Jumat, 27 November 2015

Jadilah Pemimpin Bukan Penguasa




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى أله وصحبه أجمعين أما بعد

‘Alim ulama yang kami hormati
Dewan juri yang kami hormati
Hadirin hadirot yang berbahagia utamanya sahabat - sahabat peserta lomba pidato yang kami cintai
Pada kesempatan yang penuh barakah ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limphan rahmat, nikmat dan karunianya kepada kita bersama sehingga kita bisa berkumpul dalam majlis ini dalam keadaan sehat wal afiyat
Sanjungan shalawat salam yang seindah – indahnya dan yang setepat- tepatnya semoga senantiasa tercurah kepangkuan beliau rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa kita nantii – nantikan syafaatnya min yaumina hadza ila yaumil qiyamah.
Hadirin hadirat yang kami mulyakan, saya berdiri disini mewakili seluruh siswa siswi SDI Qurrota A’yun Beji ngunut Tulungagung , akan menyampaikan sepatah dua patah kata pidato dengan judul “Jadilah Pemimpin bukan Penguasa”
Hadirin hadirat yang kami hormati,
Begitu pentingnya arti pemimpin dalam kehidupan ini, sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana seandainya dunia ini berjalan tanpa adanya pemimpin. Dengan pemimpin hidup akan berjalan dengan dinamis, teratur dan sejahtera Insya Allah.
Begitu pentingnya arti seorang pemimpin sehingga  sejarah mencatat, tidak pernah ada negara di dunia yang memiliki peradaban yang tinggi, tingkat kehidupan yang makmur sejahtera melainkan didalamnya terdapat seorang pemimpin hebat yang dicintai dan digandrungi oleh rakyat yang dipimpinnya. Pun pula sebaliknya, tidaklah ada sebuah bangsa yang terpuruk dalam kemiskinan, perpecahan dan penuh dengan korup hingga sampai pada kehancuran melainkan didalamnya terdapat seorang pemimpin yang buruk yang dibenci oleh rakyat yang dipimpinnya  yang lazimnya disebut dengan penguasa.
Hadrin hadirat yang dirahmati Allah
Tipis memang perbedaan antara pemimpin dengan penguasa tetapi titik perbedaan yang mencolok  adalah seorang pemimpin disegani oleh rakyatnya, sementara penguasa ditakuti rakyatnya, pemimpin dicintai rakyatnya sementara penguasa dibenci rakyatnya, seorang pemimpin bekerja demi dan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya sementara penguasa bekerja demi dan untuk kepentingan perutnya semata. Ibarat seorang sopir, pemimpin mengemudi dengan baik, menjaga dengan baik kenyamanan para penumpang, mengantarkan mereka sampai pada tujuan yang hendak dituju, sementara seorang penguasa menyetir semaunya sendiri, tidak peduli dengan keselamatan penumpang, ugal ugalan dan kata orang jawa sak penak udele dewe. Inilah hadirin perbedaan antara pemimpin dengan penguasa.
Hadirin hadirat yang kami mulyakan oleh karena itu, marilah kita menjadi seorang pemimpin dan bukan penguasa. Ingatlah bahwa setiap kita adalah pemimpin dan setipa pemimpin pasti dimintai pertanggung jawaban. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kamu adalah pemimpin dan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.”
Hadirin hadirat yang kami mulyakan, demikianlah apa yang dapat saya sampaikan. Mudah – mudahan kita semua dijadikan pemimpin – pemimpin yang baik oleh Allah. Mudah – mudahan kita mampu menjadi pemimpin yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang yang besar, bangsa yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Amin
Segala salah dan khilaf mohon maaf yang sebesar – besarnya.
Jikalau ada sumur diladang, bolehlah kita menumpang mandi
Jikalau ada umur panjang, bolehlah kita berjumpa lagi.
أوصيكم ونفسي بتقو الله
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Senin, 23 November 2015

Fana'

