Ma’had al-Jami’ah Gelar Haflah Akhiris Sanah


Ma’had al-Jami’ah Gelar Haflah Akhiris Sanah
Foto bersama WR III, Mudir Ma'had, Murabbi dan K.H. Khairurrohim

Senin, 14 Mei 2018, UPT Pusat Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung menggelar acara Haflah Akhiris Sanah tahun ajaran 2017-2018. Hadir dalam acara ini Wakil Rektor III IAIN Tulungagung, Dr. H. Abad Badruzaman, Lc. M.A., Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag., Dr. H. Nur Efendi, M.Ag. asisten direktur Pascasarjana, K.H. Khairurrohim sebagai pemberi tausiyah dan mau’idlatul hasanah dan sgenap murabbi ma’had al-jami’ah.

Acara ini dimulai pada pukul 19.30 WIB dan berakhir pada pukul 22.30 WIB. Sebagai ketua panitia pelaksana dalam kegiatan ini adalah ustadzah Alfa Mardiana, M.Ud. al-hafidzah salah satu dewan murabbi dan mu’allim ma’had al-jami’ah.
Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. sedang memberikan sambutan


Dalam sambutannya Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. memberikan motivasi kepada para mahasantri untuk tetap terus bersemangat dalam belajar dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak hanya sebatas setahun ketika mereka tinggal di ma’had al-jami’ah. Tetapi menuntut ilmu bisa dilakukan di manapun dan kapanpun mereka berada. Beliau juga berpesan agar ilmu yang mereka dapatkan di ma’had al-jami’ah sebisa mungkin diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selesai haflah, mahasantri masih memiliki tugas untuk mengikuti pesantren kilat Ramadlan dan atau bisa mengikuti program Daurat a-Tahfidz di pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an. Program ini diwajibkan bagi mahasantri sebagai bekal bagi mereka dikemudian hari saat kembali ke daerah masing-masing.

Mahasantri Ma'had al-Jami'ah IAIN Tulungagung

Ma’had al-jami’ah sesungguhnya masih menginginkan keberadaan mereka untuk tinggal di ma’had. Akan tetapi, kondisi yang tidak memungkinkan sehingga perpisahan tidak mungkin terelakkan. Namun, perpisahan bukanlah untuk ditangisi, melainkan untuk dikenang. Banyak kenangan yang mereka dapatkan saat menimba ilmu di ma’had al-jami’ah yang tentunya hal ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan sepanjang hayat.

Sementara itu Dr. H. Abad Badruzaman, Lc. M.A. dalam sambutannya menyampaikan banyak hal kepada para santri. Beliau menegaskan bahwa ma’had al-jami’ah adalah bagian yang tak terpisahkan dari IAIN Tulungagung, kampus yang telah menahbiskan diri sebagai kampus dakwah dan peradaban.

Ma’had al-jami’ah memiliki andil besar dalam mensukseskan terwujudnya kampus dakwah dan peradaban. Oleh karena itu beliau sangat berharap agar seluruh elemen yang ada di IAIN Tulungagung, terutama ma’had al-jami’ah turut ambil bagian dalam mensukseskan terwujudnya kampus dakwah dan peradaban ini. Jangan berpikir apa yang diberikan kampus untuk saya, tetapi berpikirlah apa yang bisa saya berikan untuk kampus ini.

Beliau menaruh harapan besar kepada semua mahasantri ma’had al-jami’ah agar mereka bisa menjadi lumbung prestasi yang mampu mengangkat harkat IAIN Tulungagung di dunia pendidikan. Berbagai event yang bisa diikuti sedapat mungkin mahasantri ma’had al-jami’ah bisa ambil bagian di depan dan menorehkan prestasi mereka. Tentunya hal ini bukan hanya sekedar do’a melainkan pernyataan yang harus dijawab dengan bukti oleh mahasantri ma’had al-jami’ah.

