Rangkaian Acara Dalam Pengamalan Shalawat Wahidiyah





Dalam rangkaian kegiatan wahidiyah ada mujahadah yaumiyah, mujahadah usbuiyah, mujahadah syahriyah, mujahadah rubu’us sanah, mujahadah nishfu sanah dan puncaknya mujahadah kubro di bumi lahirnya shalawat wahidiyah. Mujahadah yaumiyah adalah mujahadah yang dilaksanakan oleh seluruh pengamal shalawat wahidiyah yang sifatnya personal. Dilaksanakan oleh setiap pengamal minimal sekali setiap hari dengan aurat mujahadah bilangan 7, 17.
Mujahadah usbuiyah adalah acara mujahadah yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu. Mujahadah ini dilaksanakan oleh pengamal wahidiyah secara berjamaah yang dilaksanakan oleh pengamal di satu desa. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan secara bergilir dari rumah kerumah untuk semakin meningkatkan rasa ukhuwah dan menjalin tali silaturahmi antar pengamal.
Berikutnya adalah mujahadah syahriayah. Mujahadah ini dilaksanakan satu bulan sekali oleh pengamal shalawat wahidiyah seluruh kecamatan. Biasanya acara ini digelar secara seremonial untuk semakin meningkatkan syiar dalam pengamalan shalawat wahidiyah. Dalam kegiatan ini tetangga sekitar tempat juga turut diundang agar mereka tahu tentang shalawat wahidiyah dan ajarannya dan harapan berikutnya adalah mau turut serta mengamalkan dan menyiarkan shalawat wahidiyah dan ajarannya.
Mujahadah rubu’ussanah disebut juga dengan mujahadah triwulan. Mujahadah ini digelar secara seremonial tiga bulan sekali. Mujahadah ini diikuti oleh seluruh pengamal wahidiyah di tingkat kabupaten. Sudah tentu karena mujahadah ini melibatkan pengerahan masa yang banyak, maka masalah perizinan terhadap dinas – dinas terkait harus benar – benar diperhatikan agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Dalam kegiatan ini biasanya kabupaten yang menyelenggarakan akan mendatangkan para da’I pusat yang berada dalam naungan Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo al Munadhdharah.
Berbeda dengan rangkaian kegiatan wahidiyah sebelumnya (yaumiyah, usbuiyah, syahriyah), biasanya beberapa hari sebelum acara mujahadah rubu’us sanah ini digelar, diselenggarakan up graiding sebagi bentuk pembinaah kepada seluruh personil dan jajaran pengamal shalawat wahidiyah di tingkat kabupaten dengan mendatangkan tutor dari pusat. Hal ini tentu memiliki satu dampak yang positif baik secara personal maupun universal. Semangat dalam pengamalan semakin meningkat dengan diselenggarakannya acara up graiding ini, demikian halnya dengan penyiaran dan pembinaah.
Rangkaian acara berikutnya adalah mujahadah nishfu sanah. Mujahadah ini digelar oleh pengurus Yayasan Perjuangan Wahidiyah di tingkat Propinsi setengah tahun sekali. Diikuti oleh pengamal shalawat wahidiyah di seluruh wilayah propinsi terkait. Mujahadah ini akan langsung dirawuhi oleh pengasuh perjuangan pusat Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied R.A. Oleh karena acara ini di ikuti oleh seluruh pengamal shalawat di tingkat propinsi biasanya mujahadah ini dipusatkan di alun – alun kota atau kabupaten yang berketempatan agar mampu menampung peserta mujahadah yang semakin bertambah banyak setiap tahunnya.
Puncak dari rangkaian acara pengamalan shalawat wahidiyah adalah dengan digelarnya acara mujahadah kubro. Mujahadah kubro ini sesuai dengan amanah Hadhratul Mukarram Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. harus dilaksanakan di Ponpes Kedunglo al Munadhdharah tempat lahirnya shalawat wahidiyah dan ajarannya selama tidak ada dlarurat yang memaksa untuk menyelanggarakannya di tempat lain. Oleh karena itulah sampai sekarang mujahadah kubro selalu diselenggarakan di Ponpes Kedunglo al Munadhdharah.
Pelaksanaan mujahadah kubro dilaksanakan berturut – turut selama 5 hari dan dibagi menjadi 5 gelombang. Gelombang pertama, dilaksanakan malam jum’at, adalah gelombang yang diperuntukkan personil Yayasan Perjuangan Wahidiyah di seluruh tingkatan dari pusat sampai daerah. Selain itu gelombang ini juga diperuntukkan santri yang belajar di Ponpes Kedunglo. Gelombang kedua, malam sabtu, adalah gelombang yang diperuntukkan ibu – ibu wahidiyah. Di gelombang ini seluruh petugas dan kepanitian di sponsori oleh ibu – ibu wahidiyah yang berada dalam naungan Departemen Pembina Wanita Wahidiyah Pusat. Ini adalah wujud penghargaan kepada kaum wanita pengamal shalawat wahidiyah agar mereka ikut andil bersama kaum lelaki dalam barisan perjuangan suci Fafirruu Ilallah. Kaum wanita diberdayakan sebagaimana rasulullah saw dahulu yang mengangkat derajat kaum wanita jahiliyah menjadi wanita yang mulia dihadapan Allah dan umat manusia. Gelombang ketiga, malam minggu, gelombang remaja. Gelombang yang dikhususkan bagi pengamal wahidiyah yang masih usia remaja. Pengamal wahidiyah remaja berada dalam naungan Departemen Pembina Remaja Wahidiyah dari tingkat pusat sampai daerah. Petugas yang menangani kegiatan ini diambil dari remaja – remaja wahidiyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Gelombang keempat, minggu pagi, adalah gelombang kanak kanak yang berada dibawah naungan Departemen Pembina Kanak – Kanak Wahidiyah. Petugas dari gelombang ini juga diambil dari kanak – kanak wahidiyah. Gelombang ke lima yang merupakan acara puncak dari rangkain acara mujahadah kubro adalah gelombang kaum bapak yang di selenggarakan pada malam senin. Pada malam terakhir ini pengamal wahidiyah dari seluruh penjuru tanah air ddan manca negara hadir tumplek blek di arena mujahadah kubro.
Perlu diketahui bahwa jumlah pengamal shalawat wahidiyah mengalami peningkatan yang sangat significan. Hal ini bisa diketahui ketika pelaksanaan mujahdah kubro terutama mulai gelombang remaja sampai gelombang bapak bumi kedunglo dan sekitar penuh sesak dengan mujahidin yang datang dari berbagai penjuru. Sepanjang jalan Bandar Kidul sampai pasar Bandar Lor di tutup total karena penuh sesak dengan mujahidin. Belum lagi mereka yang berada di gang – gang sepanjang bandar lor dan bantaran sungai berantas. Hal ini adalah bukti semakin meningkatnya kuantitas pengamal setiap tahunnya. Dijalan – jalan dan digang dipasang layar lebar karena arena kubro sudah tidak mampu lagi menampung pengamal wahidiyah yang datang  dari setiap penjuru.
Meningkatnya jumlah pengamal wahidiyah secara pesat sudah barang tentu menjadikan satu nilai plus yang tidak bisa dipungkiri. Diperkirakan bahwa secara kuantitas pengamal shalawat wahidiyah menempati urutan ketiga setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Indonesia. Ini adalah capaian yang spektakuler mengingat bahwa lahirnya shalawat wahidiyah ini adalah paling akhir diantara organisasi islam lain di nusantara.
Peningkatan yang spektakuler ini tentu tidak bisa dilepaskan dari kepiawaian Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al Munadhdharah Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied R.A. Beliau adalah pemimpin yang disiplin dan memiliki visi misi kedepan yang sangat cemerlang.
Pada Era Kepemimpinan Beliaulah Kedunglo yang awalnya hanyalah pondok kecil diwilayah kota Kediri berubah menjadi pesantren yang besar dan diperhitungkan oleh pemerintah dan seluruh tingkatan di Kab/Ko. Kediri. Perlu diketahui bahwa Kedunglo hari ini telah memiliki lembaga pendidikan baik diniyah maupun umum. Pendidikan formal telah ada mulai jenjang play group sampai perguruan tinggi. Saat ini Kedunglo sedang merintis klinik sebagai pendukung fakultas kedokteran di Universitas Wahidiyah. Sungguh satu capaian yang sangat fenomenal. Disamping itu Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo saat ini telah mengembangkan sisten koperasi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Kedepan Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied R.A. ingin menciptakan system perbankan syariah dengan bunga nol persen yang betul – betul bebas dari praktek riba. Saat ini rencana tersebut masih didalam penggodokan.
Kemajuan tersebut harus tetap diwaspadai agar wahidiyah tiodak keluar dari relnya yaitu perjuangan kesadaran Fafirru Ilallah wa Rasulihi saw. Itulah sebabnya beliau senantiasa mengingatkan kepada seluruh pengamal wahidiyah agar senantiasa bersyukur dan meningkatkan mujahadahnya. Memohon petunjuk kepada Allah dengan menangis merintih merasa butuh kepada Allah SWT. Jika kufur maka nikmat Allah itu akan dicabut.
Mudah – mudahan perjuangan wahidiyah kedepan semakin meningkat. Kita, keluarga, tetangga dan umat masyarakat jamial alamin segera diberi hidayah dan petunjuk Allah untuk segera berbondong – bondong Fafirru Ilallah wa Rasulihi saw. Semoga impian kita untuk menjadikan negara ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur segera diwujudkan oleh Allah SWT biwasilati shalawat wahidiyah. Amin… Salam Perjuangan Fafirru Ilallah wa Rasulihi saw….

Komentar