Sabtu, 25 Februari 2017

Golongan Yang Tidak Bisa Melihat Wajah Rasulullah



Golongan Yang Tidak Bisa Melihat Wajah Rasulullah

Bertemu Rasulullah SAW tentu menjadi impian setiap muslim. Tidak ada kebahagiaan bagi umat islam selain bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang menjadi panutan sekaligus kekasih Allah SWT. Menurut keterangan yang terdapat dalam hadits Rasulullah SAW orang yang mimpi melihat Rasulullah SAW maka orang tersebut benar – benar melihat Rasulullah karena syaitan tiddak mampu menyerupai beliau.

Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi umat islam yang dikarunia kemampuan untuk bertemu Rasulullah SAW meski hanya dalam mimpi terlebih bilah pertemuan itu yaqadlatan, dalam keadaan terjaga. Setiap umat Islam yang masuk ke dalam surga akan melihat dan berjumpa dengan Rasulullah SAW. 

Dalam satu riwayat dari Sayyidatina Aisyah Radliyallahu ‘anha, ada tiga golongan orang yang tidak akan pernah bisa melihat wajah Rasulullah SAW. Disebutkan dalam hadits:

لايرى وجهي ثلاثة أنفس: العاق لوالديه وتارك سنتي ومن لم يصل علي إذا ّكرت بين يديه

Artinya: “Tidak akan bisa melihat wajahkuu tiga macam orang, pertama, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, kedua, orang yang meninggalkan sunnahku, dan ketiga, orang yang tidak membaca shalawat kepadaku ketika (mendengar) aku disebut didekatnya”. 

Hadits di atas menjelaskan bahwa ada tiga golongan yang besuk di yaumul kiamat tidak bisa melihat wajah Rasulullah SAW. Golongan ini termasuk golongan yang merugi. Orang yang tidak bisa melihat Rasulullah sama artinya adalah penghuni neraka karena siapapun yang masuk surga maka ia akan bertemu dan bisa melihat wajah Rasulullah SAW.

Pertama, orang yang durhaka kepada kedua orang tua. Orang tua adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita. Oleh karenanya seperti apapun keadaan keduanya maka kita tetap berkewajiban untuk selalu berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua. Apa yang menjadi perintahnya harus berusaha kita lakukan asal bukan merupakan hal yang bertentangan dengan perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Kedudukan kedua orang tua sangat penting sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa ridla Allah tergantung pada ridla kedua orang tua dan murkanya tergantung pada keduanya. Ini menunjukkan bahwa peranan orang tua sangat penting sehingga perintah berbakti kepada keduanya disandingkan dengan perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karenanya sebagai seorang muslim sudah sepatutnya untuk selalu berusaha berbakti kepada keduanya.

Pada kenyataannya ada tiga macam orang tua di dunia ini. Pertama adalah orang tua kandung kita. Mereka yang telah membesarkan dan mendidik kita semenjak kita masih dalam kandungan sampai kita bisa hidup mandiri dan bisa berdiri dengan kedua kaki kita. Kepada mereka maka kita harus berbakti, jangan sampai membuat keduanya murka terutama ibu. Kedua adalah mertua, orang tua dari suami atau istri. Kedudukan mereka sama dengan orang tua oleh karenanya setiap muslim hendaknya menjaga hak – hak mereka dan jangan sampai melukai perasaannya. Ketiga adalah guru, orang yang telah mendidik kita dengan ilmunya. Mereka juga orang tua kita didunia ini. Kepada mereka semua hendaknnya kita senantiasa berbuat baik, patuh dan taat pada perintahnya asalkan bukan pada hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Kedua, orang yang meninggalkan sunnahku. Orang yang meninggalkan sunnah Rasulullah menunjukkan bahwa mereka tidak cinta kepada Rasulullah SAW. Orang yang tidak mencintai Rasul sama halnya mereka tidak cinta kepada Allah. Mereka yang tidak cinta kepada Allah maka tempatnya adalah neraka.

Salah satu bukti bahwa kita mencintai Rasulullah SAW adalah senantiasa berusaha untuk selalu mengikuti petunjuknya. Mengikuti petunjuknya berarti juga dengan melaksanakan semua sunnah yang telah dicontohkannya. Orang yang benar – benar memiliki rasa cinta kepada Rasulullah SAW akan senantiasa berusaha untuk selalu melaksanakan sunnah – sunnahnya. Mereka salaing berlomba untuk mendapatkan keutamaan disisinya karena keutamaan disisinya sama halnya keutamaan di hadapan Allah SWT. Orang yang mengaku cinta kepada Rasulullah SAW tetapi tidak mau melaksanakan sunnah – sunnahnya maka sudah bisa dipastikan bahwa cintanya kepada Rasulullah SAW adalah cinta palsu. Cinta semacam ini terkecam dan justru pelakunya diansam dengan tidak bisa melihat wajah Rasulullah SAW besok di hari kiamat.

