Rabu, 02 Desember 2015

Hadis - Hadis Sekitar Dunia Pendidikan


 
I Anjuran Menuntut Ilmu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا إِلَّا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ (رَوَاهُ ابو دود)
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang laki – laki yang meniti jalan untuk mencari ilmu melainkan Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surge. Dan barangsiapa yang lambat amalannya maka nasabnya tidak akan memberinya manfaat.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه الترمذي)
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: “ Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan disuatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge.” (HR. Tirmidzi)
II Mencatat Ilmu
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْئٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيْدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوْا أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْئٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِى الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيْهِ فَقَالَ اُكْتُبْ فَوَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ (رواه أبو داود)
Artinya: “Dari Abdullah bin Amru ia berkata, “Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari rasulullah saw , agar aku bias menghafalnya. Kemudian orang – orang Quraisy melarangku dan mereka berkata, ‘ Apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang engkau dengar, sementara rasulullah saw adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan senang?’ Aku pun tidak menulis lagi, kemudian hal itu aku ceritakan kepada rasulullah saw. Beliau lalu berisyarat dengan meletakkan jarinya pada mulut, lalu bersabda: “Tulislah, demi jiwaku yang ada di tanganNya, tidaklah keluar darinya (mulut) kecuali kebenaran.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ مَكَّةُ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْخُطْبَةَ خُطْبَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أَبُوْ شَاهَ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ اُكْتُبُوْا لِى فَقَالَ اُكْتُبُوْا لِأَبِيْ شَاهَ (رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: ‘ ketika Makkah ditaklukkan, Nabi SAW berdiri … kemudian Abu Hurairah menyebutkan khutbah Nabi SAW, ia berkata,:”Kemudian seorang laki – laki dari penduduk Yaman yang bernama Abu Syah berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, tuliskan untukku! Lalu beliau bersabda: “Tuliskan untuk Abu Syah!”
III Mengulang – Ulang Ilmu dan Berbicara Tanpa Ilmu
عَنْ أَبِيْ سَلَّامٍ عَنْ رَجُلٍ خَدَمَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا حَدَّثَ حَدِيْثًا أَعَادَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ (رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Abu Sallam dari seorang laki – laki yang melayani Nabi SAW , bahwa Nabi SAW apabila menceritakan suatu hadis maka beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.” (HR Abu Dawud)
عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ (رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Jundub ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berbicara tentang kitabullah ‘azza wajalla menggunakan pendapatnya, meskipun benar maka ia telah salah.” (HR Abu Dawud)
IV Hati – Hati dalam Memberi Fatwa
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ سَعْدٍ عَنِ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْغُلُوْطَاتِ (رواه أبو داود)
Artinya : Dari Abdullah bin Sa’dan dari Ash Shunabihi dari Muawiyah bahwa Nabi SAW telah melarang dari permasalahan – permasalahan yang sulit. (HR Abu Dawud)
حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِىُّ عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ سَعْدٍ عَنِ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْغُلُوْطَاتِ قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ الْغُلُوْطَاتُ شِدَادُ الْمَسَائِلِ وَصِعَابُهَا (رواه أحمد)
Artinya : Telah bercerita kepada kami Al Auza’I dari Abdullah bin Sa’ad dari Ash Shunabihi dari seorang sahabat nabi saw berkata: rasulullah saw melarang ghuluthat. Berkata AL Auza’i: Ghuluthat adalah masalah – masalah yang rumit dan sulit. (HR. Ahmad)
V Larangan Menyembunyikan Ilmu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقٍيَامَةِ (رواه أبو داود)
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa ditanya mengenai suatu ilmu dan ia menyembunyikannya, maka ia akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud)
عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (رواه الترمذي)
Artinya: Dari Atha’ dari Abu Hurairah ia berkata, rasulullah saw bersabda: “barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat dengan cambuk dari neraka. (HR At Tirmidzi)
VI Keutamaan Menyebarkan Ilmu
عَنْ زَيْدِ ابْنِ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ نَضَّرَ اللهُ امْرَأًسَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ (رواه أبو داود)
Artinya: Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًافَبَلَّغَهُ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَحْفَظُ مِنْ سَامِعٍ (رواه ابن ماجه)
Artinya: Dari Abdurrahman bin Abdullah dari bapaknya ddari Nabi SAW, beliau bersabda: “Allah akan memperindah seseorang yang mendengar satu hadis dari kami kemudian menyampaikannya. Berapa banyak orang yang disampaikan hadis kepadanya lebih hafal dari orang yang mendengarnya” (HR. Ibnu Majah)
VII Menuntut Ilmu bukan karena Allah
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه أبو داود)
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian ddari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya surge pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)
VIII Belajar Kepada Selain orang muslim
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِّثُوْا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ (رواه أبو داود)
Artinya: dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Ceritakanlah riwayat dari Bani Israil , dan itu tidak mengapa.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ أَيَةً وَحَدِّثُوْا عَنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi SAW bersabda: “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israil ddan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap – siaplahh menempati tempat duduknya di neraka.” (HR Bukhari)

IX Riwayat Ahli Kitab
أَخْبَرَنِيْ ابْنُ أَبِيْ نَمْلَةَ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ رَجُلٌ مِنَ الْيَهُوْدِ مُرَّ بِجَنَازَةٍ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَتَكَلَّمُ هَذِهِ الْجَنَازَةُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللهُ أَعْلَمُ فَقَالَ الْيَهُوْدِيُّ إِنَّهَا تَتَكَلَّمُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلاَ تُصَدِّقُوْهُمْ وَلاَ تُكَذِّبُوْهُمْ وَقُوْلُوْا أَمَنَّا بِاللهِ وَرُسُلِهِ فَإٍنْ كَانَ بَاطِلاً لَمْ تُصَدِّقُوْهُ وَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ تُكَذِّبُوْهُ ( رواه أبو داود)
Artinya: Telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abi Namlah Al Anshari dari ayahnya bahwa ketika ia sedang duduk di sisi rasulullah saw yang saat itu disisi beliau ada seorang Yahudi, lewatnya jenazah didepan beliau. Lalu orang Yahudi itu berkata: “Wahai Muhammad, apakah jenazah ini berbicara?” Nabi SAW kemudian menjawab: “Allah lebih mengetahui.”Orang Yahudi itupun berkata, “Sesungguhnya jenazah tersebut berbicara.” Rasulullah saw bersabda : “Apa yang diceritakan oleh orang – orang ahli kitab kepada kalian maka janganlah kalian percayai atau kalian dustakan. Tetapi katakanlah, aku beriman kepada Allah dan para RasulNya.’ Jika mereka dusta maka kalian tidak mempercayainya dan jika benar maka kalian tidak mendustakannya.” (HR Abu  Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَئُوْنَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُوْنَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَتُصَدِّقُوْا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلاَ تُكَذِّبُوْهُمْ وَقُوْلُوْا أَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ الأَيَةَ (رواه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa arab untuk pemeluk Islam! Spontan rasulullah saw bersabda: “Jangan kalian benarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian mendustakannya, dan katakana saja (Kami beriman kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu).”(HR. Bukhari)
X Teguran Keras Berdusta atas nama Rasulullah
عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تُحَدِّثَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا يُحَدِّثُ عَنْهُ أَصْحَابُهُ فَقَالَ أَمَا وَاللهِ لَقَدْ كَانَ لِى مِنْهُ وَجْهٌ وَمَنْزِلَةٌ وَلَكِنِّى سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه أبو داود)
Artinya: Dari Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari ayahnya ia berkata, Äku tanyakan kepada Az Zubair, Äpa yang menghalangimu untuk menceritakan dari rasulullah saw sebagaimana yang diceritakan para sahabatnya? Kemudian ia menjawab, “Sungguh aku mempunyai posisi dan kedudukan di sisi rasulullah saw, akan tetapi aku mendengar beliau bersabda : “Barangsiapa berdusta kepadaku dengan sengaja maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka.” (HR Abu Dawud)
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّهُ لَيَمْنَعُنِيْ أَنْ أُحَدِّثَكُمْ حَدِيْثًا كَثِيْرًا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya: Dari Anas bin Malik bahwasannya dia berkata, ‘Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadis yang banyak kepada kalian adalah, bahwa rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang secara sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka.” (HR. Muslim)
XI Mengeraskan Suara dalam menyampaikan ilmu
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ تَخَلَّفَ عَنَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَا هَا فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا
Artinya: Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi saw pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan hingga beliau mendapatkan kami sementara waktu shalat sudah hamper habis, kami berwudlu dengan hanya mengusap kaki kami. Maka nabi saw berseru dengan suara yang keras: “celakalah bagi tumit – tumit yang tidak basah akan masuk neraka.” Beliau serukan hingga dua atau tiga kali. (HR. Bukhari)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا يَتَوَضَّؤُوْنَ فَرَأَي أَعْقَابَهُمْ تَلُوْحُ فَقَالَ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوْا الْوُضُوْءَ ( رواه النسائ)
Artinya: Dari Abdullah bin Amru dia berkata, Rasulullah SAW melihat suatu kaum sedang berwudlu dan beliau melihat tumit – tumit mereka belum kena air, lalu beliau bersabda: “Celakalah tumit – tumit yang tak tersentuh air wudlu dari api neraka. Sempurnakanlah wudlu kalian.” (HR An Nasai)
XII  Memilih Waktu Yang Tepat
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلْنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِى الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّامَّةِ عَلَيْنَا (رواه البخاري)
Artinya: Dari Ibnu Masúd berkata, bahwa Nabi SAW mengatur penyampaian nasehat kepada kami dalam beberapa hari karena tidak mau membuat kami jemu. (HR Bukhari)
عَنْ عَبْدِ اللهِ أَنَّهُ قَالَ إِنِّي لَأُخْبَرُ بِجَمَاعَتِكُمْ فَيَمْنَعُنِي الْخُرُوْجَ إِلَيْكُمْ خَشْيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا فِى الْأَيَّامِ بِالْمَوْعِظَةِ خَشْيَةَ السَّامَةِ عَلَيْنَا (رواه أحمد)
Artinya : Dari Abdullah bahwa ia berkata: “Sesungguhnya aku telah diberitahu perkumpulan kalian ini, namun aku enggan keluar karena khawatir membuat kalian bosan, Rasulullah saw pernah menyela – nyela hari untuk memberi nasehat, khawatir membuat kami bosan.” (HR Ahmad)
XIII Tekun Dalam Mencari Ilmu dan Hikmah
حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيْلُ ابْنُ أَبِيْ حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ ابْنَ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَحَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ  فِى الْحَقِّ وَرَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِيْ بِهَا وَيُعَلِّمُهَا (رواه البخاري)
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ismail bin Abu Khalid dengan lafald hadis yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari Az Zuhri berkata, aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata, aku mendengar Abdullah bin Mas’ud berkata, Nabi saw bersabda: “Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal, (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut dijalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR Bukhari)
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ ابْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ هَذَاالْكِتَابَ فَقَامَ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ مَالًا فَتَصَدَّقَ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَنَاءَ النَّهَارِ (رواه مسلم)
Artinya: Dari Ibnu Syihab ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Salim bin Abdullah bin Umar dari bapaknya ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur’an, hingga ia membacanya siang dan malam. (kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (dijalan Allah)” (HR Muslim)






