Minggu, 10 April 2022

Mawas Diri

 

Mawas Diri



Saring, Sarung, dan Sharing

Pada dasarnya manusia memiliki watak ingin tahu dan memberitahu. Keingintahuan itu terus menerus mendorong manusia berusaha mencari informasi terkait dengan data atau fakta. Setelah melalui pemilihan informasi yang berserakan (saring), akhirnya tersimpan dalam pengetahuannya (sarung), kemudian sebagai makhluk sosial manusia berusaha mentransformasikan kepada yang lain (sharing). Akan tetapi proses transformasi antara satu dengan yang lain sering menimbulkan reduksi-reduksi. Semakin panjang rantai transformasi itu, jauh dari data atau fakta sesungguhnya, bahkan dalam tingkat yang akut telah terjadi hoak. Maka setiap informasi apapun harus dirunut mulai faktanya, jangan ditelan mentah-mentah. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.)

Salah satu diantara keistimewaan manusia adalah ia diciptakan dengan potensi nafsu dan akal yang ada pada dirinya. Dengan nafsu manusia memiliki keinginan-keinginan yang dengannya, ia memiliki sifat dinamis, mengetahui berbagai hal dan memiliki ambisi untuk memperoleh satu capaian.

Nafsu tidak bisa dihilangkan dari dalam diri manusia. Sepanjang seseorang hidup, nafsu ini tetap ada. Hanya saja setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengendalikan serta cara pensikapannya pun juga beragam. Ada sebagian orang yang selalu menuruti keinginan nafsunya, dan justru ini yang paling banyak menerpa umumnya orang. Sebagian lain memilih untuk mengendalikannya dengan maksud untuk meraih hal yang lebih dalam perspektif nilai yang diyakininya.

Sabtu, 09 April 2022

Sekelumit Tentang Takdir

 

Sekelumit Tentang Takdir



“Setiap manusia memiliki takdirnya sendiri, termasuk takdir kepemimpinan. Menariknya, takdir itu tidak dapat diketahui, meski dapat diprediksi atau dicita-citakan oleh seseorang. Maka tidak salah, jika orang juga dikatakan dapat menentukan takdirnya sendiri. Dalam teori hereditas, takdir seseorang ditentukan oleh bawaan sejak lahir, secara turun temurun dari orang tuanya (galur, genetic). Sementara dalam teori lingkungan ditentukan oleh pengalaman, pendidikan, dan upaya secara praktis akademis (gelar). Karenanya, kehidupan seseorang bisa karena garis genetikanya atau juga karena upaya menciptakan takdir yang diciptakannya sendiri. Siapapun jangan pernah lelah meraih takdir.” (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.)

Kehidupan merupakan misteri yang sulit dipecahkan. Tak ada seorangpun yang tahu secara pasti, apa yang akan terjadi di masa mendatang, meskipun orang yang seringkali disebut dengan “orang pintar, dukun, maupun paranormal”. Takdir merupakan bagian dari rahasia-Nya, yang telah ditetapkan sebelum manusia dilahirkan.

Secara umum, dalam keyakinan umat muslim, percaya pada takdir merupakan rukun iman yang keenam, yaitu meyakini bahwa takdir baik dan buruk semua berasal dari Allah swt. Dalam literature islam, takdir selalu dikaitkan dengan qadha’. Qadha’ merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah sejak manusia berada di zaman azali, tepatnya setelah ruh ditiupkan ke janin manusia. Tidak ada seorangpun yang ingat bagaimana prosesnya. Kita hanya tahu dari berita yang telah disampaikan oleh rasul juga para ulama.

