Sinergisitas
Power, Tower dan Shower
Untuk
mencapai keagungan, keadidayaan, ketinggian (tower), seseorang harus
menggunakan kekuatan (power), baik kekuatan kuasa politik, kuasa jabatan, kuasa
spiritual, kuasa agama, kuasa intelektual, atau kuasa komunikasi. Padahal
kekuatan yang dibangun atas dasar kekuasaan itu hanya dapat berlangsung tidak
lama. Karena obyek “yang dikuasai” tidak menjadi bagian dari kekuatan (power)
itu. Maka ketinggian dan keagungan seseorang adalah seseorang yang menjadikan
seluruh yang melingkupinya menjadi bagian yang sama, seperti air yang meratakan
ke seluruh anggota badan (shower). Prof. Dr.
Maftukhin, M.Ag. (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah)
Quote Ramadhan ke-2, berjudul
power, tower dan shower. Di awal membaca judul saya gagal
memahami apa yang diinginkannya. Namun, saya mencoba membacanya berulang-ulang.
Pada akhirnya saya simpulkan bahwa yang dimaksud adalah “sinergisitas”. Entah
benar tidaknya.
Dalam quote tersebut, keagungan, keadidayaan disimbolkan dengan “tower”. Yakni benda yang berdiri tegak, menjulang ke atas yang biasanya digunakan untuk memancarkan signal baik televise, HP maupun yang lainnya. Dari tower inilah masyarakat luas pada umumnya bisa merasakan kecanggihan teknologi sebagaimana saat ini.
Untuk sampai di puncak “tower”, maka diperlukan “power”, dimana ia
diartikan sebagai kekuatan. Tanpa kekuatan, mustahil seseorang bisa sampai
dipuncak “tower”. Kira-kira itu pesan yang dimaksud oleh quote ini.
Namun, intisarinya tidak sekadar itu. Bahwa ternyata kekuatan yang
dibangun atas dasar kekuasaan ternyata tidak bisa bertahan dalam waktu yang
lama, karena pada dasarnya sebuah kekuatan yang dibangun atas dasar kekuasaan
tidak bisa menyatukan semua elemen yang mengelilinya. Kekuatan yang dibangun di
atas pondasi kekuasaan hanya “eksis” manakala kekuasaan itu masih berada di
puncak kejayaannya. Namun, sedikit saja kekuasaan itu sedikit mengalami
"goncangan”, kekuatan yang dibangun atas dasar kekuasaan bisa saja hancur
berantakan.
Untuk menjaga sebuah keharmonisan untuk tetap “eksis” dalam
struktur kehidupan masyarakat dalam kurun waktu lama, maka dibutuhkan kemampuan
untuk menyatukan semua elemen yang melingkupinya. Tentunya, dengan tetap
memandang serta memperlakukan semuanya sama tanpa mengistimewakan, ataupun
menganak tirikan salah satu diantaranya. Dengan demikian akan diperoleh “sinergitas”
yang saling memperkuat satu dengan lainnya. Tidak ada, yang merasa dipinggirkan
ataupun dianak emaskan. Pastinya tidak mudah untuk menciptakan kondisi semacam
itu.
Kunci utamanya adalah dengan melakukan “komunikasi” yang baik antar
elemen. Saling mendengar “keluh kesah” untuk kemudian mencari “titik temu”
sebagai solusi dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada.
Kemuliaan seseorang, pada dasarnya dicapai atas dasar keluhuran
akhlak dan budinya yang mampu mengayomi dan memberi manfaat kepada semua orang.
Kemuliaan seperti inilah yang mampu bertahan lama, bukan kemuliaan yang diraih
karena harta, kedudukan, kekuasaan ataupun yang lainnya yang bersifat dunia. Kemuliaan
yang diperoleh dari harta, kedudukan, kekuasaan duniawi hanya bersifat semu,
dan relative tidak bertahan dalam waktu yang lama. Semoga Allah memberikan
kekuatan agar kita mampu mensinergikan segala yang ada di sekeliling kita
dengan terus memberi manfaat kepada semua orang.
Komentar
Posting Komentar