Megengan




Megengan atau wahgeng adalah berakhirnya bulan Sya’ban / Ruwah dan dimulainya bulan suci Ramadlan. Dalam tradisi masyarakat Jawa khususnya warga Nahdliyyin di Jawa Timur tradisi “megengan” ini sangat popular.  Megengan merupakn luapan rasa syukur kepada Allah atas kenikmatan dan kesempatan yang diberikan untuk memasuki bulan suci Ramadlan, bulan yang mulia, penuh ampunan dan dilipatgandakannya amal setiap muslim yang mau beribadah mendekat kepada Allah, Khaliqul Anam.

Pada masyarakat Jawa Timur khususnya tradisi ini biasanya dilakukan dengan mengundang sanak family, tetangga dan karib kerabat kerumah dan mengadakan selamatan. Umumnya mereka berdo’a dengan maksud mengirim leluhur (mendo’akan ahli kubur) yang telah mendahului agar mereka diampuni segala kesalahannya dan diterima amal baiknya sehingga ditempatkan di surga Allah SWT. Selain itu mereka juga berdo’a semoga di dalam menjalani puasa di bulan suci Ramadlan diberi kemudahan dan kelancaran sehingga selamat baik dunia maupun akhiratnya.

Di daerah Jawa Tengah terdapat tradisi serupa dalam menyambut bulan suci Ramadlan. Akan tetapi tradisi ini dikalangan masyarakat Jawa Tengan di kenal dengan nama “Punggahan”. Masyarakat Jawa Tengah memiliki keyakinan  bahwa pada bulan suci Ramadlan seluruh arwah ahli kubur diangkat oleh Allah ke langit (di unggahne) untuk menyaksikan (menjadi saksi) terhadap anak cucu mereka yang masih hidup dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan. Oleh karenanya diadakan selamatan guna untuk meminta kepada Allah agar di beri kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah – ibadah yang lain di bulan suci Ramadlan.

Bagi masyarakat Jawa Timur, tradisi megengan biasanya dimulai setelah tanggal 15 bulan Sya’ban atau yang lebih popular dikenal dengan nama nishfu sya’ban. Megengan diadakan dari satu rumah ke rumah yang lain. Biasanya sepulang dari megengan mereka membawa “Berkat”. Berkat berasal dari Bahasa Arab barakah yang artinya adalah tambahnya kebaikan yang bersifat ghaib. Tradisi semacam ini adalah hasil dari kecerdasan para auliya’ yang menyebarkan agama islam di Jawa melalui pendekatan tradisi atau budaya.

Di dalam berkat tersebut biasanya terdapat ‘apem’. Apem berasal dari Bahasa Arab ‘afwun yang artinya adalah ampunan. Setelah diadakannya selamatan tersebut diharapkan Allah akan memberikan ampunan baik kepada semua ahli kubur yang telah mendahului maupun kepada yang masih hidup. Selain itu terdapat ‘kulupan’. Kulupan sebenarnya juga berasal dari Bahasa Arab Quluban yang artinya hati. Kulupan terdiri dari beberapa macam sayuran (dedaunan) yang di campur dengan kelopo, capar dll yang menggambarkan tentang carut marutnya hati. Hati manusia senantiasa terisi dengan berbagai hal yang dapat menyebabkan manusia sibuk dengan berbagai urusan  yang tidak akan kunjung selesai. Oleh karenanya dilakukan selamatan dan do’a bersama dengan maksud agar hati dituntun oleh penguasa hati “Allah SWT” agar senantiasa berjalan dijalan yang benar dan diridlai Allah SWT.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang ada pada tradisi megengan, nyatanya tradisi ini telah melekat dan menjadi darah daging di masyarakat khususnya masyarakat Jawa Timur. Banyak sisi positif  yang dapat diambil dari tradisi ini terutama dalam mengikat ukhuwah dan kebersamaan diantara masyarakat. Silaturrahmi semakin kuat terjalin dalam kehidupan sesama muslim tanpa membedakan status kaya, miskin, pejabat maupun rakyat.  Kekuatan semacam inilah yang menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang kuat dengan berbagai Kebhinekaan yang ada di dalamnya. Semoga saja tradisi semacam ini tetap lestari dengan mengambil bentuk yang lebih baik lagi sesuai dengan kaidah ushulul fiqh :

اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالْأَخْذُ بِالْجَدِيْدِ الْأَصْلَحِ

Artinya: Melestarikan budaya lama yang baik dan mengambil budaya baru yang lebih baik.

Harapan kita bersama sebagai umat muslim Indonesia yang akrab dengan berbagai perbedaan, mudah – mudahan perbedaan yang ada menjadi rahmad yang bisa membawa kebaikan kepada kita bersama. Kebaikan baik dunia maupun akhirat. Mudah – mudahan Ramadlan yang akan datang dapat kita maksimalkan untuk semakin menambah taqarrub kita kepada Allah SWT. Amin. Allahu A’lam….

Komentar