Fana' artinya hilangnya wujud sesuatu. Fana' memiliki arti yang berbeda dengan fasad. Jika fana' artinya adalah hilangnya wujud sesuatu yang memiliki makna tidak tampaknya sesuatu, maka fasad artinya rusaknya sesuatu sehingga menjadi wujud sesuatu yang lain.
Istilah Fana' sering kita dengar dalam kehidupan sehari - hari. Istilah ini lebih popular lagi dalam dunia sufistik. Dalam dunia sufi istilah fana' diartikan sebagai hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Mustafa Zahri mengatakan bahwa fana' adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagaimana manusia biasa yang suka terhadap syahwat dan hawa nafsu. 
Seorang sufi yang telah mencapai fana', tidak menyadari akan eksistensi dirinya. Menurut keyakinannya yang ada hanyalah Allah, Tuhan Yang Haq. Orang yang telah mencapai tahapan ini secara otomatis akan mencerminan sifat - sifat ketuhanan dalam setiap perilaku dan tindakannya. Ia akan selalu berusaha untuk menghindarkan dirinya dari segala sesuatu yang disukai nafsu dan mengajak durhaka kepada Tuhan. Ia akan selalu berusaha menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada, yang hanyalah Allah Yang Haq.
Dalam keyakinan sufi, manusia ada karena diadakan. Wujud manusia dan seluruh alam hanyalah mumkinul wujud bukan wajibul wujud. Mumkinul wujud menunjukkan bahwa keberadaanya bukanlah merupakan sesutu yang mesti ada, melainkan adanya adalah karena di adakan. Oleh karena adanya adalah sebab diadakan, maka pada hakikatnya ia tidaklah ada. Berbeda dengan wajibul wujud. Wajibul wujud ada karena memang Ia mesti ada. Dialah Allah al Khaliq yang menciptakan segala yang ada.
Fana' adalah kesadaran batiniah seorang sufi yang menyadari bahwa dirinya dan selain Allah tidak ada. Yang ada hanya satu yaitu Allah. Allahu A'lam

Sabtu, 21 November 2015

Wali???

Kata wali akrab dengan telinga kita khususnya umat islam di tanah jawa. Menurut sejarah islam ditanah jawa bisa tersebar luas diantero nusantara ini berkat jasa para wali yang termasyhur di tanah jawa dengan nama wali songo.
Wali songo artinya wali sembilan. Wali sembilan ini diyakini sebagai para perintis islam di jawa. Mereka akrab sekali dikalangan masyarakat jawa, bahkan dalam beberapa waktu masyarakat sering melakukan ritual ziyaroh ke maqam para auliya.
Istilah wali sendiri juga ditemukan didalam al qur'an. Wali adalah mereka yang memiliki keimanan yang kuat kepada Allah. Mereka tidak pernah merasa takut kepada siapapun, dan tidak pula merasa sedih terhadap apa yang menimpa diri mereka dari berbagai takdir Allah.
Siapa mereka? Tidak ada yang tahu siapa mereka kecuali mereka yang juga seorang wali.

Rabu, 11 November 2015

Mahabbah

Mahabbah artinya mencintai secara mendalam atau cinta mendalam. Mahabbah adalah perasaan cinta mulia yang tumbuh dalam diri seseorang kepada Allah Tuhan Pencipta alam. Mahabbah adalah kondisi batiniah yang diharapkan setiap orang yang menapaki jalan wusul kepada Allah SWT.
Dalam terminologi tasawuf mahabbah adalah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihiNya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.
 Pada kenyataannya banyak orang yang sering mengatakan cinta/mahabbah baik kepada Allah maupun kepada rasulullah saw.  Namun perilaku keseharian mereka masih jauh dari apa yang digariskan Allah melalui syariat yang dibawa rasulullah saw. Oleh sebab itu mahabbah tidak hanya sebatas pengakuan lisan belaka, lebih dari itu mahabbah membutuhkan pembuktian. 
Menurut Harun Nasution setidaknya dalam mahabbah harus terdapat unsur - unsur berikut:
1. Memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan membenci sikap melawan Tuhan
2. Menyerahkan seluruh diri kepada kepada yang dikasihi
3. Mengosongkan hati dari segala - galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu Tuhan
Mahabbah menuntut adanya kepatuhan sang pecinta kepada Yang Dicintai (Allah) dan membenci sikap melawan Yang Dicintai. Orang yang jatuh cinta tidak mungkin akan menolak apa yang diminta orang yang dicintai. Mahabbah juaga menuntut penyerahan diri  sang pecinta kepada yang dicintai, mengosongkan hati mereka dari selain yang dicinta. i
 

