Mahasantri Madin Menulis

 

Mahasantri Madin Menulis



IAIN Tulungagung,-kini UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, memulai pembelajaran madin bagi mahasiswa baru secara keseluruhan sejak tahun 2017. Program ini dilaksanakan oleh Ma’had Al-Jami’ah sebagai salah satu UPT yang bertanggungjawab dalam menangani kemahasantrian. Program madin ini dirintis sejak tahun 2016, pasca wafatnya Mudir Ma’had Al-Jami’ah sebelumnya, KH. Sirajudin Hasan, M.Ag. yang dilanjutkan oleh Dr. KH. Teguh, M.Ag. sebagai penggantinya dengan dibantu para murabbi baru yang baru saja mendapatkan SK sebagai dosen tetap bukan PNS di lingkup IAIN Tulungagung.

Setahun setelah diberlakukannya program wajib madin ini, ada inisiatif dari beberapa murobbi dan mahasantri untuk menyusun buku antologi madin. Dengan bantuan beberapa mahasantri yang sangat bersemangat dalam menyusun buku antologi, maka lahirlah antologi madin yang pertama. Berapa jumlahnya? Satu antologi dari semua kelas yang ada. Judulnya kalau tidak salah adalah “Jejak Sang Santri; Mencari Barokah Sang Kyai”.

Karya pertama mahasantri madin ini, terbit tahun 2019. Karena mereka memang mahasantri angkatan 2018-2019. Jumlah kelasnya pada waktu itu adalah 126 kelas, dengan jumlah mahasantri madin keseluruhan berkisar antara 5300 mahasantri. Boleh dibilang hanya sebagian kecil yang menulis. Tetapi, memang ini gerakan pertama dan tentunya penuh perjuangan. Dan yang perlu tetap diingat bahwa, “Al-Fadhlu li al-mubtadi’”, keutamaan adalah bagi orang yang mengawali. Tentu, ini terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, dan memang manusia tidak ada yang sempurna.

Pasca antologi pertama ini, semangat mahasantri dalam menyusun antologi rupanya semakin membuncah. Bahkan mahasantri angkatan sebelumnya dengan sukarela membantu kerja keras para murobbi untuk mewujudkan lahirnya antologi yang kedua bagi mahasantri madin. Memang tidak mudah menumbuhkan minat para mahasantri, apalagi antologi ini dengan biaya mandiri. Tidak ada anggaran yang dialokasikan untuk mereka, sehingga program ini juga tidak diwajibkan kepada mahasantri. Hanya motivasi yang diberikan agar para mahasantri ini, tidak sekadar belajar “ngaji” semata, namun juga memiliki karya yang bisa mereka jadikan sebagai kenangan hingga akhir hayatnya.



Pada akhirnya antologi kedua bisa terealisasikan. Jumlahnya semakin bertambah. Kalau tidak salah waktu itu, 2020, jumlah antologi yang diserahkan sekitar 6-10 an. Jumlah tersebut semakin meningkat bila dibandingkan dengan jumlah antologi sebelumnya, dan lagi-lagi hal ini tidak bisa dilepaskan dari kerja keras para alumni madin untuk memberikan semangat dan motivasinya.

Ternyata, semangat ini terus ditularkan kepada adik-adik tingkatnya, sehingga pada tahun 2020-2021, jumlah antologi yang diserahkan kepada mahad sebagai dokumentasi semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa kesadaran teman-teman mahasantri semakin meningkat dalam melahirkan karya.

Alhamdulillah, pada tahun ini, 2021-2022, kembali para mahasantri melahirkan karyanya. Tentu, hal ini menjadi kebanggan bagi para pengelola mahad atas kerja keras dan jerih payah mereka dalam membangun mahad al-jami’ah. Dan saat memeriksa sampul karya mahasantri, saya menemukan satu nama yang tidak asing sebagai editornya, yakni mahasantri yang menulis di antologi madin pertama. Umi Ulfatus Syahriyah, mahasantri yang juga menjadi penulis pada antologi pertama madin. Ini membuktikan bahwa jerihpayah yang dibangun di tahun pertama penyusunan antologi madin, masih tetap berlanjut dan membuahkan hasil, sehingga dipercaya menjadi editor pada satu buku karya antologi madin. Semoga ke depan semakin baik lagi. Aamiin

Komentar