Sudut Pandang

 

Sudut Pandang



“Perhelatan MotoGP Mandalika telah usai. Ingat Mandalika ingat pawing hujan. Ya, pawang hujan yang bikin geger dunia medsos. Pawang dalam pengertian “kemampuan istimewa seseorang mengendalikan sesuatu (alam, hewan, manusia dan lain-lain” telah ada sejak manusia ada, dengan istilah yang berbeda-beda tentu saja. Bahkan para nabi juga memiliki daya kendali seperti itu. Sebut saja Nabi Dawud As. yang memiliki kemampuan mengendalikan angina, atau Nabi Sulaiman As. yang dapat mengendalikan hewan dan jin, bahkan Nabi Adam As. disebut sebagai khalifah fi al-ardl karena punya kemampuan mengatur dan mengendalikan alam (di bumi). Hal demikian menjadi bagian terpenting dalam sejarah umat manusia. Hanya ketika perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah (yang positivistic), hal metafisik yang wajar dan biasa, kemudian disebut sebagai klenik. Maka klenik atau ilmiah terletak pada cara dan dari mana kita memandang. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.)

Aspek “sudut pandang” memiliki peran penting bagi sejarah kehidupan manusia. Dengan “sudut pandang” satu bentuk “objek” bisa memiliki nilai berbeda antara orang satu dengan orang lainnya. Aspek ini juga yang pada akhirnya membentuk satu “keyakinan” yang mengakar dan menghunjam kuat dalam diri seseorang sehingga mayoritas kehidupannya secara otomatis akan terdampak oleh keyakinan ini.

Tentu, setiap orang memiliki “sudut pandang” tersendiri dalam menghadapi berbagai hal yang ditemukannya dalam hidup. Seorang yang melihat dan mengukur sesuatu dari aspek estetika fisik, tentu akan melihat segala persoalan dari aspek fisiknya. Objek yang dianggapnya menarik dan bagus selalu dikaitkan dengan bentuk, rupa, dan keadaan fisik semata, tanpa melihat aspek substansinya.

Ojo "Gupuh"

 

Ojo “Gupuh”



“Setiap perubahan mesti terjadi kegoncangan (turbulensi). Setiap kegoncangan menyebabkan kegelisahan, ketidakmenentuan, kebingungan, dan perasaan kegusaran lain. Seseorang yang tidak memiliki kesiapan menghadapi perubahan itu seringkali terheran-heran dan gampang kaget. Meskipun ada juga yang biasa saja dalam merespon perubahan itu. Agar tidak gampang kagetan, maka diperlukan pengetahuan yang cukup, dan pengalaman yang luas. Kesadaran, memahami, menyelarakan, dan beradaptasi dengan perubahan itu menjadi kunci sukses menghadapi perubahan. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.)

Dunia panggung sandiwara, mungkin itu ungkapan yang paling tepat untuk mewakili kisah kehidupan ini. Semua alur cerita, berjalan sesuai dengan scenario besar yang telah ditentukan-Nya, jauh sebelum makhluk bernama manusia ditakdirkan untuk menghuni bumi ini. Semua telah tercatat di “Mega Server” bernama “Lauh Mahfudz”.

Manusia pada dasarnya hanya sebatas menjalani peran yang telah ditetapkan baginya, baik, maupun buruk semua sudah ada catatannya, meskipun dikabarkan juga kepada mereka bahwa ada sebagian peran yang bisa dilakukan sesuai kehendaknya, karena konsekuensi dari “hurriyah al-iradah” yang ada dalam diri mereka.

Hidup itu dinamis, tidak statis. Karena “dinamis”, maka dalam kehidupan ini banyak kita jumpai berbagai perubahan di tengah masyarakat. Perubahan itu, adakalanya ke arah positif, adakalanya juga mengarah pada hal yang negative. Perubahan ke arah positif tentunya akan membawa dampak yang baik bagi kehidupan manusia, sebaliknya perubahan ke arah negative, akan membawa dampak buruk bagi kehidupan mereka.