Selasa, 01 Desember 2015

Inkar al Sunah

Inkarus Sunah secara harfiyah adalah kelompok yang ingkar terhadap sunnah (hadis). Secara istilah inkarus sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunahh rasulullah saw, baik secara keseluruhan ataupun sebagian. Kelompok ini memandang bahwa al hadis tidaklah penting. Menurut mereka cukuplah al qur'an yang menjadi pedoman bagi umat islam karena al qur'an langsung berasal dari Allah sementara hadis adalah perkataan dari manusia yang dalam hal ini adalah Nabi Muhammad saw.
Pada perkembangannya ada inkarus sunah yang berkembang pada masa klasik, ada pula inkarus sunnah yang berkembang di era modern. Di era klasik ketika Imran bin Husain sedang mengajarkan hadis ada sebagian diantara sami'in yang melarangnya untuk mengajarkan hadis dan cukuplah baginya untuk mengajarkan al qur'an.
Di era modern pada sekitar abad ke 14 H pemikiran tentang inkars sunnah kembali muncul di Kairo Mesir akibat pengaruh kolonialisme yang ingin melumpuhkan umat islam. Kelompok ini menganggap bahwa al qur'an telah sempurna dan tidak memerlukan hadis sebagai penjelasnya.
Ada beberapa argumentasi kelompok ingkarus sunnah ini:
1. Agama bersifat konkret dan pasti. 
2. Al Qur'an sudah lengkap
3. Al Qur'an tidak memerlukan penjelas
Agama bersifatt konkret dan pasti, artinya hukum agama bersifat pasti dan tidak memerlukan kajian ulang didalamnya. Kepastian ini hanya bisa didapat dari sumber otentik yang tidak ada peluang dzan didalamnya. Hal ini hanya bisa didapatkan dari pemahaman terhadap al qur'an, karena hadis masih memiliki peluang untuk terjadinya dzan.
Al Qur'an sudah lengkap, hal ini didasarkan pada ayat al qur'an surat al an'am ayat 38. Di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang terlewatkan oleh kitab al qurán. Artinya bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah di dalam al qurán.
Al Qurán tidak memerlukan penjelas.Kelompok ini berpegang pada sebuah ayat al qurán yang menerangkan bahwa al qurán diturunkan sebagai penjelas bagi segala sesuatu. Dengan demikian al qurán tidak memerlukan penjelasan lagi karena kehadiran al qurán atau turunnya al qurán adalah sebagai penjelas dari segala persoalan yang ada didunia ini. Al qurán sudah jelas dan tidak perlu dijelaskan lagi.
Dalam perkembangannya ada diantara kelompok ini yang ingkar terhadap sunah secara keseluruhan dan ada juga yang ingkar sebagian hadis dan percaya pada sebagian yang lain. Kondisi semacam ini terjadi karena pergolakan politik di tubuh umat islam kala itu. Pengaruh perkembangan politik sangat kuat sehingga menumbuhkan sikap fanatisme yang berlebihan di tubuh sebagian kelompok tersebut.
Pandangan inkarus sunnah ini ditentang oleh jumhur ulama'. Jumhur ulama'bahwa kelompok inkarus sunah telah keluar dari jalur pemikiran agama yang benar. Pendapat mereka tidak bisa diterima. Menurut ulama'jumhur banyak sekali dalil yang menunjukkan kedudukan al hadis sebagai sumber ajaran islam. Dalil - dalil itu banyak dijumpai baik dalam al qurán maupun hadis.Kebenaran al qurán memang sudah diyakini akan tetapi hadis juga merupakan sumber hukum yang harus diyakini pula oleh umat islam. Didalam al qurán surat al hasyr ayat 7 Allah menegaskan :"dan apa yang datang dari rasul maka ambillah dan apa yang dilarangnya maka jauhilah". Dalam pandangan jumhur ulama'ayat ini secara tegas menjelaskan arti pentingnya hadis dalam islam. Hadis tidak boleh dikesampingkan karena hadis adalah bagian dari wahyu Allah yang disampaikan kepada rasulullah saw. Allahu A'lam.....

