Workshop Qira’atul Kutub
Pendidikan Bahasa Arab IAIN Tulungagung
Senin-Selasa,
19-20 November 2018, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang dalam hal ini
dimotori oleh Program Studi Bahasa Arab, menggelar acara Workshop Percepatan
Pembelajaran Kitab Kuning. Bertempat di Aula Gedung Arif Mustaqim lantai 6. Acara
ini menghadirkan dua narasumber hebat dan luarbiasa dalam bidang bahasa Arab,
yakni Dr.H. Abdul Haris, M.Ag. Dekan Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora IAIN
Jember, yang juga pengasuh Pondok Pesantren al-Bidayah Tegak Besar Jember dan
Prof. Dr. H. Imam Asrori, M.Pd. yang merupakan ketua Ittihadul Mu’allimin
al-Lughah al-‘Arabiyyah (IMLA) Indonesia.
Acara
ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi Bahasa Arab dari berbagai jenjang dan
juga para dosen di lingkungan PBA. Para mahasiswa nampak sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan ini, terbukti tak satupun di antara mereka yang beranjak
dari tempat duduk hingga selesainya narasumber menyampaikan materinya. Selain itum
meski Selasa adalah hari libur nasional, mereka tetap saja tidak terpengaruh
untuk hadir dan memadati tempat acara serta mengikuti materi hingga selesainya
acara.
Di hari
pertama, pemateri adalah Dr. H. Abdul Haris, M.Ag., sementara moderator yang
memimpin jalannya pemaparan materi adalah Muhamad Fatoni, M.Pd.I salah satu
dosen di lingkungan PBA yang distafkan di Ma’had al-Jami’ah.
Dr.
H. Abdul Haris, M.Ag. memberikan banyak motivasi dan penjelasan yang mudah
dipahami oleh semua peserta. Beliau menyampaikan materinya yang juga merupakan
hasil penelitiannya yang dituangkan dalam beberapa buku karyanya yang telah
diterbitkan. Beliau mengangkat format pembelajaran kitab kuning yang diterapkan
di pondok pesantren asuhannya al-Bidayah yang dikenal dengan Metode al-Bidayah.
Di awal
paparannya beliau menegaskan bahwa tidak ada seorang alim di dunia ini yang
mampu menguasai ilmu dalam bidang apapun dalam waktu singkat. Bahkan beliau
tidak percaya apabila ada seorang yang mampu menguasai satu bidang ilmu dalam
hitungan jam, termasuk di antaranya dalam bidang membaca kitab kuning.
Para Peserta Nampak Antusias |
Untuk
mampu membaca kitab kuning diperlukan waktu yang relative cukup panjang. Mengapa?
Karena menurut beliau membaca kitab kuning itu tidak sama dengan membaca teks
pada umumnya yang tidak berbahasa Arab.
Bahasa
Arab memiliki tata kaidah yang luar biasa sulit dan terbukti paling kaya jika
dibandingkan dengan bahasa lain. Salah satu tata kaidah yang tidak akan
dijumpai dalam tata kaidah bahasa lain adalah mengenai hal i’rab. Perubahan bunyi
huruf hijaiyah di akhir kata yang disebabkan oleh perbedaan amil yang masuk,
hanya ditemukan pada bahasa Arab. Hal ini menjadi satu keunikan tersendiri yang
membedakan bahasa Arab dari bahasa lain.
Menurut
beliau ada tiga kata kunci belajar kitab kuning, yaitu rajin hafalan,
sistematis, dan istiqamah. Tanpa ketiga hal tersebut, rasanya tidak mungkin
seseorang bisa memiliki kemampuan dalam membaca kitab kuning.
Seorang
yang ingin belajar kitab kuning dan memahami bahasa Arab, harus rajin hafalan. Setiap
kaidah yang ada harus dihafalkan dan dikuasai. Mufradat yang beraneka ragam,
juga mesti dihafalkan. Hafalan sangat diperlukan untuk semakin memperkaya kosa
kata ilmu, kaidah dan aneka informasi yang berkaitan dengan ilmu yang
dipelajari. Bohong, jika ada seorang alim yang mengesampingkan hafalan dalam
belajarnya, meski tidak ada jaminan bahwa mereka yang hafal paham terhadap
pesan yang terkandung dalam kaidah-kaidah yang dihafalnya. Karena itu mahasiswa
harus rajin dalam menghafal.
Selain
itu sistematika belajar juga perlu diperhatikan. Seorang yang belajar itu
bagaikan orang yang naik tangga. Tidak mungkin seseorang langsung berada di
puncak tangga tanpa melalui anak tangga di bawahnya. Beliau mengatakan bahwa
menurut analisanya, kegagalan mahasiswa dalam belajar, banyak disebabkan oleh
cara belajar yang tidak sistematis. Dalam bahasa Arab ada materi yang menjadi prasarat
bagi materi lainnya. Karena itu sebelum mempelajari materi lebih lanjut, materi
prasarat harus dituntaskan terlebih dahulu agar lebih mudah memahami materi
berikutnya.
Beikutnya,
adalah istiqamah. Suksesnya belajar, tidak diukur dari berapa lamanya waktu
yang dihabiskan seseorang saat ia belajar, melainkan bagaimana ia memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya secara istiqamah untuk memahami ilmu yang dipelajarinya. Dalam
kaitannya dengan bahasa Arab, -menurut beliau, setidaknya seorang pelajar harus
menyisihkan tiga jam dalam seharinya. Satu jam untuk belajar dan menghafal
mufradat, satu jam untuk belajar qawaid, dan satu jam untuk tathbiq. Tanpa hal
tersebut, tidak mungkin seorang pelajar bahasa Arab bisa berhasil dalam proses
belajarnya.
Faktor
lain yang sangat berpengaruh dalam belajar bahasa adalah faktor lingkungan (bi’ah).
Lingkungan yang mendukung memberi dampak positif dalam belajar bahasa. Seorang Arab
yang setelah lahirnya di bawa ke Madura, sehingga tumbuh kembang di sana,
secara otomatis akan memiliki kemampuan bahasa Madura. Pun pula seorang Jawa
yang semenjak kecil hidup di Arab akan memiliki kemampuan dalam berbahasa Jawa.
Karena itu tidak bisa ditawar, bahwa lingkungan memberikan sumbangsih besar pada
perkembangan bahasa seseorang. Karenanya perlu diciptakan lingkungan yang
kondusif bagi jurusan PBA agar setamat kuliah mereka juga memiliki kemampuan
yang memadai sesuai bidangnya. Beliau mengatakan,
“Banggalah anda ketika anda menjadi bagian dari komunitas yang ketika anda
teledor, anda diberi sanksi”.
Selain
itu seorang yang belajar harus totalitas dalam belajarnya, jangan
setengah-setengah. Beliau mengatakan, “Ilmu tidak akan memberi sesuatu
sedikitpun kepada anda kecuali ketika anda totalitas di dalamnya.” Seorang yang
hanya setengah-setengah dan tidak memiliki kecintaan pada apa yang
dipelajarinya tidak akan mendapatkan apa-apa dari apa yang dipelajarinya.
Pada
hari kedua, Dr. H. Kojin, M.A. yang merupakan Ketua Program Studi Bahasa Arab
Pascasarjana IAIN Tulungagung dipercaya sebagai moderator mendampingi Prof. Dr.
H. Imam Asrori, M.Pd. Materi beliau banyak berkaitan dengan pembelajaran ilmu
nahwu dalam belajar bahasa Arab.
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar