Senin, 11 April 2016

Menangis Sebagai Akhlak Rasulullah Saw.

 

Tangis yang ada hubungannya kepada Allah Swt adalah tangis yang banyak dilakukan oleh para auliyaillah, nabi, mulai dari Nabi Adam As sampai Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagaimana keterangan dalam hadis dari sahabat Ibn Mas’ud ra. Dia berkata : Rasulullah Saw bersabda   : [1]
إِقْرَأْ عَلَيَّ القُرْانَ. قُلْتُ :  يَا رَسُولَ اللهِ أَأَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ .قَالَ : إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي. فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِسَاءِ حَتَّى إِلَى هَذِهِ الاَيَةِ (فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا) قَالَ : حَسْبُكَ الاَن.  فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِقَانِ
Bacakanlah untuk-KU ayat al-Qur’an. Aku menjawab : Wahai Rasulullah,  apakah  aku  membacanya dihadapan Tuan, sedangkan Qur’an diturunkan kepada-MU.
Rasulullah Saw bersabda  : Sungguh Aku senang mendengarkannya selain dari-Ku.
Kemudian  aku  membacakan  untuk-Nya  surat an-Nisa’, hingga ini ayat
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا
(Bagaimanakah, ketika Kami (Allah) mendatangkan bagi setiap ummat seorang saksi, dan Kami datangkan Kamu (Muhammad) kepada mereka sebagai saksi bagi mereka).
Rasulullah Saw berkata : Cukupkan bacaanmu sampai disitu saja. Kemudian aku menengok kepada-Nya, ternyata kedua mata Beliau mengalirkan airmata.
Rasulullah Saw merupakan manusia yang paling sayang dan kasih kepada ummatnya. Beliau Saw sering menangis, ketika ingat atau mengetahui ummat-Nya berbuat durhaka.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al-Ash ra, Rasulullah Saw bersabda  : [2]
          أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلاَ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيْمَ : رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي. وَقَالَ عِيْسَى: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ العِزِيْزُ الحَكِيْم. فَرَفَعَ يَدَ يْهِ. وَقَالَ: أُمَّتِي ...أُمَّتِي ... وَبَكى  فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا جِبْرِيْلُ إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ : مَا يَبْكِيْكَ ؟.  فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَلاَمُ فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  بِمَا قَالَ وَهُوَ أَعْلَمُ ؟ فَقَالَ اللهُ : يَا جِبْرْيلُ إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ.  فَقُلْ  : إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلاَ نَسُؤُكَ
Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla tentang do’a Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sungguh orang itu termasuk golonganku”. (dalam Qs. Ibrahim : 14). Dan Nabi Saw (membaca firman Allah Swt tentang doa Nabi ‘Isa : Jika Engkau (Allah) menyiksa, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuninya, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (dalam Qs, al-Maidah : 118).
Kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berkata: Ya, Allah, ummatku…… ummatku…ummatku……. Dan menangis. Maka Allah Azza wa Jalla bersabda : Wahai Jibril pergilah kamu kepada Muhammad – sedangkan Tuhanmu lebih Mengetahui – Bertanyalah kepadanya, apa yang membuatnya menangis ?.
Kemudian Jibril mendatangi Rasulullah Saw untuk bertanya kepada Beliau. Dan Rasulullah memberitahu kepada Jibril tentang sesuatu yang dikatakan kepada Tuhan - (Allah lebih mengetahui). Allah Ta’ala berfirman : Wahai Jibril pergilah kamu kepada Muhammad, katakanlah kepadanya : Sesungguhnya Kami (Allah) akan meridlaimu dalam urusan ummatmu dan Allah tidak membuatmu sedih.
