Madin IAIN Tulungagung Bikin Merinding Pengelola UNISNU Jepara


Madin IAIN Tulungagung Bikin Merinding Pengelola UNISNU Jepara



Senin, 29 April 2019, kembali Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung mendapat kunjungan dari kampus lain. Kali ini, yang datang mengunjungi Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung adalah kampus dengan lebel jam’iyyah islam terbesar  di Indonesia, yakni Universitas Islam Nahdhatul Ulama (UNISNU) dari Jepara. Tentu, hal ini menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi ma’had al-jami’ah.

Kehadiran UNISNU Jepara ke Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung adalah untuk meninjau secara langsung proses pembelajaran kema’hadan khususnya aswaja beserta amaliyah keaswajaan lainnya yang ada di IAIN Tulungagung. Rombongan ini berjumlah lima orang beserta sopir.


Pada awalnya tentu hal itu mengagetkan bagi pengelola ma’had al-jami’ah IAIN Tulungagung. Bagaimana mungkin, sebuah kampus yang berlebel jam’iyyah terbesar di Indonesia ingin belajar lebih jauh mengenai proses pembelajaran madin di kampus negeri? Akan tetapi pada akhirnya kami bisa saling berbagi informasi dan hal-hal lain terkait upaya untuk semakin meningkatkan kualitas mahasiswa utamanya dalam bidang pengetahuan keagamaannya.

Telah menjadi rahasia umum, bahwa semakin besarnya kampus akan diikuti oleh semakin variatifnya mahasiswa yang belajar di kampus tersebut. Semakin besarnya UNISNU dan IAIN Tulungagung telah menyedot perhatian para mahasiswa dari berbagai sekolah untuk melanjutkan studi di kampus tersebut. Pada akhirnya, banyak in put mahasiswa yang belum/tidak memiliki kelayakan dalam bidang baca/tulis al-Qur’an. Padahal saat mereka lulus dari kampus tersebut, mereka menyandang nama gelar sarjana dengan nama besar kampus tersebut. Apalah kata masyarakat, jika lulusan IAIN atau UNISNU tidak bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan seterusnya. Hal inilah yang mendorong UNISNU ingin mengembangkan proses pembelajaran madin sebagaimana madin yang ada di IAIN Tulungagung tentunya setelah melakukan proses inovasi yang disesuaikan dengan kemampuan dan kemungkinan yang bisa dilakukan oleh kampus.

Pada kesempatan tersebut, para pengelola sempat diajak meninjau secara langsung proses pembelajaran madin di IAIN Tulungagung, yakni di Gedung Arif Mustaqim dan Gedung Stasiun. Melihat proses pembelajaran madin tersebut, para pengelola merasa kagum dan ta’jub pada apa yang telah dilakukan ma’had al-jami’ah Tulungagung. Mereka meninjau secara langsung bagaimana para mahasiswa belajar BTQ, kitab-kitab turats, tilawah dan tahfidz. Saat berada di Gedung Stasiun salah seorang pengelola UNISNU mengatakan, “Saya merinding melihat madin IAIN Tulungagung”, katanya. Berkali-kali beliau mengatakan hal itu. Beliau juga mengatakan, “Adem rasanya melihat dan mendengar proses pembelajaran madin di IAIN Tulungagung”.

Menurut beliau, pembelajaran madin di IAIN Tulungagung sangat positif dan patut untuk dijadikan rujukan. Beliau juga merasa takjub dengan pakaian mahasiswi IAIN Tulungagung yang kelihatan sopan-sopan. Beliau berpikir inilah salah satu dampak besar adanya madin, yakni terwujudnya karakter islami dalam diri mahasiswa.

Komentar