I Anjuran Menuntut Ilmu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ
فِيْهِ عِلْمًا إِلَّا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ وَمَنْ
أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ (رَوَاهُ ابو دود)
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang laki – laki yang meniti jalan untuk
mencari ilmu melainkan Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surge. Dan
barangsiapa yang lambat amalannya maka nasabnya tidak akan memberinya manfaat.”
(HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه الترمذي)
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: “
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan disuatu jalan untuk mencari
ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge.” (HR. Tirmidzi)
II
Mencatat Ilmu
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنْتُ
أَكْتُبُ كُلَّ شَيْئٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُرِيْدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوْا أَتَكْتُبُ كُلَّ
شَيْئٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ
يَتَكَلَّمُ فِى الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ
لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى
فِيْهِ فَقَالَ اُكْتُبْ فَوَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ
إِلَّا حَقٌّ (رواه أبو داود)
Artinya: “Dari Abdullah bin Amru ia berkata, “Aku
menulis segala sesuatu yang aku dengar dari rasulullah saw , agar aku bias
menghafalnya. Kemudian orang – orang Quraisy melarangku dan mereka berkata, ‘
Apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang engkau dengar, sementara
rasulullah saw adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan
senang?’ Aku pun tidak menulis lagi, kemudian hal itu aku ceritakan kepada
rasulullah saw. Beliau lalu berisyarat dengan meletakkan jarinya pada mulut,
lalu bersabda: “Tulislah, demi jiwaku yang ada di tanganNya, tidaklah keluar
darinya (mulut) kecuali kebenaran.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ
مَكَّةُ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْخُطْبَةَ
خُطْبَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ
أَهْلِ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أَبُوْ شَاهَ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ
اُكْتُبُوْا لِى فَقَالَ اُكْتُبُوْا لِأَبِيْ شَاهَ (رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: ‘ ketika
Makkah ditaklukkan, Nabi SAW berdiri … kemudian Abu Hurairah menyebutkan
khutbah Nabi SAW, ia berkata,:”Kemudian seorang laki – laki dari penduduk Yaman
yang bernama Abu Syah berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, tuliskan untukku!
Lalu beliau bersabda: “Tuliskan untuk Abu Syah!”
III
Mengulang – Ulang Ilmu dan Berbicara Tanpa Ilmu
عَنْ أَبِيْ سَلَّامٍ عَنْ رَجُلٍ خَدَمَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا حَدَّثَ حَدِيْثًا أَعَادَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
(رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Abu Sallam dari
seorang laki – laki yang melayani Nabi SAW , bahwa Nabi SAW apabila
menceritakan suatu hadis maka beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.” (HR Abu
Dawud)
عَنْ جُنْدُبٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بِرَأْيِهِ
فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ (رواه أبو داود)
Artinya : “Dari Jundub ia berkata, “Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa berbicara tentang kitabullah ‘azza wajalla menggunakan
pendapatnya, meskipun benar maka ia telah salah.” (HR Abu Dawud)
IV
Hati – Hati dalam Memberi Fatwa
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ سَعْدٍ عَنِ الصُّنَابِحِيِّ
عَنْ مُعَاوِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ
الْغُلُوْطَاتِ (رواه أبو داود)
Artinya : Dari Abdullah bin Sa’dan dari Ash
Shunabihi dari Muawiyah bahwa Nabi SAW telah melarang dari permasalahan –
permasalahan yang sulit. (HR Abu Dawud)
حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِىُّ عَنْ
عَبْدِ اللهِ ابْنِ سَعْدٍ عَنِ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْغُلُوْطَاتِ قَالَ
الْأَوْزَاعِيُّ الْغُلُوْطَاتُ شِدَادُ الْمَسَائِلِ وَصِعَابُهَا (رواه أحمد)
Artinya : Telah bercerita kepada kami Al Auza’I
dari Abdullah bin Sa’ad dari Ash Shunabihi dari seorang sahabat nabi saw
berkata: rasulullah saw melarang ghuluthat. Berkata AL Auza’i: Ghuluthat adalah
masalah – masalah yang rumit dan sulit. (HR. Ahmad)
V
Larangan Menyembunyikan Ilmu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ
اللهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقٍيَامَةِ (رواه أبو داود)
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah
saw bersabda: “Barangsiapa ditanya mengenai suatu ilmu dan ia
menyembunyikannya, maka ia akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka pada
hari kiamat.” (HR Abu Dawud)
عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ
ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (رواه الترمذي)
Artinya: Dari Atha’ dari Abu Hurairah ia berkata,
rasulullah saw bersabda: “barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia
ketahui kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat
dengan cambuk dari neraka. (HR At Tirmidzi)
VI
Keutamaan Menyebarkan Ilmu
عَنْ زَيْدِ ابْنِ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ نَضَّرَ اللهُ امْرَأًسَمِعَ
مِنَّا حَدِيْثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى
مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ (رواه أبو
داود)
Artinya: Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang
mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain,
berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan
berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ
أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللهُ
امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًافَبَلَّغَهُ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَحْفَظُ مِنْ
سَامِعٍ (رواه ابن ماجه)
Artinya: Dari Abdurrahman bin Abdullah dari
bapaknya ddari Nabi SAW, beliau bersabda: “Allah akan memperindah seseorang
yang mendengar satu hadis dari kami kemudian menyampaikannya. Berapa banyak
orang yang disampaikan hadis kepadanya lebih hafal dari orang yang
mendengarnya” (HR. Ibnu Majah)
VII
Menuntut Ilmu bukan karena Allah
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ
وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا
مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه أبو
داود)
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata,
“Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya
karena Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk
mendapatkan sebagian ddari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya surge
pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)
VIII Belajar
Kepada Selain orang muslim
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِّثُوْا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ وَلاَ
حَرَجَ (رواه أبو داود)
Artinya: dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda: “Ceritakanlah riwayat dari Bani Israil , dan itu tidak mengapa.”
(HR. Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ أَيَةً
وَحَدِّثُوْا عَنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ
مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi SAW
bersabda: “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang
kalian dengar) dari Bani Israil ddan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang
berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap – siaplahh menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR Bukhari)
IX
Riwayat Ahli Kitab
أَخْبَرَنِيْ ابْنُ أَبِيْ نَمْلَةَ
الْأَنْصَارِيُّ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ رَجُلٌ مِنَ الْيَهُوْدِ مُرَّ
بِجَنَازَةٍ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَتَكَلَّمُ هَذِهِ الْجَنَازَةُ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللهُ أَعْلَمُ فَقَالَ
الْيَهُوْدِيُّ إِنَّهَا تَتَكَلَّمُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلاَ تُصَدِّقُوْهُمْ
وَلاَ تُكَذِّبُوْهُمْ وَقُوْلُوْا أَمَنَّا بِاللهِ وَرُسُلِهِ فَإٍنْ كَانَ
بَاطِلاً لَمْ تُصَدِّقُوْهُ وَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ تُكَذِّبُوْهُ ( رواه أبو
داود)
Artinya: Telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abi
Namlah Al Anshari dari ayahnya bahwa ketika ia sedang duduk di sisi rasulullah
saw yang saat itu disisi beliau ada seorang Yahudi, lewatnya jenazah didepan
beliau. Lalu orang Yahudi itu berkata: “Wahai Muhammad, apakah jenazah ini
berbicara?” Nabi SAW kemudian menjawab: “Allah lebih mengetahui.”Orang Yahudi
itupun berkata, “Sesungguhnya jenazah tersebut berbicara.” Rasulullah saw
bersabda : “Apa yang diceritakan oleh orang – orang ahli kitab kepada kalian
maka janganlah kalian percayai atau kalian dustakan. Tetapi katakanlah, aku
beriman kepada Allah dan para RasulNya.’ Jika mereka dusta maka kalian tidak
mempercayainya dan jika benar maka kalian tidak mendustakannya.” (HR Abu Dawud)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ أَهْلُ
الْكِتَابِ يَقْرَئُوْنَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُوْنَهَا
بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَتُصَدِّقُوْا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلاَ تُكَذِّبُوْهُمْ
وَقُوْلُوْا أَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ
الأَيَةَ (رواه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, Ahli kitab
membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa arab untuk
pemeluk Islam! Spontan rasulullah saw bersabda: “Jangan kalian benarkan ahli
kitab, dan jangan pula kalian mendustakannya, dan katakana saja (Kami beriman
kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu).”(HR. Bukhari)
X
Teguran Keras Berdusta atas nama Rasulullah
عَنْ عَامِرِ بْنِ
عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ مَا
يَمْنَعُكَ أَنْ تُحَدِّثَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَا يُحَدِّثُ عَنْهُ أَصْحَابُهُ فَقَالَ أَمَا وَاللهِ لَقَدْ كَانَ لِى
مِنْهُ وَجْهٌ وَمَنْزِلَةٌ وَلَكِنِّى سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ
مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه أبو داود)
Artinya: Dari Amir bin Abdullah bin Az Zubair
dari ayahnya ia berkata, Äku tanyakan kepada Az Zubair, Äpa yang menghalangimu
untuk menceritakan dari rasulullah saw sebagaimana yang diceritakan para
sahabatnya? Kemudian ia menjawab, “Sungguh aku mempunyai posisi dan kedudukan
di sisi rasulullah saw, akan tetapi aku mendengar beliau bersabda : “Barangsiapa
berdusta kepadaku dengan sengaja maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di
neraka.” (HR Abu Dawud)
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّهُ
لَيَمْنَعُنِيْ أَنْ أُحَدِّثَكُمْ حَدِيْثًا كَثِيْرًا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya: Dari Anas bin Malik bahwasannya dia
berkata, ‘Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadis yang
banyak kepada kalian adalah, bahwa rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang
secara sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati
tempat duduknya dari neraka.” (HR. Muslim)
XI
Mengeraskan Suara dalam menyampaikan ilmu
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ تَخَلَّفَ
عَنَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَا هَا
فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ فَجَعَلْنَا
نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ
مِنَ النَّارِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا
Artinya: Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi saw
pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan hingga
beliau mendapatkan kami sementara waktu shalat sudah hamper habis, kami
berwudlu dengan hanya mengusap kaki kami. Maka nabi saw berseru dengan suara
yang keras: “celakalah bagi tumit – tumit yang tidak basah akan masuk neraka.”
Beliau serukan hingga dua atau tiga kali. (HR. Bukhari)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَي
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا يَتَوَضَّؤُوْنَ فَرَأَي
أَعْقَابَهُمْ تَلُوْحُ فَقَالَ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوْا
الْوُضُوْءَ ( رواه النسائ)
Artinya: Dari Abdullah bin Amru dia berkata,
Rasulullah SAW melihat suatu kaum sedang berwudlu dan beliau melihat tumit –
tumit mereka belum kena air, lalu beliau bersabda: “Celakalah tumit – tumit
yang tak tersentuh air wudlu dari api neraka. Sempurnakanlah wudlu kalian.” (HR
An Nasai)
XII Memilih Waktu Yang Tepat
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلْنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِى الْأَيَّامِ
كَرَاهَةَ السَّامَّةِ عَلَيْنَا (رواه البخاري)
Artinya: Dari Ibnu Masúd berkata, bahwa Nabi SAW
mengatur penyampaian nasehat kepada kami dalam beberapa hari karena tidak mau
membuat kami jemu. (HR Bukhari)
عَنْ عَبْدِ اللهِ أَنَّهُ قَالَ إِنِّي لَأُخْبَرُ
بِجَمَاعَتِكُمْ فَيَمْنَعُنِي الْخُرُوْجَ إِلَيْكُمْ خَشْيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا فِى
الْأَيَّامِ بِالْمَوْعِظَةِ خَشْيَةَ السَّامَةِ عَلَيْنَا (رواه أحمد)
Artinya : Dari Abdullah bahwa ia berkata:
“Sesungguhnya aku telah diberitahu perkumpulan kalian ini, namun aku enggan
keluar karena khawatir membuat kalian bosan, Rasulullah saw pernah menyela –
nyela hari untuk memberi nasehat, khawatir membuat kami bosan.” (HR Ahmad)
XIII
Tekun Dalam Mencari Ilmu dan Hikmah
حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيْلُ ابْنُ أَبِيْ حَازِمٍ
قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ ابْنَ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَحَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ
مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى
الْحَقِّ وَرَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِيْ بِهَا
وَيُعَلِّمُهَا (رواه البخاري)
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ismail bin
Abu Khalid dengan lafald hadis yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari
Az Zuhri berkata, aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata, aku mendengar
Abdullah bin Mas’ud berkata, Nabi saw bersabda: “Tidak boleh mendengki kecuali
terhadap dua hal, (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia
pergunakan harta tersebut dijalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan
hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR Bukhari)
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ
ابْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ
اللهُ هَذَاالْكِتَابَ فَقَامَ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ
أَتَاهُ اللهُ مَالًا فَتَصَدَّقَ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَنَاءَ النَّهَارِ
(رواه مسلم)
Artinya: Dari Ibnu Syihab ia berkata, telah
mengabarkan kepadaku Salim bin Abdullah bin Umar dari bapaknya ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (pertama)
kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur’an, hingga ia
membacanya siang dan malam. (kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah
harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (dijalan Allah)”
(HR Muslim)
Komentar
Posting Komentar