Di akhir sambutannya beliau menegaskan kembali agar mahasantri tidak memiliki keraguan dalam berproses di ma’had al-jami’ah. Ma’had al-jami’ah adalah bagian tak terpisahkan dari IAIN Tulungagung, dan semua unsur pimpinan yang ada di bawah naungannya akan bahu-membahu mewujudkan IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban.

Sebagai puncak acara pada haflah akhiris sanah adalah mau’idhah hasanah yang disampaikan oleh K.H. Khairurrohim. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Jetis, Ngunggahan, Bandung, Tulungagung. Beliau juga salah satu dewan asatidz madin ma’had al-jami’ah IAIN Tulungagung.
K.H. Khairurrohim sedang menyampaikan Tausiyah

Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan pentingnya para mahasantri untuk memilih teman. Seorang yang pandai memilih teman akan mendapatkan banyak manfaat dari pertemanannya. Dalam hal ini beliau menyitir dua bait nadzam yang terdapat dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji:

“Janganlah engkau bertanya kepada seseorang tentang dirinya, tetapi tanyakanlah tentang siapa temannya, karena sesungguhnya seorang teman itu tergantung siapa temannya. Apabila temannya adalah seorang yang buruk, maka segeralah menjauhinya, dan apabila temannya itu baik, maka dekatilah.”

Beliau menjelaskan seseorang itu tergantung siapa temannya. Tidak mungkin dua orang menjadi teman akrab melainkan keduanya memiliki ide, pemikiran, dan gagasan yang sama. Seorang yang berperangai buruk dalam hidupnya akan memiliki teman karib yang juga buruk perangainya, demikian sebaliknya. Karena itu penting bagi kita untuk memilih seorang teman yang baik agar masa depan kita menjadi masa depan yang cerah.

Demikian halnya dengan memilih pasangan dalam hidup, harus di dasarkan pada unsur ketaqwaan yang paling utama. Memilih teman yang bertaqwa, suami yang bertaqwa dan istri yang bertaqwa. Seorang yang bertaqwa kepada Allah, dijamin hidupnya sesuai firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Thalaq (65); 2: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar”.

Seorang yang menjadikan taqwa sebagai pegangan dalam hidupnya akan mendapatkan banyak kesuksesan dalam hidup. Allah akan menolong setiap hamba-Nya yang mau bertaqwa kepada-Nya. Kehidupan yang di dasarkan pada nilai ketaqwaan akan berakhir kebahagiaan hingga seseorang bertemu dengan Tuhan-nya kelak di hari kiamat.

Selanjutnya beliau menjelaskan arti pentingnya memilih teman. Beliau menerangkan bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang meraih kesuksesan melainkan atas dukungan teman. Sebagai misal, K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Beliau menjadi orang sukses karena banyaknya dukungan dari para ikhwan dan sahabatnya para kyai kala itu. Kemudian perjuangan beliau dilanjutkan oleh para penerus yang se-ide dengan beliau seperti K.H. Wahid Hasyim, K.H. Wahab Hasbullah, K.H. Abdurahman Wahid dan seterusnya. Demikian halnya dengan K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, Sukarno dan Bung Hatta sebagai founding fathernya bangsa Indonesia. Mereka semua dikelilingi dan didukung oleh para sahabat dan orang-orang hebat di dekatnya.

Sekali lagi memilih teman menjadi hal penting bagi kita semua dan para mahasantri khususnya. Dengan memilih teman yang baik, semua kehidupan akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Masa depan akan semakin cerah. Nuansa fastabiqul khairat, berlomba dalam kebaikan akan semakin meningkat dalam kehidupan.

Acara haflah di akhiri dengan penampilan para musyrifah sebagai hiburan. Sekedar menghilangkan rasa kantuk dan untuk menghangatkan suasana. Dan pada akhirnya sampai jumpa di kesempatan yang akan datang.

Semoga bermanfaat...
Allahu A’lam....

Komentar