Kamis, 07 April 2022

Sinergisitas

 

Sinergisitas



Power, Tower dan Shower

Untuk mencapai keagungan, keadidayaan, ketinggian (tower), seseorang harus menggunakan kekuatan (power), baik kekuatan kuasa politik, kuasa jabatan, kuasa spiritual, kuasa agama, kuasa intelektual, atau kuasa komunikasi. Padahal kekuatan yang dibangun atas dasar kekuasaan itu hanya dapat berlangsung tidak lama. Karena obyek “yang dikuasai” tidak menjadi bagian dari kekuatan (power) itu. Maka ketinggian dan keagungan seseorang adalah seseorang yang menjadikan seluruh yang melingkupinya menjadi bagian yang sama, seperti air yang meratakan ke seluruh anggota badan (shower). Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah)

Quote Ramadhan ke-2, berjudul power, tower dan shower. Di awal membaca judul saya gagal memahami apa yang diinginkannya. Namun, saya mencoba membacanya berulang-ulang. Pada akhirnya saya simpulkan bahwa yang dimaksud adalah “sinergisitas”. Entah benar tidaknya.

Dalam quote tersebut, keagungan, keadidayaan disimbolkan dengan “tower”. Yakni benda yang berdiri tegak, menjulang ke atas yang biasanya digunakan untuk memancarkan signal baik televise, HP maupun yang lainnya. Dari tower inilah masyarakat luas pada umumnya bisa merasakan kecanggihan teknologi sebagaimana saat ini.

Rabu, 06 April 2022

"Ngempet"

 

"Ngempet"

 


“Lamun huwus kalah Nuswantara isun amukti palapa, Lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa.

Sumpah Palapa yang sangat terkenal diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada ini, menjadi salah satu bagian terpenting dalam mencapai kejayaan Majapahit. Maka, bangsa yang besar adalah bangsa yang di dalamnya diisi oleh orang-orang yang rela mengabaikan duniawi, tapi mengagungkan spiritualitas.” Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)

Indonesia sebagai sebuah bangsa, memiliki sisi historis yang tak akan pernah terlupakan dalam sejarah peradaban dunia. Bangsa dengan bentang alamnya yang indah, strategis, dikelilingi dengan perairan yang begitu luas. Alamnya yang kaya dengan hasil buminya, membuat Indonesia menjadi satu-satunya Negara yang paling diminati setiap orang di belahan dunia manapun untuk bisa tinggal menetap disana.

Dilihat dari sisi capaian yang pernah diukir dalam sejarah peradaban dunia, bangsa ini memiliki sejarah yang tidak bisa dianggap ‘remeh’ oleh siapapun. Di bumi nuswantara ini, pernah berdiri kerajaan besar yang kekuasaannya sampai ke manca Negara di era sekarang ini. Malaysia, Singapura, dan beberapa wilayah lain di Asia Tenggara. Kerajaan itu adalah Majapahit. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara dari Singasari yang digulingkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.

Selasa, 05 April 2022

Membaca Peluang di Bulan Ramadhan

 

Membaca Peluang di Bulan Ramadhan



Ramadhan merupakan bulan mulia yang dinantikan setiap mukmin. Bulan dimana malam yang lebih baik dari seribu bulan diturunkan. Di bulan Ramadhan ini, Allah mewajibkan bagi setiap hamba-Nya yang beriman untuk menjalankan kewajiban puasa.

Perintah puasa tertulis di dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa (di bulan Ramadhan) sebagaimana telah diwajibkan atas umat sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (Qs. Al-Baqarah (2); 183).

Untuk mewajibkan puasa bagi orang-orang yang beriman, bukan yang lain. Tentu pemilihan khithab “Amanu, bukanlah tanpa alasan. Ada alasan khusus mengapa perintah puasa ditujukan kepada orang-orang beriman, bukan orang muslim atau manusia pada umumnya.

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله Ø£َÙƒْبَرُ (×Ù£) اُلله Ø£َÙƒْبَرُ (×Ù£) اُلله اَكبَرُ (×Ù£) اُلله Ø£َÙƒْبَرُ ÙƒُÙ„َّÙ…َا...