Ketiga, orang yang tidak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW ketika nama beliau disebut didekatnya. Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah ini termaktub dalam Surat al-Ahzab; 33; 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56)

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi (Muhammad SAW), wahai orang – orang yang beriman bacalah shalawat kepadanya (Nabi Muhammad SAW) dan sampaikan salam kepadanya. (Q.S. al-Ahzab; 33; 56)

Perintah bershalawat kepada Rasulullah SAW berbeda dengan perintah Allah yang lain. Perintah bershalawat adalah satu – satunya perintah yang Allah SWT sendiri juga turut melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa shalawat kepada Rasulullah SAW termasuk hal yang sangat penting dan sangat dianjurkan oleh Allah SWT agar dilaksanakan oleh orang yang beriman.

Selain shalawat merupakan perintah yang Allah secara langsung juga mencontohkan, shalawat juga merupakan media bagi umat islam untuk berhubungan dengan Rasulullah SAW. Bershalawat apapun jenis shalawatnya baik shalawat yang ma’tsurah maupun yang ghair ma’tsurah sangat dianjurkan. Oleh karenanya sebagai seorang mukmin maka seharusnyalah kita berusaha untuk selalu bershalawat kepadanya setiap hari semampu kita.

Membaca shalawat memiliki banyak faidah dan manfaat bagi pembacanya. Diantara fadlilah terbesar dari orang yang senantiasa bershalawat kepada Rasulullah SAW adalah inthiba’u shuratihi shallallahu ‘alaihi wasallama ‘ala qalbi al-mushalli, tercetaknya shurah Rasulullah SAW dalam hati si pembaca shalawat. Dengan demikian maka seorang yang dihatinya telah tercetak shurah Rasulullah SAW akan berakhlak sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Ia akan menjadi pribadi yang senantiasa disinari dengan qalbun nubuwwah, hati bagaikan hati nabi sehingga pribadinya akan menjadi pribadi yang mengagumkan sebagaimana nabi. Orang yang telah sampai pada maqam ini maka ia akan mencapai birrasul dalam kehidupannya. Dengan birrasul inilah iman billah dalam dirinya akan semakin sempurna.

Orang yang tidak mau membaca shalawat ketika nama Nabi Muhammad SAW disebut di dekatnya maka orang semacam ini adalah sebakhil – bakhilnya manusia. Ia diancam tidak akan bisa melihat wajah Rasulullah SAW besok di hari kiamat.

Demikianlah tiga golongan di atas sebagaimana sabda Rasulullah SAW tidak akan bisa melihat wajah Rasulullah SAW. Mudah – mudahan kita diselamatkan dari tiga macam golongan diatas dan dijadikan sebagai penderek dan pengikut setia Rasulullah SAW sampai hari perjumpaan dengan-Nya.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam …

Jumat, 24 Februari 2017

Kebersihan Sebagian dari Iman



Kebersihan Sebagian dari Iman
(Seri Khutbah Jum’at)

Sebagaimana biasa shalat Jum’at hari ini saya jalankan di masjid al-Hikmah desa Tunggulsari kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung. Khutbah Jum’at diawali dengan pesan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan senantiasa berusaha untuk selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Kali ini tema yang diangkat oleh Khatib adalah kebersihan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Oleh karena itu sudah sepatutnyalah umat islam senantiasa berusaha untuk menjaga kebersihan.

Selain sebagai bagian dari manifestasi keimanan, kebersihan juga memiliki banyak mafaat, baik manfaat secara lahir maupun manfaat secara batin. Mengingat begitu pentingnya pembahasan tentang kebersihan ini maka kajian ilmu fiqih biasanya selalu diawali dengan kajian tentang kebersihan yang tercakup dalam bab thaharah.

Peletakan bab thaharah sebagai permulaan bab dalam kajian ilmu fiqih menunjukkan betapa pentingnya kebersihan dalam pandangan islam. Kebersihan secara lahir akan memberikan manfaat kepada umat islam terhindar dari berbagai kotoran dan najis. Terhindar dari berbagai penyakit yang mayoritas selalu diawali denngan kehidupan yang jorok. 

Kebersihan secara lahir memiliki arti penting dan banyak manfaatnya. Demikian halnya dengan kebersihan secara batin. Kebersihan secara batin ini mencakup kebersihan kita dalam pergaulan, kebersihan dalam bersikap dan bertindak, kebersihan akal kita dari berbagai pikiran yang kotor dan menyimpang serta kebersihan hati kita dari getaran – getaran yang tidak sesuai dengan apa yang diridlai Allah SWT.