Benar-benar tinggi kepekaan jiwa yang dimiliki oleh para nabi dan rasul terhadap kebesaran Allah Swt, serta tinggi rasa takut kepada-Nya. Misalnya  :
1.     Nabi Daud As, setelah sedikit saja terpeleset dalam kesalahan, sesegera saja bertaubat, menangis dan sujud kepada Allah Swt untuk memohon ampunan selama 40 hari, hingga tanah yang dijadikan tempat sujud dan menangis tumbuh rumputnya. [3] Dan semua sifat-sifat mulia tersebut patut untuk diteladani, bukan sekedar dimengerti.
2.     Kanjeng Nabi Adam As setelah dikeluarkan dari surga, menangis selama seratus tahun, menyesali kekhilafannya, bertaubat memohon ampunan kepada Allah Swt. Bahkan, sejak bumi ada dan sampai kapanpun, nilai tangisan seluruh ahli bumi belum sebanding dengan nilai tangisan Nabi Adam As. Diriwayatkan dari Buraidah, Rasulullah Saw bersabda : [4]
          لَوْ أَنَّ بُكَاءَ دَاوُدَ وَبُكَاءَ جَمِيْعِ أَهْلِ الأرْضِ يُعْدَلُ بِبُكَاءِ آدَمَ مَا عَدَلَهُ
            Sesungguhnya jika tangisan Nabi Daud dan tangisan seluruh ahli bumi dibandingkan dengan tangisan Nabi Adam, maka belum membandinginya.
Demikian tinggi kepekaan jiwa suci Nabiyullah Adam As. Sebagai bapak jasmani seluruh manusia, Beliau As sangat sedih, prihatin dan menangis, jika melihat keturunannya berbuat durhaka kepada Allah Swt. Namun, sayang sekali, kita sebagai keturunannya, alih-alih menangisi kedurhakaan diri, merasa malu kepada Allah Swt saja tidak. Bahkan, terkadang hati kita merasa risih ketika mendengar hamba Allah Swt yang sedang menangisi dosa-dosanya.
Hadis riwayat Imam Bukhari  dari Anas Ibn Malik, Rasulullah Saw bersabda  : [5]
          فَلَمَّا فتَحَ عَلَوْنَا السَمَاءَ الدُنْيَا فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِيْنِهِ أَسْوِدَةٌ وَعَلَى يَسَارِهِ أسْوِدَةٌ إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِيْنِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى فَقَالَ : مَرْحَبًا بِالنَبِيِّ الصَالِحِ والاِبْنِ الصَالِحِ, قُلْتُ لِجِبْرِيْلَ : مَنْ هَذَا؟ قَالَ : هَذَا أَدمُ وَهَذِهِ الأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنيْهِ, فَأَهْلُ اليَمِيْنِ مِنْهُمْ أَهْلُ الجَنَّةِ وَالأَسْوِدَةُ التِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَارِ وَإِذَا نَظَرَعنْ يَمِيْنِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى
Ketika malaikat membuka (gerbang), kami naik kelangit dunia. Ternyata ada seorang laki-laki sedang duduk. Disebelah kanan dan kirinya terdapat sejumlah orang. Ketika lelaki itu menoleh ke arah kanan, maka dia tertawa. Dan ketika menoleh kearah kiri, dia menangis. Kemudian lelaki itu berkata : Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.
Aku (Rasulullah) bertanya kepada Jibril : Siapakah orang ini ?.
Jibril menjawab : Orang ini adalah Adam As. Sekelompok orang yang dikanan kirinya adalah jiwa anak keturunannya. Orang-orang yang disebelah kanan adalah ahli surga. Sedangkan yang disebelah kiri adalah penghuni neraka. Jika dia menoleh kearah kanan, maka dia tertawa. Dan ketika menoleh sebelah kiri ia menangis.