Dakwah Rasulullah SAW


Rasulullah saw diutus ke muka bumi adalah untuk menyeru umat manusia agar kembali mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sebuah tugas suci yang diemban oleh Nabi akhir zaman yang telah diberitakan Allah melalui kitab suciNya Taurat, Zabur dan Injil. Meski kabar itu telah termaktub di dalam kitab – kitab tersebut bukan berarti umat – umat terdahulu yang menerima kitab – kitab tersebut langsung percaya bahkan pada kenyataannya banyak diantara mereka yang justru mendustakan dan memusuhi Nabi Muhammad saw.
Sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw masyarakat Arab jahiliyah hidup dalam kegelapan. Kegelapan dalam kehidupan berketuhanan. Mereka menyembah berhala dan patung yang merreka buat sendiri. Menggantungkan nasib mereka pada azlam (undian dengan anak panah), membunuh bayi perempuan yang baru lahir karena dianggap menjadi aib, berjudi, minum – minuman keras, berperang dengan suku lain dan seabrek perilaku beringas yang tidak berperi ketuhanan dan berperi kemanusiaan. Hukum rimba telah menjadi hukum alam yang seolah berubah menjadi hukum positif dan resmi di tengah sosio culture masyarakat Arab jahiliyah.
Nabi Muhammad saw merasa perihatin dengan kondisi masyarakat Arab kala itu. Beliau yang telah masyhur di kalangan Arab sebagai Al Amin merasa memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kehidupan masyarakat yang sudah bobrok. Beliau kemudian bertahannus di gua hira’ untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta alam raya (Allah SWT).
Setelah beberapa lama beliau bertahannus di gua hira’, datanglah Malaikat Jibril. Malaikat Jibril datang dengan membawa wahyu dari Allah SWT. Mula – mula Jibril berkata kepada Nabi Muhammad saw: “Iqra’ yaa Muhammad!”. Rasulullah saw yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis dengan gemetar karena merasa ketakutan dengan kedatangan Malaikat Jibril kemudian menjawab; “Maa Ana Biqaariin” (Aku tidak bisa membaca). Mendengar jawaban tersebut Malaikat Jibril berkata untuk yang kedua kalinya ; “Iqra’ yaa Muhammad!”. Tetapi jawaban rasulullah saw tetap sama “Maa Ana Biqaariin” karena beliau memang tidak bisa membaca dan menulis.
Karena mendengar jawaban rasulullah saw yang tetap sama Malaikat Jibril kemudian memeluk rasulullah saw dengan erat sampai – sampai rasulullah saw sulit bernafas sambil membaca surat al ‘Alaq ayat 1 – 5 :
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ (1)
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
اَلَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ (5)
Dengan turunnya ayat diatas resmilah Nabi Muhammad saw sebagai nabi utusan Allah.
Setelah turunnya ayat ini rasulullah pulang dengan penuh ketakutan sampai – sampai tubuh beliau menggigil kedinginan. Beliau meminta kepada istrinya Khadijah untuk menyelimutinya. Beliau juga menceritakan apa yang beliau alami kepada istrinya. Mendengar apa yang disampaikan suaminya Khadijah menenangkan dan membesarkan hati beliau. Malaikat Jibril untuk kedua kalinya menemui beliau dan menyampaikan wahyu kedua yaitu surat al muddatsir ayat 1 – 7.
Turunnya surat al Muddatsir menjadi tanda resminya Nabi Muhammad saw menjadi seorang rasul yang diutus Allah untuk umat manusia. Rasulullah segera melaksanakan misi dakwah ini dengan segenap jiwa dan raganya.