Jumat, 06 November 2015

BANI ABBASIYAH




Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Bani Abbasiyah merupakan dinasti islam yang berdiri setelah dinasti Bni Umayah. Kekuasaan Bani Abbas berlangsung dalam retang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya yang berkembang pada waktu itu.
Berdasarkan peubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan umumnya membagi masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah ini menjadi lima periodde:
1.      Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengeruh Persia pertama.
2.      Periode Kedua (232H/847M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.      Periode Ketiga (334 H/945 M) – 447 H/1055 M), masa pemerintahan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga maasa pengaruh Persia kedua.
4.      Periode Keempat (447 H/1055 M) – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.      Periode Kelima (590 H/1194 M) – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, akan tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis para khalifah pada periode pertama ini betul tokoh – tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini berhasil dalam semua aspek kehidupan, ilmu pengetahuan berkembang secara pesat, peradaban semakin maju dan kota Baghdad menjadi pusat peradaban dunia saat itu.
Berdirinya Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari beberapa tokoh penting diantaranya adalah Abu Al Abbas As Saffah, khalifah pertama sekaligus pendiri bani Abbasiyah, Abu Ja’far Al Manshur dan Abu Muslim Al Khurasani. Mereka adalah para tokoh penting yang sangat berpengaruh dalam menggalang kekuatan untuk meruntuhkan kekuasaan Bani Umayah.
Pada awalnya isu yang diangkat oleh Bani Abbasiyah untuk menggulingkan kekuasaan Umayah adalah dengan menggunakan Bani Muthalib bukan Abbas. Isu ini berhasil memberikan simpatik kepada para penganut syiah dan mawali yang kala itu merupakan kelompok minoritas dan warga kelas dua dalam pemerintahan umayah. Bergabungnya beberapa kekuatan politik dan kelompok ini berhasil menggulingkan kekuasaan Umayah yang berdiri kurang lebih selama 90 tahun.
Masa pemerintahan Abu Abbas as Safah, pendiri daulah ini sangatt singkat yaitu berkisar antara tahun 750 M – 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari dinasti ini adalah Abu Ja’far al Manshur (754 – 775 M). Dia berjuang keras untuk menstabilkan kekuasaan Bani Abbas. Pada masa ini pula kelompok – kelompok yang melakukan gerakan oposisi sebagai bentuk penentangan terhadap berdirinya daulah baru ditumpas. Gerakan syi’ah, khawarij dan sisa – sisa kekuatan umayah berhasil dipadamkan.
Pada awalnya, ibu kota negara adalah Al Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al Manshur memindahkan pusat pemerintahan yang baru dibangunnya di Baghdad, dekat kota Persia,Ctesiphon, tahun762 M. Di ibu kota yang baru ini dia melakukan konsolidasi dan melakukan penataan dan penertiban tata pemerintahannya.
Di masa Al Makmun diangkatlah beberapa orang untuk menduduki jabatan dilembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat seorang wazir sebagai koordinator departemen. Wazir yang pertama diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibnu Abdurrahman sebagi hakim pada lembaga kehakiman negara. Pada masa ini pula jawatan pos yang sudah ada sejak masa pemerintahan daulah umayah ditingkatkan perannya dengan tambahan tugas. Kalua pada masa pemerintahan Umayah, jawatan pos hanya sekeddar mengantarkan surat, pada masa Al Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi didaerah – daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos harus melaporkan tingkah laku gubernur kepada pemerintah pusat (khalifah).
Selain melakukan pembenahan terhadap sistem administrasi dan kenegaraan, Al Manshur juga berusaha menaklukkan kembali daerah – daerah yang sebelumnya melepaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan didaerah perbatasan. Diantara usaha usaha itu adalah merebut benteng – benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Ciciliapada tahun 756 – 758 M. Ke utara , bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Pada masa pemerintahan Al Makmun ini pula kata khalifah mengalami perubahan pengertian. Dia berkata “Innama ana sulthanullahi fil ardli” ( sesungguhnya aku ini adalah penguasa Allah di bumi). Dengan demikian para khalifah bani abbasiyah generasi berikutnya menganggap bahwa jabatan khalifah bukan sekedar pilihan manusia, pelanjut dakwah nabi lebih dari itu  khalifah merupakan mandat langsung dari Allah.
Daulah Bani Abbasiyah mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar Rasyid (786- 809 M) dan puteranya Al Makmun (813- 833 M). Khalifah Harun Ar Rasyid banyak menggunakan harta kekayaannya untuk keperluan sosial. Pada masa pemerintahannya dibangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi. Setidaknya sudah ada sekitar 800 orang dokter kala itu. Disamping itu pemandian pemandian umum juga dibangun. Tingkat kesejahteraan dan kemakmuran tertinggi terwujud pada masa ini.
Khalifah – khalifah Bani Abbas juga dikenal sebagai khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al Makmun, pengganti Ar Rasyid melakukan penerjemahan buku – buku berbahasa asing kedalam bahasa arab. Untuk menerjemahkan buku – buku berbahasa Yunani beliau tidak segan – segan menggaji penganut agama kristen dan agama lain. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satuu karya yang monumental adalah pendirian Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan dan sekaligus perguruan tinggi.
Kemjauan Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari peran khalifah yang sangat sentral dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. Disamping itu hal ini juga dipengaruhi oleh dua faktor:
1.      Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa – bangsa lain yang dahulu mengalami perkembangan dlam bidang ilmu pengetahuan.
2.      Gerakan penerjemahan yang terjadi dalam tiga fase. Fase pertama adalah pada masa pemerintahan Al Manshur hingga Harun Ar Rasyid. Fase kedua adalah mulai khalifah Al Makmun hingga tahun 300 H. Fase ketiga adalah setelah tahun 300 H terutama setelah ditemukannya kertas.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara yang tak tertandingi oleh negara yang lain. Kemajuan islam tidak hanya terbatas pada bidang fisik dan kekuasaan semata, akan tetapi dalam seluruh aspek dan lini kehidupan. Banyak ilmuwan yang muncul pada masa ini. Buku- buku dikarang, sekolah – sekolah didirikan, rumah sakit dan fasilitas umum menjadi prioritas utama khalifah disamping dakwah dan perluasan wilayah.


Khalwat




Khalwat artinya menyepi atau bersemedi. Khalwat adalah salah satu kebiasaan penganut sufi dalam rangka membersihkan hati dan pikiran dari pengaruh – pengaruh keduniaan. Para penganut sufi mengasingkan diri agar mereka bisa focus dalam berkontemplasi dan beribadah pada Tuhan.
Kebiasaan berkhalwat sebenarnya sudah lama berkembang dalam tata kehidupan manusia, hanya saja istilah ini mulai popular seiring dengan berkembangnya tasawuf. Pada masyarakat jawa misalnya kebiasaan khalwat ini disebut dengan istilah semedi atau bertapa. Semedi atau bertapa ini biasanya dilakukan di gua – gua atau di gunung – gunung yang jauh dari keramaian agar mereka mendapatkan keheningan untuk bermeditasi. Kebiasaan ini dilakukan oleh para pertapa dan Begawan untuk mendapatkan kesaktian dan pencerahan.
Sebelum menerima wahyu pertama yang merupakan tanda diangkatnya rasulullah saw sebagai nabi dan rasul, rasulullah juga melakukan khalwat untuk bertahannus. Beliau menuju ke gua hira’ di atas jabal nur untuk bertahannus. Tahannus adalah meluangkan waktu untuk bermeditasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta. Puncak daru tahannus itu adalah bertemunya rasulullah saw dengan malaikat jibril yang membawa wahyu surat al ‘alaq ayat 1 – 5. Dengan turunnya surat ini resmilah rasulullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.
Demikian halnya dengan kehidupan para sufi. Para penganut sufi melakukan perjalanan dalam rangka menemukan kesejatian hidup di dunia. Mereka melakukan usaha dengan sungguh – sungguh agar terhindar dari pengaruh dunia yang profane dan penuh dengan kefanaan.
Pada dasarnya seorang sufi tidak harus melakukan khalwa “dalam arti menyendiri atau bersemedi” di gua – gua, atau ditempat – tempat yang jauh darui keramaian. Khalwat dapat dilakukan dengan cara mengosongkan hati dan pikiran dari pengaruh dunia dan mengisinya dengan dzikir kepada Allah. Inilah hakikat khalwat yang diinginkan oleh kaum sufi.
Akan tetapi bagi orang yang masih memulai dan sulit bagi mereka untuk menutup telinga, mata, pikiran, dan hati mereka dari pengaruh dunia, khalwat “menyepi” dibutuhkan dalam rangka melatih dan menumbuhkan khalwat yang sebenarnya. Hal ini diperlukan karena menata hati dan pikiran bukanlah hal yang mudah. Ketrampilan berkhalwat dalam keramaian dan ramai dalam kesepian memerlukan waktu yang tidak sebentar. Ketekunan, kesabaran atas segala godaan adalah kunci bagi terwujudnya kebiasaan khalwat yang sebenarnya.
Mudah – mudahan Allah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita, sehingga kita dapat mewujudkan sikap batin yang selalu bersama dengan Allah fii kulli haali wazamaan… amin ya mujibas sailin…
Wallahu a’lam bish shawab…..

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...