Mari kita renungkan bersama !. Kanjeng Nabi Adam As saja menangis bertahun-tahun meskipun hanya terperosok kesalahan satu kali. Beliau As sangat sedih melihat keturunanannya yang banyak berbuat dosa. Sangatlah dalam rasa malu dan takut kepada Allah Swt yang ada dalam jiwa Nabi Adam. Serta keprihatinannya terhadap masa depan keturunannya amatlah dalam. Hingga mudah airmatanya menetes. Dan bagaimana kwalitas jiwa kita ?. Kita berbuat dosa tidak hanya satu, dua, tiga kali, melainkan berpuluh-puluh, beratus, beribu-ribu kali bahkan tidak dapat dihitung. Namun ...., kita tidak merasa malu, sedih dan prihatin, apalagi menangis meratapi dosa kemudian bertobat memohon maghfirah Allah Swt ?. Mari kita akui dengan jujur, bahwa hati kita sangat keras, dan lagi membatu. Mari sekarang juga, kita bertobat memohon ampunan kepada Allah Swt !.
Al-Fatihah                                         x 1
          Dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa mudah meneteskan air mata ketika dibacakan ayat-ayat-Nya merupakan tanda-tanda orang yang mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt :
وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا اِذَا تُتْلىَ عَلَيْهِمْ اَيَاتُ الرَحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا.
          Dan diantara orang-orang yang telah Kami berikan petunjuk dan telah Kami pilih, adalah apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkurkan (wajahnya) dengan sujud dan menangis.(Qs. Maryam: 58).
إِنَّ الذِيْنَ أُوتُو العِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَخِرُّوْنَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
            Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan (tentang ke-Agungan Allah Swt) sebelumnya, ketika dibacakan  (ayat-ayat Tuhan) mereka menyungkurkan muka serta sujud. Dan mereka menyungkurkan muka sambil menangis. Dan (tangisan itu) menambah khusyu’ mereka. (Qs. al-Isra : 107 & 109).
          Demikian kedalaman iman dan kepekaan jiwa serta keterharuan mereka yang telah mendalam dalam pemahaman dan penghayatan terhadap ayat-ayat Allah Swt. Baru dibacakan saja tentang ayat-ayat-Nya, mereka dapat mencucurkan airmata, apalagi jika mereka sedikit terpeleset melakukan kesalahan.
          Kemudian, marilah kita bertanya kepada diri kita, dapatkah kita meneladani mereka, atau bahkan berseberangan dengan akhlak dan kebiasaan mereka ?.  Mari, melihat diri kita sendiri, bagaimana ketika mendengar bacaan al-Qur’an, dapat menangiskah, atau bahkan tertawa, atau tidak ambil pusing dan cuek-cuek saja. Dan semua itu kembali dan terpulang kepada masing-masing kita.
E.      Keuntungan Dapat Menangis Karena Allah Swt
          Dapat menangis karena Allah Swt berfaedah tidak akan melihat dan tersentuh api neraka diakhirat kelak. 
Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik Ra, Rasulullah Saw bersabda :
عَيْنَانِ لاَتَرَيَانِ النَارَ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَكْلأُ فِى سَبِيْلِ اللهِ
Dua jenis mata yang tidak akan menyentuh api neraka; mata yang menangis sebab takut kepada Allah, dan mata yang karipan (semalaman tidak tidur) didalam sabilillah.[6]
Hadis riwayat Thabrani dari Rabiah Ra, Rasulullah Saw bersabda  : [7]
رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي هُوَ فِي النَّارِ فَجَاءَتْ دُمُوْعُهُ التِي بَكَى بِهَا فِي  الدُنْيَا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ فَأَخرَجَتْهُ مِنَ النَارِ
Aku melihat seorang lelaki dari ummat-Ku didalam neraka, kemudian datanglah air matanya yang ia pernah menangis didunia karena takut kepada Allah, kemudian airmata itu mengeluarkannya dari neraka.
Rintihan orang yang berdosa kepada Allah Swt, dan tetesan air matanya, merupakan sesuatu yang paling dicintai oleh-Nya. Seperti keterangan dalam hadis qudsi, Allah Swt bersabda kepada Nabi Daud As.  : [8]
   يَادَوُدَ أَنِيْنُ المُذْنِبِيْنَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ صُرَاخِ العَابِدِيْنَ
      Wahai Daud, rintihan orang-orang yang berdosa itu lebih Aku cintai daripada nyaringnya suara orang-orang yang beribadah.
Hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda  :
لَيْسَ شَيْئٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ تَعَالَى إِلاَّ مِنْ قُطْـَرَتيْنِ : قُطْرَةُ دَمْعٍ مِنْ خَـشْيَةِ اللهِ, وَقُطْـرَةٌ دَمٍ تَهْـرِقُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
Tidak ada sesuatu yang lebih di cintai oleh Allah, kecuali percikan percikannya airmata karena takut kepada Allah dan percikan darah yang tertumpah dalam perang sabilillah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda  : [9]
لاَ يَلِجُ النَارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُودَ اللَبَنُ فِي الضَرْعِ
Tidak akan menginjak neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali keteteknya.
          Allah Swt sangat dekat dengan hati hamba-Nya yang merintih karena-Nya. Orang yang menangis karena Allah Swt dicintai para malaikat. Rasulullah Saw bersabda  :
          قَالَ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ المُنْكَسِرَةِ قُلُوبِهِمْ مِنْ أَجْلِي.
                Allah ‘Azza wa Jalla bersabda : AKU disisi hati mereka yang merintih kerena AKU.[10]
وَنَزَلَ مِيكَائِيلُ (اِلَى النَبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),  فَقَالَ : وَأَنَا حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُنيَا ثَلاَثٌ : شَابٌ تَأئِبٌ, وَقَلْبٌ خَاشِعٌ, وَعَيْنٌ بَاكِيَةٌ
Malaikat Mikail datang kepada Nabi Muhammad Saw, seraya berkata : Tiga perkara dunia yang sangat aku cintai; remaja yang bertaubat, hati yang khusyu’ dan mata yang menangis.[11]
Mudah-mudahan kita dikaruniai oleh Allah Swt hati yang lunak, yang peka terhadap kesalahan diri, sehingga kita cepat merasa dan mengakui semua dosa-dosa kita, kemudian tergores dalam hati kita untuk menangis bersujud tersungkur memohon ampunan dari Allah Swt. Amiin.
F.      Ancaman Bagi Yang Tidak menangis.
          Menangis karena Allah Swt merupakan akhlak yang mulia disisi Allah Swt wa Rasulihi Saw, dan harus menjadi akhlak setiap orang yang beriman. Tidak dapat menangis karena-Nya merupakan akhlak yang kurang terpuji. Dan ketika bermujahadah belum dapat menangis karena-Nya, sebaiknya terus berusaha untuk menangis (belajar menangis).
          Orang yang tidak dapat menangis karena dosanya, sangat terkecam dan tidak bisa memperoleh fadhal dari Allah Swt. Firman Allah Swt, Qs. an_Najm : 59 - 62 :
أفَمِنْ هَذَا الحَدِيْثِ تَعْجَبُوْنَ. وَتضْحَكُوْنَ وَلاَ تَبْكُوْنَ. وَأَنْتُمْ سَامِدُوْنَ. فَاسْجُدُواللهِ وَاعْبُدُوا.
Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakannya dan tidak menangis. Sedangkan kamu melengahkan (dosa-dosamu)?.  Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
Dalam HR. Abu Nuaim al-Ishfahani dari Abdullah Ibn Abbas, Rasulullah Saw  :
مَنْ أَذْنَبَ وَهُوَ يَضْحَكُ دَخَلَ النَارَ وَهُوَ يَبْكِى.
Barang siapa berbuat dosa dan kemudian tertawa, maka dia masuk neraka sambil menangis.
Diriwayatkan dari Abu Musa Ra, Rasulullah Saw bersabda :[12]
إِنَّ أَهْلَ النَارِ لَيَبْكُونَ حَتَّى لَوْ أُجْرِيَتْ السَفَنُ فِي دُمُوعِهِمْ جَرَتْ, وَإِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ الدَمَ.