Mula – mula dakwah yang dilakukan nabi adalah secara bis sirri atau secara diam – diam/ sembunyi – sembunyi. Dakwah ini dilakukan rasulullah saw selama 3 tahun lamanya. Dalam dakwah ini rasulullah saw mengajak kaum kerabat handai tolan dan sahabat – sahabat terdekat beliau. Orang yang mula – mula menerima dakwah beliau adalah istri beliau Siti Khadijah. Disusul kemudian oleh Abu Bakar As Shidiq, Ali bin Abii Thalib dan Zaid bin Haritsah. Dakwah islam mendapat sambutan dari masyarakat Arab terutama mereka yang berada dalam garis kemiskinan dan termarginalkan.
Setelah 3 tahun berdakwah secara sembunyi – sembunyi turunlah wahyu Allah yaitu surat al hijr ayat 94 yang memerintahkan rasulullah saw untuk berdakwah secara terang – terangan. Pasca turunnya ayat ini rasulullah saw berdakwah secara terang – terangan. Langkah yang pertama dilakukan rasulullah saw adalah mengumpulkan masyarakat Arab di bukit shafa. Disinilah rasulullah saw untuk pertama kalinya menyeru masyarakat Arab untuk menyembah kepada Allah SWT. Dalam dakwah ini rasulullah mendapat penentangan yang keras dari masyarakat Arab. Bahkan paman beliau yang bernama Abu Lahab dengan keras  menentang dakwah nabi ini. Kerasnya penentangan Abu Lahab dan perlakuannya kepada nabi menyebabkan Allah menurunkan surat al lahab yang berisi kecaman dan laknat terhadap Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil.
Meskipun penentangan terhadap nabi begitu gencar, hati rasulullah saw tidak bergeming untuk selalu mengajak umat dan masyarakat Arab untuk mengesakan Allah. Berbagai kecaman dan ancaman baik secara fisik maupun psikis dihadapi beliau dengan tabah dan sabar. Berulangkali beliau dan para pengikutnya mendapat ancaman dan penyiksaan, akan tetapi beliau dan para pengikutnya semakin kuat dalam keimanannya kepada Allah SWT. Semakin hari pengikutnya semakin bertambah sehingga orang – orang kafir melakukan boikot kepada umat islam. Pemboikotan ini di lakukan di sebuah lembah bernama syi’ib sampai akhirnya kertas yang berisi pemboikotan itu di sobek oleh orang – orang yang simpatik terhadap nasib umat islam.
Setelah masa pemboikotan berlalu rasulullah saw menghadapi masa – masa yang sulit karena ditinggal oleh dua pilar yang selalu menopang dakwah beliau yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Keduanya berpulang kehadirat Allah di tahun yang sama hanya berselang tiga hari. Kondisi ini menyebabkan rasulullah saw merasakan kesedihan yang luar biasa sehingga tahu ini dikenal dengan nama ‘amul huzni yang artinya tahun duka cita.
Menjelang tahun ke 13 kenabian Allah memerintahkan rasulullah saw untuk hijrah ke Madinah. Rasulullah bersama pengikut setianya hijrah ke Madinah. Di Madinah inilah dakwah rasulullah mendapat sambutan yang hangat sampai akhirnya islam berkembang dengan sangat cepat. Puncak kemenangan islam terjadi pada tahun ke 8 H ketika rasulullah saw bersama 10.000 umat islam bergerak ke Makkah untuk menundukkan kota Makkah. Penundukan kota Makkah ini dikenal dengan nama Fathu Makkah. Setelah peristiwa ini masyarakat Arab berbondong – bondong memeluk islam. Sempurnalah risalah rasulullah saw dalam menyampaikan dakwahnya hingga rasulullah saw akhirnya dipanggil menghadap Allah SWT. Allahu A’lam

