Tangis yang ada hubungannya kepada
Allah Swt adalah tangis yang banyak dilakukan oleh para auliyaillah, nabi,
mulai dari Nabi Adam As sampai Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagaimana keterangan dalam hadis
dari sahabat Ibn Mas’ud ra. Dia berkata : Rasulullah Saw bersabda : [1]
إِقْرَأْ عَلَيَّ
القُرْانَ. قُلْتُ :
يَا رَسُولَ
اللهِ أَأَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟
.قَالَ : إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي. فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ
سُورَةَ النِسَاءِ حَتَّى إِلَى هَذِهِ الاَيَةِ (فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ
كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا) قَالَ :
حَسْبُكَ الاَن. فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ
فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِقَانِ
Bacakanlah untuk-KU ayat al-Qur’an. Aku menjawab : Wahai Rasulullah, apakah
aku membacanya dihadapan Tuan,
sedangkan Qur’an diturunkan kepada-MU.
Rasulullah
Saw bersabda : Sungguh Aku senang
mendengarkannya selain dari-Ku.
Kemudian aku membacakan
untuk-Nya surat an-Nisa’, hingga ini
ayat
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ
وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا
(Bagaimanakah,
ketika Kami (Allah) mendatangkan bagi setiap ummat seorang saksi, dan Kami
datangkan Kamu (Muhammad) kepada mereka sebagai saksi bagi mereka).
Rasulullah Saw berkata : Cukupkan bacaanmu sampai
disitu saja. Kemudian aku menengok kepada-Nya, ternyata kedua mata Beliau
mengalirkan airmata.
Rasulullah Saw merupakan manusia yang paling sayang dan
kasih kepada ummatnya. Beliau Saw sering menangis, ketika ingat atau mengetahui
ummat-Nya berbuat durhaka.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلاَ قَوْلَ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيْمَ : رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِنَ
النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي. وَقَالَ عِيْسَى: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ
فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ العِزِيْزُ
الحَكِيْم. فَرَفَعَ يَدَ يْهِ. وَقَالَ: أُمَّتِي ...أُمَّتِي ...
وَبَكى فَقَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا جِبْرِيْلُ إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ
أَعْلَمُ فَسَلْهُ : مَا يَبْكِيْكَ ؟. فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَلاَمُ
فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا قَالَ وَهُوَ أَعْلَمُ ؟ فَقَالَ اللهُ :
يَا جِبْرْيلُ إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ.
فَقُلْ : إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي
أُمَّتِكَ وَلاَ نَسُؤُكَ
Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw membaca firman Allah
‘Azza wa Jalla tentang do’a Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya
berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barang
siapa yang mengikutiku, maka sungguh orang itu termasuk golonganku”. (dalam Qs. Ibrahim : 14). Dan Nabi Saw
(membaca firman Allah Swt tentang doa Nabi ‘Isa : Jika Engkau
(Allah) menyiksa, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuninya, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (dalam Qs, al-Maidah : 118).
Kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan
berkata: Ya, Allah, ummatku…… ummatku…ummatku……. Dan menangis. Maka Allah Azza
wa Jalla bersabda : Wahai Jibril pergilah kamu kepada Muhammad – sedangkan
Tuhanmu lebih Mengetahui – Bertanyalah kepadanya, apa yang membuatnya menangis
?.
Kemudian Jibril mendatangi Rasulullah Saw untuk
bertanya kepada Beliau. Dan Rasulullah memberitahu kepada Jibril tentang
sesuatu yang dikatakan kepada Tuhan - (Allah lebih mengetahui). Allah Ta’ala
berfirman : Wahai Jibril pergilah kamu kepada Muhammad, katakanlah kepadanya :
Sesungguhnya Kami (Allah) akan meridlaimu dalam urusan ummatmu dan Allah tidak
membuatmu sedih.
Benar-benar tinggi kepekaan jiwa yang
dimiliki oleh para nabi dan rasul terhadap kebesaran Allah Swt, serta tinggi
rasa takut kepada-Nya. Misalnya :
1.
