Seringkali kita melihat dan mendengar ada orang yang beranggapan
bahwa dia akan masuk surga karena merasa telah memiliki amal yang baik. Tidak jarang
juga kita menjumpai orang yang tidak mau bergaul dengan sesamanya dengan dalih
bahwa orang yang ia jauhi bukanlah orang yang ahli ibadah (secara lahiriyah). Banyak
juga yang memakai pakaian serba putih, bersurban, berjenggot panjang dsb yang
sering menyalahkan bahkan mengkafirkan yang lain karena memiliki pemahaman yang
berbeda. Pertanyaannya apakah pemahaman semacam ini sudah menjamin seseorang
masuk surga? Benarkah seseorang bisa masuk surga karena amalnya? Adakah amal
yang dapat menjadikan seseorang masuk surga?
Mahir Ahmad Ash Syufiy dalam Ensiklopedia Akhirat, Surga Kenikmatan
Yang Kekal mengatakan; “Suatu amal meskipun telah sampai pada puncak
tertinggi dalam derajat suatu ibadah dan ketaqwaan seseorang, nilainya tetap
tidak akan sampai pada posisi pantas untuk mewarisi surga, atau sekadar tinggal
di dalamnya. Hal ini disebabkan surga tidak ubahnya seperti lautan yang penuh,
sedangkan amal seorang hamba seperti setitik air dari lautan yang penuh
tersebut.”
Menurutnya tidak ada alasan seseorang masuk ke surga karena amal
yang telah diperbuatnya. Seberapa banyak ketaatan yang telah dilakukan
seseorang belumlah pantas memasukkannya ke dalam surga. Namun, pada
kenyataannya terkadang kita mendengar kelakar dari seseorang bahwa dia akan
masuk surga. Pendapat Mahir Ahmad Ash Shufiy ini sejalan dengan hadis yang
diceritakan Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Teruslah berjuang
dan berusaha mendekat kepada Allah. Bergembiralah sebab amal seseorang tidak
dapat memasukkannya ke dalam surga.” Para
sahabat bertanya, “Apakah engkau juga, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya,
akuu juga, tetapi Allah SWT menaungi aku dengan ampunan dan rahmad.” (H.R. Bukhari)
Hadis diatas menegaskan kepada semua umat islam bahwa tidak ada
amal seseorang yang menyebabkan dia pantas untuk masuk ke dalam surga. Surga
adalah tempat mulia yang hanya bisa di huni dan di tempati oleh orang – orang yang
mendapat ampunan dan rahmad Allah SWT. Bahkan amal yang telah di kerjakan oleh
manusia pilihan kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad saw. pun tidak mampu
menjadikan beliau layak untuk masuk surga berdasarkan hadis tersebut. Apalagi kita
yang seringkali berbuat dosa dan maksiat, lalai dan sering berdalih karena ini
dan itu saat adzan berkumandang.
Lantas apakah hadis tersebut menjadikan Nabi Muhammad saw. tidak
maksum? Justru hadis tersebut memperkuat kemaksuman Nabi Muhammad saw. Ini
dapat kita pahami dari lanjutan hadis diatas yang menyebutkan, “Tetapi Allah
SWT menaungi aku dengan ampunan dan rahmad.” Pernyataan Rasulullah saw. ini
menunjukkan bahwa beliau senantiasa di naungi oleh ampunan dan rahmad Allah
yang merupakan perwujudan dari ‘kemaksuman’ itu.
Selain hadis riwayat Aisyah r.a., Abu Hurairah r.a. menceritakan
bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tak satu pun amal seseorang yang mampu
membuatnya beruntung.” Para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga, wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya, aku juga, tetapi Allah menaungi aku
dengan ampunan dan rahmad. Oleh karena itu, teruslah berjuang dan berusaha mendekat
kepada Allah. Berjalanlah pada pagi, siang, dan sedikit malam hari. Tetapkanlah
yang menjadi tujuan yang benar hingga meraih kesuksesan.” (H.R. Bukhari)
Jika demikian, mengapa ada perhitungan amal (hisab) di akhirat
nanti? Padahal tanpa hisab sudah dapat dipastikan bahwa setiap amal manusia
tidak akan menjadikannya layak memasuki surga. Untuk apa hisab diadakan?
Jawabnya adalah bahwa Allah SWT melakukan hisab untuk menentukan
siapa diantara manusia yang pantas untuk mendapatkan ampunan dan rahmadNya. Allah
menjadikan amal shalih sebagai syarat bagi seseorang mendapatkan rahmad dan
ampunan. Tanpa amal shalih seseorang tidak akan mendapatkan rahmad dan ampunan
Allah.
Rahmad dan ampunan Allah lah yang akan mengantarkan seseorang
memasuki surga. Yaitu, tempat yang dipenuhi dengan kenikmatan yang tiada
akhirnya. Di tempat ini manusia tinggal tanpa rasa takut sedikitpun, tanpa rasa
resah dan penuh dengan kebahagiaan. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَأَمَّاالَّذِيْنَ سُعِدُوْا
فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِيْنَ فِيْهَا مَادَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا
مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوْذٍ.
Artinya: “Dan adapun orang – orang yang berbahagia maka (tempatnya)
di dalam surge, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tidak ada putus –
putusnya. (Q.S. Hud: 108)
Dalam ayat lain;
يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاءَ
كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيْدُهُ وَعْدًا
عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِيْنَ.
Artinya: “(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti
menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang
pasti Kami tepai; sungguh, Kami akan melaksanakannya. (Q.S. al Anbiya’: 104)
Firman Allah SWT:
... وَالْأَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِيْنِهِ ...
Artinya: “… padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan- Nya… (Q.S. al Zumar; 67)
Demikianlah seseorang akan masuk ke dalam surga karena ampunan dan
rahmad Allah SWT. Tanpa rahmad dan kasih sayang Allah manusia tidak akan pernah
memasuki surga. Maka mendekatlah kepada Allah semampunya. Allah akan memberikan
ampunan dan rahmadnya. Mudah – mudahan kita menjadi orang yang diampuni dan
dirahmati Allah. Semoga kita termasuk orang yang akan dimasukkan ke dalam surga
dengan rahmad dan karunia- Nya. Amin. Semoga bermanfaat…
Komentar
Posting Komentar