Rapat Koordinasi Asatidz Madrasah Diniyah Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Tahun Ajaran 2023/2024
Rapat Koordinasi Asatidz
Madrasah Diniyah Ma’had Al-Jami’ah
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Tahun Ajaran 2023/2024
Foto Bersama Rektor dan Asatidz Madin |
Rabu, 01 Februari 2024, pengelola Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengadakan Rapat Koordinasi Asatidz Madrasah Diniyah Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Rapat ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dalam menghadapi awal pembelajaran madin yang akan dimulai pada tanggal 5 Februari 2024. Hadir dalam kesempatan ini, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Pof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Syamsun Ni’am, M.Ag., Mudir Ma’had Al-Jami’ah Dr. KH. Zuhri, M.Ag., jajaran Murabbi, segenap koordinator lembaga mitra, LP Ma’arif, Jam’iyyatul Qurra’ wa Al-Huffadz (JQH), dan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal), musyrifah ma’had al-jami’ah dan para asatidz pengajar madin.
Pada sambutannya Mudir Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung menyampaikan rasa terima kasih kepada rektor yang telah memberikan
kepercayaan untuk mengawal kegiatan mahad al-jami’ah. Ia juga melaporkan
beberapa hal terkait dengan perjalanan ma’had al-jami’ah setelah resmi dilantik
sebagai mudir. Tentu, semua itu bisa berjalan dengan baik dan sukses atas
kerjasama semua pihak, termasuk para asatidz.
Sementara itu dalam sambutannya, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung, Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. sedikit menyinggung tentang lika-liku
awal perjalanan madin. Ia menuturkan bahwa kemunculan program ini tidak bisa
dipisahkan dengan munculnya dekradasi sikap, dan perilaku mahasiswa
pasca reformasi. Hal ini ditengarahi dari sikap, cara berpakaian dan perilaku
lain yang kurang etis. Sehingga dari fenomena itu muncul gagasan untuk mengadakan
program khusus dalam rangka untuk membentuk soft skill pada diri
mahasiswa.
Gagasan pertama yang muncul adalah dengan mengadakan kegiatan
khatmil qur’an di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) serta mengawali
setiap pembelajaran kuliah dengan membaca juz ‘amma. Program ini hanya ada di
FTIK pada waktu itu.
Sepulang menunaikan ibadah haji, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag. kala itu memberikan instruksi kepada Mudir Ma’had
Al-Jami’ah, Dr. KH. Teguh, M.Ag. untuk membuka pembelajaran Madin. Tidak hanya
itu, program ini juga dianggarkan sebagai bentuk tanggungjawab moral para
pimpinan untuk membersihkan hati dan jiwa para mahasiswa. Terlebih, dari hasil
diskusi sederhana sambil “ngudud”, bahwa anggaran outshourcing untuk kebersihan
setiap tahunnya mencapai satu miliar, masa untuk membersihkan hati, jiwa dan
membentuk karakter pada diri anak-anak mahasiswa terasa berat, padahal mereka
adalah manusia, bukan benda. Mereka adalah aset bangsa di masa yang akan datang.
Atas kesadaran tersebut, maka kegiatan ma’had terutama madin benar-benar
menjadi perhatian dari jajaran pimpinan.
Pasca purna tugas Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. sempat ada kelakar
yang disampaikan kepada rektor saat ini. Ia berkata, “Lek dadi rektor, piye
ma’hade? Opo dibubarne wae?”. Dengan tegas Prof. Abd. Aziz, M.Pd.I
menjawab, “Moso dibubarne, Yo dilanjutne no”. Perkataan ini dibuktikannya dengan
dukungan penuh yang diberikannya kepada pengelola Ma’had Al-Jami’ah. Bahkan pada tahun ini, Ma'had Al-Jami'ah mendapat mobil operasional yang nantinya bisa digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan kema'hadan.
Pak Rektor menegaskan, “Tidak muluk-muluk yang kita
inginkan, dari pembelajaran madin. Yang penting ada perubahan perilaku pada diri mahasiswa. Yang dulunya
tidak mau “boso” kepada orangtuanya menjadi mau "boso". Yang awalnya pakaian adiknya
dipakai saat kuliah, menjadi tidak lagi memakai pakaian adiknya.” Intinya
para asatidz madin memiliki tugas untuk membentuk kepribadian mahasiswa yang
berakhlakul karimah. Dengan mengikuti pembelajaran madin diharapkan para mahasiswa
yang notabene nya adalah generasi Z, dimana generasi ini ditengarai
cerdas namun minim etika, tidak lagi ada, setelah mengikuti pembelajaran madin di
Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Komentar
Posting Komentar