Nabi Daud As, setelah sedikit saja terpeleset dalam kesalahan, sesegera
saja bertaubat, menangis dan sujud kepada Allah Swt untuk memohon ampunan
selama 40 hari, hingga tanah yang dijadikan tempat sujud dan menangis tumbuh
rumputnya. [3] Dan semua
sifat-sifat mulia tersebut patut untuk diteladani, bukan sekedar dimengerti.
2.
Kanjeng Nabi Adam As setelah
dikeluarkan dari surga, menangis selama seratus tahun, menyesali kekhilafannya,
bertaubat memohon ampunan kepada Allah Swt. Bahkan, sejak bumi ada dan sampai
kapanpun, nilai tangisan seluruh ahli bumi belum sebanding dengan nilai
tangisan Nabi Adam As. Diriwayatkan dari Buraidah, Rasulullah Saw bersabda : [4]
لَوْ أَنَّ بُكَاءَ دَاوُدَ وَبُكَاءَ جَمِيْعِ أَهْلِ الأرْضِ يُعْدَلُ
بِبُكَاءِ آدَمَ مَا عَدَلَهُ
Sesungguhnya
jika tangisan Nabi Daud dan tangisan seluruh ahli bumi dibandingkan dengan
tangisan Nabi Adam, maka belum membandinginya.
Demikian tinggi kepekaan jiwa suci Nabiyullah Adam As. Sebagai bapak jasmani
seluruh manusia, Beliau As sangat sedih, prihatin dan menangis, jika melihat
keturunannya berbuat durhaka kepada Allah Swt. Namun, sayang sekali, kita
sebagai keturunannya, alih-alih menangisi kedurhakaan diri, merasa malu kepada
Allah Swt saja tidak. Bahkan, terkadang hati kita merasa risih ketika mendengar
hamba Allah Swt yang sedang menangisi dosa-dosanya.
فَلَمَّا فتَحَ عَلَوْنَا السَمَاءَ الدُنْيَا فَإِذَا
رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِيْنِهِ أَسْوِدَةٌ وَعَلَى يَسَارِهِ أسْوِدَةٌ إِذَا
نَظَرَ قِبَلَ يَمِيْنِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى فَقَالَ :
مَرْحَبًا بِالنَبِيِّ الصَالِحِ والاِبْنِ الصَالِحِ, قُلْتُ لِجِبْرِيْلَ : مَنْ
هَذَا؟ قَالَ : هَذَا أَدمُ وَهَذِهِ الأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ
نَسَمُ بَنيْهِ, فَأَهْلُ اليَمِيْنِ مِنْهُمْ أَهْلُ الجَنَّةِ وَالأَسْوِدَةُ
التِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَارِ وَإِذَا نَظَرَعنْ يَمِيْنِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ
بَكَى
Ketika malaikat membuka (gerbang), kami naik
kelangit dunia. Ternyata ada seorang laki-laki sedang duduk. Disebelah kanan
dan kirinya terdapat sejumlah orang. Ketika lelaki itu menoleh ke arah kanan,
maka dia tertawa. Dan ketika menoleh kearah kiri, dia menangis. Kemudian lelaki
itu berkata : Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.
Aku (Rasulullah) bertanya kepada Jibril : Siapakah
orang ini ?.
Jibril menjawab : Orang ini adalah Adam As.
Sekelompok orang yang dikanan kirinya adalah jiwa anak keturunannya.
Orang-orang yang disebelah kanan adalah ahli surga. Sedangkan yang disebelah
kiri adalah penghuni neraka. Jika dia menoleh kearah kanan, maka dia tertawa.
Dan ketika menoleh sebelah kiri ia menangis.
Mari kita renungkan bersama !.
Kanjeng Nabi Adam As saja menangis bertahun-tahun meskipun hanya terperosok
kesalahan satu kali. Beliau As sangat sedih melihat keturunanannya yang banyak
berbuat dosa. Sangatlah dalam rasa malu dan takut kepada Allah Swt yang ada
dalam jiwa Nabi Adam. Serta keprihatinannya terhadap masa depan keturunannya
amatlah dalam. Hingga mudah airmatanya menetes. Dan bagaimana kwalitas jiwa
kita ?. Kita berbuat dosa tidak hanya satu, dua, tiga kali, melainkan
berpuluh-puluh, beratus, beribu-ribu kali bahkan tidak dapat dihitung. Namun
...., kita tidak merasa malu, sedih dan prihatin, apalagi menangis meratapi
dosa kemudian bertobat memohon maghfirah Allah Swt ?. Mari kita akui dengan
jujur, bahwa hati kita sangat keras, dan lagi membatu. Mari sekarang juga, kita
bertobat memohon ampunan kepada Allah Swt !.
Al-Fatihah x 1
Dijelaskan
dalam al-Qur’an, bahwa mudah meneteskan air mata ketika dibacakan ayat-ayat-Nya
merupakan tanda-tanda orang yang mendapatkan hidayah dari Allah Swt.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt :
وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا
اِذَا تُتْلىَ عَلَيْهِمْ اَيَاتُ الرَحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا.
Dan
diantara orang-orang yang telah Kami berikan petunjuk dan telah Kami pilih,
adalah apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah, maka
mereka menyungkurkan (wajahnya) dengan sujud dan menangis.(Qs. Maryam:
58).
إِنَّ الذِيْنَ أُوتُو العِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا
يُتْلَى عَلَيْهِمْ وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَخِرُّوْنَ
لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan (tentang ke-Agungan Allah Swt) sebelumnya,
ketika dibacakan (ayat-ayat Tuhan)
mereka menyungkurkan muka serta sujud. Dan mereka menyungkurkan muka sambil
menangis. Dan (tangisan itu) menambah khusyu’ mereka. (Qs. al-Isra : 107
& 109).
Demikian
kedalaman iman dan kepekaan jiwa serta keterharuan mereka yang telah mendalam
dalam pemahaman dan penghayatan terhadap ayat-ayat Allah Swt. Baru dibacakan
saja tentang ayat-ayat-Nya, mereka dapat mencucurkan airmata, apalagi jika
mereka sedikit terpeleset melakukan kesalahan.
Kemudian,
marilah kita bertanya kepada diri kita, dapatkah kita meneladani mereka, atau bahkan
berseberangan dengan akhlak dan kebiasaan mereka ?. Mari, melihat diri kita sendiri, bagaimana
ketika mendengar bacaan al-Qur’an, dapat menangiskah, atau bahkan tertawa, atau
tidak ambil pusing dan cuek-cuek saja. Dan semua itu kembali dan terpulang
kepada masing-masing kita.
E. Keuntungan Dapat
Menangis Karena Allah Swt
Dapat
menangis karena Allah Swt berfaedah tidak akan melihat dan tersentuh api neraka
diakhirat kelak.
Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik Ra,
Rasulullah Saw bersabda :
عَيْنَانِ لاَتَرَيَانِ النَارَ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ
خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَكْلأُ فِى سَبِيْلِ اللهِ
Dua jenis mata yang tidak akan menyentuh api neraka; mata
yang menangis sebab takut kepada Allah, dan mata yang karipan (semalaman tidak
tidur) didalam sabilillah.[6]
Hadis riwayat Thabrani dari Rabiah Ra, Rasulullah Saw
bersabda : [7]
رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي هُوَ فِي
النَّارِ فَجَاءَتْ دُمُوْعُهُ التِي بَكَى بِهَا فِي الدُنْيَا مِنْ
خَشْيَةِ اللهِ فَأَخرَجَتْهُ مِنَ النَارِ
Aku melihat seorang lelaki
dari ummat-Ku didalam neraka, kemudian datanglah air matanya yang ia pernah
menangis didunia karena takut kepada Allah, kemudian airmata itu
mengeluarkannya dari neraka.
