Taqdi>m Al-Aham

 

Taqdi>m Al-Aham



Dalam menjalani kehidupan, setiap orang pasti pernah dihadapkan pada berbagai hal yang menuntut untuk segera diselesaikan. Hal-hal tersebut berhamburan menghampirinya seolah memaksanya agar segera menyelesaikan semuanya secara bersamaan. Tidak jarang, seorang mengalami kebingungan dalam menyelesaikan hal-hal tersebut, dan pada akhirnya semuanya terbengkalai tanpa satupun yang terselesaikan.

Hidup memang penuh tantangan dan persoalan. Berbagai tantangan dan persoalan tersebut harus dihadapi dengan jiwa besar, untuk kemudian menjadi hal yang bermanfaat bagi para pemenang, yakni mereka yang berhasil menyelesaikannya dengan penuh semangat dan suka cita. Tentu, pemenang itu adalah mereka yang telah terbiasa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang kerap menderanya.

Perlu dicatat, bahwa mereka yang sukses dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup tersebut, sejatinya tidak berhenti pada persoalan itu saja. Akan tetapi, selesai dari satu masalah, mereka menghadapi masalah berikutnya, yang tentu kadarnya setingkat diatas persoalan sebelumnya, atau lebih tinggi lagi, dan bisa juga dibawahnya. Namun, karena mereka terbiasa dengan berbagai persoalan tersebut, mereka tetap tenang dan santai dalam menghadapinya.

Ada hal yang perlu dibiasakan dalam diri seseorang agar dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan tidak terjebak pada kebingungan. Hal tersebut adalah taqdi>m al-aham, thumma al-anfa’ fa al-anfa’, mendahulukan yang penting diantara hal-hal yang penting, kemudian yang paling bermanfaat diantara hal-hal yang bermanfaat. Artinya ada skala prioritas dalam kehidupan ini. Mana yang harus di dahulukan dan mana yang bisa dibelakang-kan.

Prinsip ini, bukan berarti kita menafikan pentingnya hal yang kita belakang-kan, akan tetapi ini membantu kita untuk berpikir positif dengan mengedepankan hal yang memiliki nilai lebih dari yang lain. Tentunya, dengan melakukan analisa secara lebih mendalam. Berpikir dengan lebih jeli dan teliti pada setiap persoalan yang dihadapi. Dengan cara itu, maka setiap keputusan yang dilakukan tidak berakhir dengan penyesalan.

Banyak orang mengalami penyesalan dalam hidupnya. Mengapa? Semua itu terjadi karena “kesalahan” dalam menentukan pilihan. Dan, kesalahan dalam menentukan pilihan tersebut, tentunya diawali dari analisa yang salah dari persoalan yang sedang dihadapi.

Jika setiap orang bisa mengambil keputusan yang tepat dengan prinsip, taqdi>m al-aham thumma al-anfa’ fa al-anfa’, maka ending dari keputusan yang diambil adalah kebahagiaan. Yakni, kebahagiaan yang hakiki yang menjadi dambaan setiap orang. Tapi, jika keputusan yang diambil sebatas menuruti keinginan “nafsu” semata, penyesalanlah yang akan didapatkan. Semoga kita bisa mengambil keputusan yang tepat dalam setiap langkah, dan pada akhirnya kebahagiaan hakiki-lah yang kita raih di surga-Nya. Aamiin.

Komentar

Posting Komentar