Sesungguhnya ahli neraka pasti senantiasa menangis. Sekiranya perahu dijalakan diatas airmata mereka, niscaya dapat berjalan. Sesungguhnya mereka menangis dengan darah.
Jika disesuaikan dengan keterangan beberapa hadis dan al-Qur’an diatas, ternyata kita masih tergolong ahli neraka.   Al-Fatihah ....      
G.               Sebagian Mereka Yang Menangis Karena Allah Swt.
a.            Nabi Adam As menangis bertahun-tahun, setelah khilaf (memakan buah khuldi).[13]
b.            Nabi Dawud As, sujud diatas tanah dengan menangis selama 40 hari. Sehingga tanah yang jadikan tempat sujud tumbuh rumput karena basah dengan air mata.[14]
c.             Sahabat Abdullah Ibn Umar, menangis ketika ingat (dzikir) kepada Rasulullah Muhammad Saw.[15]
d.            Istri Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz (Fathimah Bt Abdul Malik) menceritakan bahwa Sang Khalifah setiap malam masuk masjid dan menangis.[16]
e.             Imam Tirmidzi menangis setiap malam hingga akhir hayatnya.[17]
f.              Ketika turun ayat : 1 – 10 surat al-Hujurat, para sahabat Rasulullah Saw menangis karena takut kalau-kalau arti ayat tersebut diturunkan karena kesalahan akhlak mereka kepada Rasulullah Saw.[18]
Sahabat Zaid Ibn Tsabit (sekretaris pribadi dan penulis wahyu Nabi Saw) menangis dengan sekeras-kerasnya dipersimpangan jalan yang banyak dilalui oleh para pemakai jalan. Dan baru berhenti ketika salah seorang sahabat,  memberi tahu bahwa ayat tersebut tidak turun karena mereka.[19]
g.            Para istri Nabi Muhamad Saw, juga menangis ketika turun ayat yang memberi peringatan kepada para istri Nabi Saw.
              Siti Aisyah Ra menangis tiga hari tiga malam ketika turun ayat yang isinya memberi peringatan kepada para istri Rasulullah Saw. Ia merasa bahwa dirinya sebagai penyebab kemurkaan Allah Swt kepada semua wanita. [20]
h.            Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef Muallif Shalawat Wahidiyah QS wa RA. sering menangis ketika Beliau Qs wa Ra membaca al-Qur’an yang menerangkan tentang kedurhakaan manusia atau ayat-ayat neraka.
i.              Dan masih banyak lagi hikayah tangis dari para kekasih Allah Swt.
Agar kita tidak menjadi manusia yang hanya berilmu tapi tidak beramal, mari bersama-sama menyadari bahwa diri kita ini sebagai makhluk yang lemah tapi sombong, makhluk berdosa tapi tidak merasa merasa berdosa, bahkan merasa bangga. Apakah kita menyadarinya setelah ruh dalam kerongkongan saat menjelang kematian. Mari kita berbisik kepada Allah Swt tentang diri kita :
Yaa Allah….. aku hamba-Mu yang tak tahu diri, yang lemah tapi sombong serta angkuh, yang penuh dosa tapi tidak menyadari……. . Ampunilah aku ……. ampunilah bapak ibuku, keluargaku, dan seluruh orang yang berjasa kepadaku …… .Janganlah… aku, ibu bapakku, keluargaku, serta orang yang berjasa kepadaku ada dalam neraka-Mu. Jadikanlah aku menjadi hamba-Mu yang shalih.
Al-Fatihah                                                            x  1



[1].    HR. Bukhari dan Muslim. Lihat kitab  Dalil Falihin, juz II, dalam bab “fadlul buka”, hadis nomer : 01. Dan kitab Syama-il al-Muhammadiyah-nya Imam Tirmidzi, bab 44, tentang “Buka-un Nabi Saw”,  hadis nomer : 306.  dalam Sunan Abu Daud, bab  “shalat”.
[2]     Hadits riwayat Imam Muslim, dalam Shahih Muslim  juz II, kitab iman.  