Rintihan orang yang berdosa kepada
Allah Swt, dan tetesan air matanya, merupakan sesuatu yang paling dicintai
oleh-Nya. Seperti keterangan dalam hadis qudsi, Allah Swt bersabda kepada Nabi
Daud As. : [8]
يَادَوُدَ
أَنِيْنُ المُذْنِبِيْنَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ صُرَاخِ العَابِدِيْنَ
Wahai
Daud, rintihan orang-orang yang berdosa itu lebih Aku cintai daripada
nyaringnya suara orang-orang yang beribadah.
Hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah Saw
bersabda :
لَيْسَ شَيْئٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ تَعَالَى إِلاَّ مِنْ قُطْـَرَتيْنِ :
قُطْرَةُ دَمْعٍ مِنْ خَـشْيَةِ اللهِ, وَقُطْـرَةٌ دَمٍ تَهْـرِقُ فِي سَبِيْلِ
اللهِ
Tidak ada sesuatu yang lebih di cintai oleh Allah, kecuali percikan
percikannya airmata karena takut kepada Allah dan percikan darah yang tertumpah
dalam perang sabilillah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah
Saw bersabda : [9]
لاَ يَلِجُ النَارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ
حَتَّى يَعُودَ اللَبَنُ فِي الضَرْعِ
Tidak akan menginjak neraka seseorang yang menangis karena
takut kepada Allah, sehingga air susu kembali keteteknya.
Allah Swt sangat dekat dengan hati
hamba-Nya yang merintih karena-Nya. Orang yang menangis karena Allah Swt
dicintai para malaikat. Rasulullah Saw bersabda
:
قَالَ عَزَّ
وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ المُنْكَسِرَةِ قُلُوبِهِمْ مِنْ أَجْلِي.
وَنَزَلَ
مِيكَائِيلُ (اِلَى النَبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), فَقَالَ : وَأَنَا حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ
الدُنيَا ثَلاَثٌ : شَابٌ تَأئِبٌ, وَقَلْبٌ خَاشِعٌ, وَعَيْنٌ بَاكِيَةٌ
Malaikat Mikail datang kepada Nabi Muhammad Saw, seraya
berkata : Tiga perkara dunia yang sangat aku cintai; remaja yang bertaubat,
hati yang khusyu’ dan mata yang menangis.[11]
Mudah-mudahan kita dikaruniai oleh
Allah Swt hati yang lunak, yang peka terhadap kesalahan diri, sehingga kita
cepat merasa dan mengakui semua dosa-dosa kita, kemudian tergores dalam hati
kita untuk menangis bersujud tersungkur memohon ampunan dari Allah Swt. Amiin.
F. Ancaman
Bagi Yang Tidak menangis.
Menangis
karena Allah Swt merupakan akhlak yang mulia disisi Allah Swt wa Rasulihi Saw,
dan harus menjadi akhlak setiap orang yang beriman. Tidak dapat menangis
karena-Nya merupakan akhlak yang kurang terpuji. Dan ketika bermujahadah belum
dapat menangis karena-Nya, sebaiknya terus berusaha untuk menangis (belajar
menangis).
Orang
yang tidak dapat menangis karena dosanya, sangat terkecam dan tidak bisa
memperoleh fadhal dari Allah Swt. Firman Allah Swt, Qs. an_Najm : 59 - 62 :
أفَمِنْ هَذَا الحَدِيْثِ تَعْجَبُوْنَ. وَتضْحَكُوْنَ
وَلاَ تَبْكُوْنَ. وَأَنْتُمْ سَامِدُوْنَ. فَاسْجُدُواللهِ وَاعْبُدُوا.
Apakah kamu merasa heran
terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakannya dan tidak menangis.
Sedangkan kamu melengahkan (dosa-dosamu)?.
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
Dalam HR. Abu Nuaim al-Ishfahani dari
Abdullah Ibn Abbas, Rasulullah Saw :
مَنْ أَذْنَبَ وَهُوَ يَضْحَكُ دَخَلَ النَارَ وَهُوَ
يَبْكِى.
Barang siapa berbuat dosa dan kemudian tertawa, maka dia
masuk neraka sambil menangis.