Senin, 30 November 2015

Tarikat

Tarikat secara harfiyah artinya jalan. Sedangkan secara istilah tarikat adalah sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat - sifat yang tercela dan mengisinya dengan sifat - sifat terpuji dan memperbanyak dzikir dengan penuh ikhlas semata - mata untuk mengharap bertemu dan bersatu secara ruhaniah dengan Tuhan. Tarikat adalah sarana yang dilalui oleh seseorang yang menghendaki wushul kepada Allah SWT.
Pada dasarnya tarikat untuk sampai kepada Allah sangat banyak jumlahnya bahkan ada yang mengatakan bahwa jumlahnya sebagaimana jumlah keluar masuknya nafas. Di Indonesia tarikat yang banyak berkembang adalah qadiriyah, naqsabandiyah, khalwatiyah, khalidiyah, dll. Tarikat - tarikat ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Disamping tarikah diatas ada ajaran tasawuf di Indonesia yang berkembang dengan pesat yaitu Shalawat Wahidiyah. Shalawat Wahidiyah lahir di Kediri tepatnya di Pondok Pesantren Kedunglo Al Munadhdharah. Pondok ini didirikan oleh KH Moehammad Ma'roef Qs. wa RA salah satu murid dari Syaikh Khalil Bangkalan Madura. Shalawat wahidiyah ini dita'lif oleh putranya yang bernama KH Abdoel Madjid Ma'roef QS wa RA sekitar tahun 1962M. 
Sebagaimana dikisahkan bahwa shalawat ini dita'lif oleh beliau karena beliau mendapatkan alamat ghaib yaitu supaya beliau menyelamatkan umat manusia. Beliau lalu riyadlah dengan mmperbanyak bacaan shalawat sampai akhirnya lahirlah darii ta'lifan beliau shalawat wahidiyah dan ajarannya.
Shalawat wahidiyah memberi faedah yaitu menjernihkan hati dan ma';rifat billah. Shalawat ini tersebar luas di wilayah Indonesia bahkan sampai diluar negeri.
Dari sisi ajaran dan fungsinya maka shalawat wahidiyah ini bisa dikategorikan shalawat meskipun penamaannya bukanlah dengan nama tarikat. Kajian ini bisa ditemukan dalam penelitian Shahi Huda dalam bukunya Tasawuf Kultural dan juga Van Bruinessen dalam buku Kitab Kuning.
Meski shalawat wahidiyah pernah mengalami penentangan dari para ulama khususnya meereka yang ada dalam Nahdlatul Ulama' namun  shalawat wahidiyah telah secara resmi dan legal diakui pemerinatah dan bukan termasuk ajaran yang menyimpang. Selain itu ternyata pada dekade akhir ini dibawah kepemimpinan putra KH Abdoel Madjid Ma'roef QS wa RA yaitu KH Abdoel Latief Madjid RA wahidiyah telah mengalami perkembangan yang pesat dan mencapai jumlah yang sangat luar biasa. Shalawat ini telah menyebar keseluruh Indonesia dan diluar negeri. Allahu A'lam

