لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ
عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْأَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْأَنَهُ
(18)
Artinya:
“Janganlah engkau terburu – buru menggerakkan lisanmu untuk menghafalnya (al
Qur’an) (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dalam hatimu
dan membacakannya (17) Maka ketika Kami telah membacakannya, ikutilah bacaannya(18)”.
(Q.S. al Qiyamah; 16 – 18)
Secara eksplisit khitab ayat diatas adalah Nabi Muhammad SAW ketika
beliau menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril. Disaat
Malaikat Jibril menyampaikan al Qur’an beliau ingin segera menghafal dengan
mengikuti bacaan Malaikat Jibril meski ia belum selesai membacakan wahyu
tersebut. Oleh karena itulah Allah menegur beliau dengan menurunkan ayat ini.
Meski secara eksplisit khithabnya adalah Nabi Muhammad SAW akan tetapi
kalua kita mau memperhatikan dan mencermati lebih dalam lagi khitab ini bisa
berlaku umum untuk semua umat islam. Ayat ini mengisyaratkan bahwa salah satu
sifat naluriah yang ada dalam diri manusia adalah sifat terburu – buru (‘ajalah).
Sifat ‘ajalah atau terburu – buru bukanlah sifat yang baik. Sifat terburu
– buru pada hakikatnya berasal dari syaithan. Syaithan adalah musuh yang nyata
bagi setiap anak Adam. Oleh karena itu apapun akan dia lakukan demi untuk
menyesatkan manusia. Kecenderungan manusia selalu menginginkan hal yang serba
instan, cepat dan segera. Sifat semacam ini akhirnya seringkali mendorong
manusia untuk berlaku diluar ketentuan yang seharusnya, melanggar norma dan
aturan yang ada. Hal inilah yang menyebabkan mereka terjebak dalam kehidupan
semu yang tidak membuat hati mereka bahagia.
Di era modern semacam ini kemampuan masyarakat semakin meningkat
didukung dengan tersedianya berbagai fasilitas yang mendukung mereka untuk
melakukan segala hal dalam waktu sesingkat singkatnya. Dalam hal makanan
misalnya,, banyak produk instan yang disuguhkan dan disajikan dengan iklan dan
promosi yang sangat menggiurkan tentunya. Masyarakat modern cenderung menikmati
hal hal ini sebagai pola keshariannya, padahal kalua mau berfikir efeknya
sungguh sangat berbahaya. Demikian halnya dengan minuman dan produk lain
semisalnya.
Inilah semestinya hal yang perlu diperhatikan dan perlu
diantisipasi oleh setiap manusia. Jangan mudah percaya dengan iklan dan layanan
yang serba instan (‘ajalah). Tidak mungkin kesuksesan bisa diraih dengan cara
yang instan. Semua hal memerlukan proses yang terus menerus dan
berkesinambungan. Usaha yang sungguh – sungguh akan menjadi modal kita neraih
kesuksesan dimasa yang akan datang. Ingatlah qaul ba’dlul ‘ulama:
إِجْهَدْ وَلَا تَكْسَلْ وَلَا
تَكُ غَافِلًا فَنَدَامَةُ الْعُقْبَي لِمَنْ يَتَكَاسَلُ
Artinya:
“Bersungguh – sungguhlah dan jangan malas dan jangan engkau lengah, karena
penyesalan itu adalah bagi mereka yang malas.”
Komentar
Posting Komentar