Berkaitan dengan pergaulan dan sikap maka seyogyanya seorang muslim untuk selalu menjaga pergaulannya dari pergaulan yang salah. Saat ini kita seringkali melihat banyak sekali diantara para remaja yang terjerumus kedalam pergaulan yang tidak benar. Tidak hanya remaja bahkan anak – anak dan orang tua juga banyak yang terjerumus kepada pergaulan yang tidak benar. Pengaruh televisi dan kemajuan teknologi yang semakin canggih diduga menjadi faktor pemicu utama yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam pergaulan yang salah. Hal inilah yang semestinya mendapatkan perhatian yang serius baik dari orang tua, aparat terkait maupun pemerintah sehingga perilaku perbuatan yang menyimpang dalam pergaulan bisa di antisipasi minimal bisa diminimalisir.

Dalam hal menjaga kesucian hati, maka umat islam harus senantiasa memperbanyak mujahadah. Mujahadah artinya bersungguh – sungguh dalam memerangi hawa nafsu. Mujahadah biasanya dilakukan dengan memperbanyak dzikir, istighfar dan shalawat kepada Rasulullah SAW. Dengan memperbanyak dzikir, istighfar dan shalawat sedikit demi sedikit hatinya akan diberi hidayah dan petunjuk Allah menuju jalan kebenaran.

Kebersihan baik dari sisi lahir maupun batin harus senantiasa diupayakan agar tercipta kehidupan yang seimbang dan serasi. Dengan kebersihan lahir maka kita akan diberikan kesehatan. Dengan kesehatan ibadah yang kita jalankan akan lebih lancar dan tenang bila dibandingkan dengan ibadah yang kita lakukan dengan fisik yang sakit. Kebersihan batin akan menjadikan kita semakin khusyu’ dalam mengahadap Allah SWT. Hati yang selamat dari kotoran – kotoran nafsu akan memberikan dorongan positif kepada seluruh anggota tubuh untuk melakukan hal yang baik. Sebaliknya apabila nafsu yang berkuasa dalam hati maka yang terjadi sebaliknya, yang terwujud dan tampak dalam perilaku kita adalah negatif.

Mudah – mudahan kita bisa menjaga kebersihan baik secara lahir maupun batin.

Semoga bermanfaat…
Allahu a’lam…


Muslim Sejati



MUSLIM SEJATI

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر مانهى الله عنه    (رواه البخاري)

Artinya: “Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya, sedangkan muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (H.R. al-Bukhari)

Hadits di atas mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berlaku sebagai seorang  muslim. Seorang muslim yang sejati adalah orang yang tidak menggangu saudara mereka sesama muslim. Ia akan menebarkan kedamaian dimananpun dia berada. 

Gangguan kepada orang lain boleh jadi berasal dari tangan, boleh jadi juga berasal dari lisan. Tangan yang kita miliki boleh jadi menjadi penyebab orang lain merasa terganggu. Oleh karena itu maka seyogyanya seorang muslim selalu berusaha berbenah diri agar tangan yang dimilikinya tidak mengganggu orang lain. Baik dengan melakukan aktifitas yang bisa menyakiti seperti memukul, mencubit, mencuri, merusak dan sebagainya. Hal – hal semacam ini harus dihindarkan oleh setiap muslim agar keislamannya tidak menyebabkan orang lain celaka.

Lisan adalah makhluk Allah yang tak bertulang. Karena tak bertulang maka sifat lisan itu lentur, mudah sekali berkata A, B, C dan seterusnya. Tidak jarang tanpa kita sadari lisan itu mengucapkan hal – hal yang bisa melukai perasaan orang lain. Bahaya lisan yang tidak terjaga sangat mengkhawatirkan. Bahkan dalam salah satu riwayat disebutkan:

سلامة الإنسان فى حفظ اللسان

Artinya: “Keselamatan manusia itu tergantung pada kemampuan menjaga lisannya”.

Riwayat di atas semakin menunjukkan pentingnya kita dalam menjaga lisan. Lisan yang tidak dijaga boleh jadi akan menyebabkan peperangan yang dahsyat. Bila imbas dari tangan hanya dirasakan oleh satu dua orang, maka bahaya lisan boleh jadi bisa merusakkan seluruh warga desa, kota bahkan Negara. Nah, disinilah pentingnya umat islam untuk senantiasa menjaga lisannya agar orang lain tidak merasa terganggu dengan kehadiran kita.

Mengganggu orang lain terutama orang muslim adalah perbuatan dosa besar. Muslim yang sebenarnya tidak akan melakukan perbuatan – perbuatan yang menyebabkan orang lain terganggu. Sebaliknya muslim yang sejati akan selalu berusaha menciptakan kedamaian dimanapun dia berada tanpa pandang bulu. Sebagaimana Rasulullah SAW yang senantiasa menciptakan kedamaian dimanapun beliau berada. Pribadi beliau adalah al-Qur’an sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah ketika ditanya tentang kepribadian Rasulullah SAW maka jawabnya, kana khuluquhu al-Qur’an.

Selanjutnya dalam hadits di atas juga diterangkan bahwa seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.  Berhijrah tidak hanya pindah tempat tanpa ada perubahan sikap dan perbuatan. Ornag yang bersama Rasulullah SAW hijrah dari Makkah menuju Madinah belum dikatakan hijrah dalam arti yang sebenarnya sehingga ia benar – benar telah meninggalkan perbuatan – perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah menuju hal – hal yang diperintahkan dan diridlai Allah SWT.

Bagi seornag muslim penting baginya untuk selalu mengoreksi diri dalam setiap waktu apakah setiap waktu yang dilalui sudah sesuai dengan kehendak Allah atau belum. Kalau belum maka hendaknya segera berhijrah agar setiap saat dari waktu yang dilaluinya selalu menjadi waktu yang bermanfaat. 

Seorang muhajir yang sebenarnya adalah orang yang mau meninggalkan segala yang haram, menjauhi segala larangan, menahan diri dari perbuatan dosa, meninggalkan diri dari segala pelanggaran, bertaubat dari segala kemaksiatan dan menahan dirinya dari perbuatan yang salah. Inilah hakikat berhijrah sebagaimana yang dikehendaki oleh hadits di atas.

Semoga Bermanfaat....
Allahu A'lam....

Kamis, 23 Februari 2017

Keutamaan Tauhid

Keutamaan Tauhid

Tauhid atau mengesakan Allah adalah hal yang penting bagi umat Islam. Mengesakan Allah adalah wujud penghambaan diri seorang hamba kepada Allah SWT. Pengakuan akan kebesaran dan kemaha agungan Allah.

Berkaitan dengan tauhid dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عُبَادَةَ ابْنِ الصَّامِتِ أَنَّهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَاكَانَ مِنَ الْعَمَلِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya:
 Dari Ubadah bin Shamit sesungguhnya ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad saw adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba dan rasul-Nya, kalimat-Nya yang diberikan kepada Maryam, serta Ruh dari-Nya, surga adalah benar adanya dan mereka pun benar adanya. Maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga berdasarkan amalan yang dilakukannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas menjelaskan bahwa barangsiapa yang bersaksi bahwa tiddak ada ilah/Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, kalimat-Nya yang diberikan kepada Maryam, serta Ruh dari-Nya, surga adalah benar adanya dan mereka pun benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke dalam surga berdasarkan amalan yang dilakukannya.

Kesaksian tidak ada Tuhan selain Allah tidak hanya bersifat lisan, akan tetapi juga menuntut adanya keseriusan dalam persaksian. Seorang saksi secara otomatis langsung melihat, mendengar dan mengetahui tanpa sedikitpun mengalami keraguan didalamnya. Apabila seorang saksi tidak secara langsung mengetahui, mendengar dan melihat maka secara otomatis persaksiannya dianggap sebagai persaksian palsu.

Persaksian tidak ada Tuhan selain Allah menunjukkan adanya iman yang sempurna didalam hati. Iman disini tidak hanya berupa ucapan secara lisan akan tetapi juga mampu direalisasikan dalam bentuk perbuatan yang nyata.

Seseorang yang hatinya telah disinari oleh Tauhid yang sempurna kepada Allah secara otomatis akan tercermin dalam kehidupan sehari – hari dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Selain itu orang yang hatinya telah terang benderang dengan cahaya tauhid akan selalu sadar kepada Allah dalam setiap geraknya. Gerak – geriknya selalu berada dalam hidayah Allah SWT.

Jaminan Allah bagi orang yang hatinya dipenuhi dengan tauhid adalah Allah akan memasukkannya kedalam Surga. Surga Allah diperuntukkan kepada mereka yang menyembah dan mentauhidkan Allah tanpa ada keraguan sedikitpun.

Adapun bagi orang – orang yang imannya masih bercampur dengan keraguan maka mereka akan mendapat balasan sesuai dengan kadar keimanan yang ada didalamnya. Untuk menjadi seorang pribadi yang mampuu mentauhidkan Allah secara benar maka diperlukan latihan secara sungguh – sungguh. Latihan dalam mengelola hati agar mampu mentauhidkan Allah SWT harus dilakukan secara sungguh – sungguh dan bertahap. Tidak mungkin kita sampai pada keadaan semacam itu tanpa latihan terus menerus.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...