Insan Kamil

Secara harfiah insan artinya manusia, sedangkan kamil artinya sempurna. Insan kamil artinya manusia sempurna. Sedangkan secara terminologi insan kamil memiliki pengertian manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara benar menurut akhlak islami.
Insan kamil merupakan kondisi rohaniah seseorang yang telah mampu mencapai wushul kepada Allah sehingga mereka mampu menemukan kebenaran hakiki. Kebenaran itu akan terwujud dalam setiap perilaku seorang sufi. Untuk mencapai kondisi ini seseorang harus berusaha dengan melakukan penyucian diri yang biasanya akan dilatih melalui riyadlah dan mujahadah.
Pada awalnya dalam  menempuh perjalanan untuk mencapai wusul kepada Allah seorang salik akan memperbanyak dzikir kepada Allah. Dzikir itu pada mulanya akan dibaca secara jahri.
Dzikir Jahrii ini dimaksudkan untuk menuntun hati seorang sufi agar bisa berkonsentrasi mengingat Allah. Hal ini dikarenakan untuk mengingat Allah dengan hati adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Sehingga diperlukan dzikir jahri untuk menuntun hati agar bisa dzikir bilqalbi.
Dengan memperbanyak dzikir bil jahri maka seseorang setahap demi setahap akan meningkat menjadai dzikir bil qalbi. Ketika dzikir itu sudah menjadi darah daging dan seorang salaik telah mendapatkan pencerahan dengan hidayah Allah maka ia akan mampu mengingat atau dzikir kepada Allah di setiap waktunya.
Dengan mengingat Allah maka hati akan tenang. Ketika hati sudah tenang maka setiap orang akan mampu untuk memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya. Kondisi rohaniahnya akan secara terus menerus mengingat Allah sementara dzahirnya akan mewujudkan keadaan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam kondisi seperti inilah al Jilli menyebut manusia yang telah sampai kepada keaadaan ini sebagai insan kamil.
Insan Kamil adalah manusia yang mampu merepresentasikan tugas - tugas manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Mereka mampu merepresentasikan sifat - sifat Allah dimuka bumi dengan akhlakul karimah.
Wallahu A'lam bish shawab.....

Sabtu, 28 November 2015

Syukur Nikmat



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين وعلى أله وأصحابه أجمعين لآحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم أما بعد

Bapak ibu dewan juri yang kami hormati
Teman – teman yang aku sayangi
Alhamdulillah, dalam kesempatan pagi ini marilah kita senantiasa memanjatkan puja puji tasyakkur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat nikmatnya kita dapat berkumpul di majlis yang insya Allah mubarakah ini dalam keadaan sehat wal afiyat tak kurang suatu apa
Shalawat salam semoga senantiasa Allah limpahkan keharibaan beliau rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa kita nanti – nantikan syafaatnya di hari kiamat
Hadirin hadirat teman – teman yang berbahagia
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato dengan judul mensyukuri nikmat.
Teman – teman yang berbahagia, betapa banyak nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita umat manusia. Seandainya manusia hendak menghitung nikmat Allah yang telah ia terima niscaya mereka tidak akan mampu menghitungnya.
Allah SWT berfirman di dalam al qur’anul karim surat Ibrahim ayat 34:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Dan jikalau kalian hendak menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan mampu menghitungnya. Qs. Ibrahim 34
Teman – teman yang berbahagia betapa banyak nikmat Allh yang telah diberikan kepada kita, hingga apabila kita mau menghitung niscaya tidak akan mampu dan tidak akan pernah mampu kita menghitungnya. Coba kita bayangkan teman – teman mulai dari fisik kita, betapa Allah menciptakannya dengan penuh kesempurnaan. Kita punya tangan yang dengan tangan itu kita bisa memegang, mengambil bahkan memukul. Kita punya mata yang dengan mata kita bisa menyaksikan betapa indahnya alam ciptaan Allah ini. Lebih dari itu teman – teman. Dari fisik kita yang sempurna Allah limpahkan lagi kepada kita nikmat akal yang sempurna. Dengan akal manusia bisa dibedakan dengan makhluk lainnya. Dengan akal, manusia dapat menaklukkan binatang, tumbuhan bahkan dunia sekalipun. Sungguh betapa besar nikmat Allah kepada kita.
Oleh sebab itulah teman – teman,  marilah nikmat Allah itu kita syukuri. Apabila nikmat Allah itu kita syukuri maka Allah akan menambahkan nikmat itu kepada kita. Tetapi apabila nikmat itu kita kufuri, maka adzab Allah sanagatlah pedih.Allah SWT berfirman didalam al qur’anul karim surat ibrahim ayat 7:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Sungguh seandainya kalian bersyukur, pasti Aku akan tambahkan nikmtku kepada kalian, tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.
Teman – teman yang berbahagia,
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan, ada kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.

وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jumat, 27 November 2015

THALABUL ILMI




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى أله وأصحابه أجمعين لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم أما بعد
Kepada bapak ‘alim ulama’ yang kami hormati
Dewan juri yang kami hormati
Ustadz ustadzah yang kami tha’ati
Hadirin hadirot rekan – rekanita yang dirahmati Allah
Dalam kesempatan yang mulia nan penuh barakah ini marilah kita senantiasa memanjatkan puja puji tasyakkur kehadirat Allah SWT yang sampai detik ini masih memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita bersama sehingga kita dapat berkumpul di majlis yang penuh barakah ini dalam keadaan sehat wal afiyat tanpa kurang suatu apa.
Shalawat salam barakah yang seindah – indahnya semoga senantiasa terlimpah ruah kepangkuan beliau rasulullah saw yang senantiasa kita nanti – nantikan syafaatnya min yaumina hadza ila yaumil qiyamah.
Selanjutnya izinkan saya menyampikan pidato dengan judul thalabul ilmi.
Hadirin yang dirahmati Allah
Ilmu adalah hal yang penting dalam kehidupan ini. Begitu pentingnya ilmu hingga beliau rasulullah SAW bersabda:
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة من المهد إلى اللحد
Menuntut ilmu itu sangat wajib bagi setiap muslim laki – laki dan perempuan dari lahir sampai liang lahat.
Hadirin yang dirahmati Allah
Didalam hadis ini kata faridlatun diakhiri dengan huruf  tak. Tak dalam kata ini bukanlah tak untuk menunjukkan arti muannats, tetapi tak dalam lafadz ini menunjukkan arti muballaghah yang artinya sangat.
Hadirin yang dirahmati Allah
Mengapa rasulullah saw mengatakan demikian? Padahal ketika perintah shalat, zakat, haji itu hanya wajib. Mengapa kalau menuntut ilmu sangat wajib??
Hadirin yang dirahmati Allah
Rasulullah saw mengatakan demikian karena setiap amal perbuatan yang dilakukan tanpa ilmu itu sia – sia alias ditolak. Sebagaimana seorang yang hendak membuat roti, ia tidak tahu apa bahannya, bagaimana cara membuatnya, mana mungkin roti itu bisa jadi? Tidak mungkin roti itu bisa jadi.
Oleh karena itu hadirin rekank yang berbahagia
Marilah kita menuntut ilmu setinggi – tingginya, jangan malas karena penyesalan itu adalah bagi orang – orang yang malas.
Demikian pidato yang saya sampaikan ada kurang dan lebihnya saya mohon maaf yang sebesar – besarnya.
Santen toyaning klopo
Cekap semanten atur kawulo
Menawi lepat nyuwun pangapuro….

وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...