إِنَّ أَهْلَ النَارِ لَيَبْكُونَ حَتَّى لَوْ أُجْرِيَتْ
السَفَنُ فِي دُمُوعِهِمْ جَرَتْ, وَإِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ الدَمَ.
Sesungguhnya ahli neraka pasti senantiasa menangis.
Sekiranya perahu dijalakan diatas airmata mereka, niscaya dapat berjalan.
Sesungguhnya mereka menangis dengan darah.
Jika disesuaikan dengan keterangan
beberapa hadis dan al-Qur’an diatas, ternyata kita masih tergolong ahli neraka.
Al-Fatihah ....
G.
Sebagian Mereka Yang Menangis
Karena Allah Swt.
b.
Nabi Dawud As, sujud diatas tanah
dengan menangis selama 40 hari. Sehingga tanah yang jadikan tempat sujud tumbuh
rumput karena basah dengan air mata.[14]
d.
Istri Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz
(Fathimah Bt Abdul Malik) menceritakan bahwa Sang Khalifah setiap malam masuk
masjid dan menangis.[16]
f.
Ketika turun ayat : 1 – 10 surat
al-Hujurat, para sahabat Rasulullah Saw menangis karena takut kalau-kalau arti
ayat tersebut diturunkan karena kesalahan akhlak mereka kepada Rasulullah Saw.[18]
Sahabat Zaid Ibn Tsabit (sekretaris
pribadi dan penulis wahyu Nabi Saw) menangis dengan sekeras-kerasnya
dipersimpangan jalan yang banyak dilalui oleh para pemakai jalan. Dan baru
berhenti ketika salah seorang sahabat,
memberi tahu bahwa ayat tersebut tidak turun karena mereka.[19]
g.
Para istri Nabi Muhamad Saw, juga
menangis ketika turun ayat yang memberi peringatan kepada para istri Nabi Saw.
Siti
Aisyah Ra menangis tiga hari tiga malam ketika turun ayat yang isinya memberi
peringatan kepada para istri Rasulullah Saw. Ia merasa bahwa dirinya sebagai
penyebab kemurkaan Allah Swt kepada semua wanita. [20]
h.
Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef
Muallif Shalawat Wahidiyah QS wa RA. sering menangis ketika Beliau Qs wa Ra
membaca al-Qur’an yang menerangkan tentang kedurhakaan manusia atau ayat-ayat neraka.
i.
Dan masih banyak lagi hikayah
tangis dari para kekasih Allah Swt.
Agar kita tidak menjadi manusia
yang hanya berilmu tapi tidak beramal, mari bersama-sama menyadari bahwa diri
kita ini sebagai makhluk yang lemah tapi sombong, makhluk berdosa tapi tidak
merasa merasa berdosa, bahkan merasa bangga. Apakah kita menyadarinya setelah
ruh dalam kerongkongan saat menjelang kematian. Mari kita berbisik kepada Allah
Swt tentang diri kita :
Yaa Allah….. aku hamba-Mu yang tak tahu diri, yang lemah
tapi sombong serta angkuh, yang penuh dosa tapi tidak menyadari……. . Ampunilah
aku ……. ampunilah bapak ibuku, keluargaku, dan seluruh orang yang berjasa
kepadaku …… .Janganlah… aku, ibu bapakku, keluargaku, serta orang yang berjasa
kepadaku ada dalam neraka-Mu. Jadikanlah aku menjadi hamba-Mu yang shalih.
Al-Fatihah x 1
[1]. HR. Bukhari dan
Muslim. Lihat kitab Dalil Falihin,
juz II, dalam bab “fadlul buka”, hadis nomer : 01. Dan kitab Syama-il
al-Muhammadiyah-nya Imam Tirmidzi, bab 44, tentang “Buka-un Nabi Saw”, hadis nomer : 306. dalam Sunan Abu Daud, bab “shalat”.
[2] Hadits riwayat Imam
Muslim, dalam Shahih Muslim juz II, kitab iman.