[3].    Kitab al-Ghunyah-nya Syeh Abdul Qadir al-Jailani juz I dalam bab al-Itti’adz bi Mawa’idz al-Qur’an pada pasal ke 14
[4].    HR. Ibnu ‘Asaakir. Kitab Jami’ as-Shaghir juz II dalam bab “lam”. Imam Syuthi menjelaskan hadis ini berderajat hasan.
[5].    Hadis riwayat Abu Daud,  An-Nasa’i, Tirmidzi dan Ibn Majah.
Sabda ini disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw sepulang dari perjalanan isra’ dan mi’raj. Lihat buku Syarah Hadis Qudsi, (terjemah kitab al-Ahaadits al-Qudsiyah, oleh ‘Team Daar al-Bazz’ Makkah, penerbit Pustaka Azzam, Jakarta, cetakan pertama Juni tahun 2003 nomer hadis : 115.
[6].     Hadis riwayat Imam Thabrani. Imam Suyuthi mengatakan hadis ini shahih. Hadis shahih yang sepadan juga diriwayatkan oleh Imam Abu Ya’la dan Imam ad-Dliya’ dengan permulaan redaksi : عَيْنَانِ لاَتَمَسُّهُمَا النَّارُ أَبَدًا : “Dua jenis mata yang selamanya tidak tersentuh neraka” .
Imam Tirmidzi juga meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dengan redaksi :
عَيْنَانِ لاَتُصيْبهُمَا النَارَ : عَيْنٌ بَكَتْ فِي جَوْفِ اللَيْلِ  مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيْلِ اللهِ
Dua jenis mata yang tidak tertimpa neraka : mata yang menangis ditengah malam karena takut kepada Allah, dan mata yang karipan (semalaman tidak tidur) dalam sabilillah.
Kitab Jami’ as-Shagir-nya al-Ghauts fii Zamanihi Imam Jalaluddin as-Suyuthi Ra, dalam juz II pada bab “ain”.
[7].     Hadis riwayat Thabrani dalam kitabnya al-Kabiir.
[8].     Kitab Tanwir al-Quluub,  bab “taubat”
[9].     Hadis hasan shahih yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Lihat kitab Riyaadl ad-Shalihin-Nya Imam Nawawi, dalam pasal “keutamaan menangis” nomer hadis : 03.
[10].    Kitab Tanwir al-Quluub,  bab “taubat”
[10].    Kitab Kasyful Khifa’, nh : 614.
[11].    Ibid, Kasyful Khifa’, nh : 1087.
[12].    HR. Imam al-Haakim dalam kitab Jami’ as-Shagir fii Ahaadiits al-Basyiir an-Nadziir-nya Imam Jalaaluudin as-Suyuuthi, dalam bab “alif”. Dia menyatakannya sebagai hadis “shahih”.
[13].   Kitab Minhaj al-Abidin-nya Imam al-Ghazali dalam ‘aqabah II – pada bahasan ‘aqabah taubah, pasal ‘aqabah shu’bah.
[14].   Kitab Siraj at-Thalibin : I / 176
[15].      Kitab Manhal al-Latiief fii Ushul al-Hadits as-Syarif-nya Muhammad Alwi al-Maliki al-Hasani, dalam bab kisah Abdullah Ibn Umar Ra.
[16]    Kitab Thabaqat al-kubro : I / 33.
[17].   Buku Pribadi Rasulullah Saw (terjemah kitab Syama’il al-Muhammadiyah nya Imam Tirmidzi), bagian “Sekilas riwayat hidup Imam Tirmidzi”.
[18].   Kitab tafsir Hasyiyah as-Shawi.
[19].   Lihat kitab tafsir Shawi dalam surat al-Hujuraat.
[20].   Lihat buku  Sufisme dan Akal (tulisan Dr. Abdullah As-Syarqawi) penerbit “Pustaka Hidayah” Bandung, dalam penjelasan akhlak batin para istri Rasulullah Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar