَ النَّاسِ كَثِيْرٌ لَهُ مُمْكِنَتُهُ لِنَيْلِ اْلإِنْجَازِ مِنْ هِمَّتِهِ. فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) اَلْعَنْكَبُوْتَ: 69

أَيُّهَاالزُّمَلَاءَ أَسْعَدَكُمُ اللهْ

هَذِهِ الْأُمُوْرُ الْمُنْتَظَرُ حُصُوْلُهَا،بِخِلَافِ مَنْ لَا يَجْتَهِدُ فِى نَيْلِ هِمَّتِهِ، وَهُمْ يُرِيْدُوْنَ النَّجَاحَ وَلَكِنَّهُمْ لَايَسْلُكُوْنَ أَنْفُسَهُمْ فِى طَرِيْقِهِ، هُمْ يُرِيْدُوْنَ فِى نَيْلِ الْإِنْجَازِ وَلَكِنَّهُمْ يَتَكَاسَلُوْنَ فِى حَيَاتِهِ، فِى النَّهَارِ هُمْ يَسْتَعْمَلُوْنَ أَوْقَاتَهُمْ فِى أَمْرٍ لَافَائِدَةَ لَهُ، وَفِى الَّيْلِ هُمْ يَسْتَغْرِقُوْنَ أَوْقَاتَهُمْ لِلَّهْوِ وَالنِّيَامِ فَحَسْبُ، فَكَيْفَ هُوَ سَيَنَالُ هِمَّتَهُ وَالْإِنْجَازَ؟ لَا يُمْكِنُ لَهُ أَنْ يَنَالَ الْإِنْجَازَ، لَا يُمْكِنُ، لَا يُمْكِنُ، وَلَا يُمْكِنُ

أَيُّهَاالْإِخْوَةَ أَسْعَدَكُمُ الله

فَلِذَالِكَ، حَيَّ نَجْتَهِدُ فِى نَيْلِ هِمَّتِنَا والْإِنْجَازَ بِبَذْلِ جُهْدِنَا كُلَّ الْبَذْلِ، وَلَا تَنْسَوْا أَيُّهَاالْإِخْوَةِ إِلَى أَبِيْنَا وَأُمِّنَا، فَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

رِضَااللهِ فِى رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِهِمَا .... اَلْحَدِيْثْ

وَمَعْنَى هَذَاالْحَدِيْثِ أَنَّهُ لَابُدَّ لِكُلِّ أَحَدٍ اَلَّذِى يُرِيْدُ فِى نَيْلِ النَّجَاحِ والْإِنْجَازِ مِنْ رِضَا وَالِدَيْهِ، لِأَنَّ رِضَاالْوَالِدَيْنِ رِضَااللهِ جَلَّ جَلَالُهُ، وَإِذَا رَضِىَ اللهُ فَتَيَسَّرَ الْعُسْرُ،  هَذَاهُوَ مِفْتَاحُهَا.
إِذَنْ، مَنْ أَرَادَالنَّجَاحَ وَالْإِنْجَازَ فَلَايُؤْذِيْ وَالِدَيْهِ، لَاسِيَّمَا الْأُمُّ، فَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ..... اَلْحَدِيْثُ

إِذَاأَرَدْتَ النَّجَاحَ وَالْإِنْجَازَ فَلَا يُؤْذِي أُمَّكَ، فَلَا يُؤْذِيْ أُمَّكَ، فَلَا يُؤْذِيْ أُمَّكَ، لِأَنَّهَا وَرِضَاهَا مِفْتَاحَ النَّجَاحِ، وَالْإِنْجَازِ ، وَالرَّحْمَةِ

أَيُهَاالْإِخْوَةْ أَسْعَدَكُمُ اللهِ،

 اَلْأَخِيْرُ، حَيَّ نُبَذِّلُ جُهْدَنَا بِالتَّعَلُّمِ الْمُسْتَمِرِّ وَالطَّاعَةِ لِلْوَالِدَيْنِ، اَلْأَبِ وَالْأُمِّ، عَسَى اللهُ أَنْ يُسَهِّلَنَا فِى نَيْلِ الْهِمَّةِ وَالنَّجَاحِ فِى الْحَيَاةِ. أَمِيْن 3* يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

هَذِهِ هِيَ الْخُطْبَةُ مِنِّي إِنْ وَجَدْتُمْ مِنِّي الْخَطِيْئَاتِ وَالْغَلَظَاتِ أَرْجُوْ مِنْكُمُ الْعَفْوَ الْكَثِيْرَ. ,َوَأَخِيْرًامِنِّي

بِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ وَمِنَ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَشَّفَاعَةُ

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...