[3]. Kitab al-Ghunyah-nya
Syeh Abdul Qadir al-Jailani juz I dalam bab al-Itti’adz bi Mawa’idz al-Qur’an
pada pasal ke 14
[4]. HR. Ibnu ‘Asaakir. Kitab
Jami’ as-Shaghir juz II dalam bab “lam”. Imam Syuthi menjelaskan hadis
ini berderajat hasan.
[5]. Hadis riwayat
Abu Daud, An-Nasa’i, Tirmidzi dan Ibn
Majah.
Sabda ini disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw
sepulang dari perjalanan isra’ dan mi’raj. Lihat buku Syarah Hadis Qudsi,
(terjemah kitab al-Ahaadits al-Qudsiyah, oleh ‘Team Daar al-Bazz’
Makkah, penerbit Pustaka Azzam, Jakarta, cetakan pertama Juni tahun 2003 nomer
hadis : 115.
[6]. Hadis riwayat Imam Thabrani. Imam Suyuthi mengatakan
hadis ini shahih. Hadis shahih yang sepadan juga diriwayatkan oleh Imam
Abu Ya’la dan Imam ad-Dliya’ dengan permulaan redaksi : عَيْنَانِ لاَتَمَسُّهُمَا النَّارُ
أَبَدًا : “Dua jenis mata yang selamanya tidak
tersentuh neraka” .
Imam Tirmidzi juga meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dengan redaksi :
عَيْنَانِ
لاَتُصيْبهُمَا النَارَ : عَيْنٌ بَكَتْ فِي جَوْفِ اللَيْلِ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ
فِى سَبِيْلِ اللهِ
Dua jenis mata yang tidak tertimpa
neraka : mata yang menangis ditengah malam karena takut kepada Allah, dan mata
yang karipan (semalaman tidak tidur) dalam sabilillah.
Kitab Jami’ as-Shagir-nya al-Ghauts fii Zamanihi Imam Jalaluddin
as-Suyuthi Ra, dalam juz II pada bab “ain”.
[7]. Hadis riwayat Thabrani
dalam kitabnya al-Kabiir.
[8]. Kitab Tanwir
al-Quluub, bab “taubat”
[9]. Hadis hasan shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Lihat kitab Riyaadl ad-Shalihin-Nya
Imam Nawawi, dalam pasal “keutamaan menangis” nomer hadis : 03.
[10]. Kitab Tanwir
al-Quluub, bab “taubat”
[10]. Kitab Kasyful Khifa’, nh : 614.
[11]. Ibid, Kasyful
Khifa’, nh : 1087.
[12]. HR. Imam al-Haakim
dalam kitab Jami’ as-Shagir fii Ahaadiits al-Basyiir an-Nadziir-nya Imam
Jalaaluudin as-Suyuuthi, dalam bab “alif”. Dia menyatakannya sebagai hadis
“shahih”.
[13]. Kitab Minhaj
al-Abidin-nya Imam al-Ghazali dalam ‘aqabah II – pada bahasan ‘aqabah
taubah, pasal ‘aqabah shu’bah.
[14]. Kitab Siraj
at-Thalibin : I / 176
[15]. Kitab
Manhal al-Latiief fii Ushul al-Hadits as-Syarif-nya Muhammad Alwi al-Maliki
al-Hasani, dalam bab kisah Abdullah Ibn Umar Ra.
[16] Kitab Thabaqat
al-kubro : I / 33.
[17]. Buku Pribadi
Rasulullah Saw (terjemah kitab Syama’il al-Muhammadiyah nya Imam
Tirmidzi), bagian “Sekilas riwayat hidup Imam Tirmidzi”.
[18]. Kitab tafsir Hasyiyah
as-Shawi.
[19]. Lihat kitab tafsir Shawi
dalam surat al-Hujuraat.
[20]. Lihat buku Sufisme dan Akal (tulisan Dr. Abdullah
As-Syarqawi) penerbit “Pustaka Hidayah” Bandung, dalam penjelasan akhlak batin
para istri Rasulullah Saw.
Komentar
Posting Komentar