Catatan “Fokus Group Discussion (FGD) Pengabdian Dosen” Tahun 2022
Crown Victoria Hotel, Tulungagung, 20-22 April 2022
Rabu-Jum’at. 20-22 April 2022, saya memperoleh kesempatan untuk
mengikuti sekaligus menimba ilmu bersama para ahli dan pakar dari berbagai
kampus di kegiatan “Fokus Group Discussion (FGD) Pengabdian Dosen” yang
diadakan oleh Tim LP2M UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, kampus dimana
saya menimba ilmu sekaligus mengabdi. Bertempat di Crown Victoria Hotel,
Tulungagung. Kesempatan yang tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
lebih mematangkan diri kedepannya.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 60 orang dosen dari berbagai fakultas yang tersebar di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini, Prof. Dr. Abdul Muhid, M.Si. (UINSA Surabaya), Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kodir, M.A. (IAIN Cirebon) dan Dr. Ali Badruddin, M.A. (UN Jember). Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian mumpuni pada bidangnya masing-masing.
Pembukaan dilaksanakan pada Rabu sore oleh Prof. Dr. Ngainun Naim,
M.Hi., selaku ketua LP2M, sementara do’a dipimpin oleh Mudir Ma’had Al-Jami’ah
UIN Sayyid Ali Rahmatullah yang juga ketua Forum Mudir Nasinonal, Dr. KH.
Teguh, M.Ag. Pada sambutannya dia menyampaikan pentingnya mengolah laporan
pengabdian menjadi riset, yang dengannya pengabdian tidak sekadar bernilai
pengabdian semata, tetapi juga bermanfaat sebagai riset yang tentunya bisa
menambah nilai sebagai salah satu diantara tridharma perguruan tinggi.
Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Muhid, M.Si. dari
UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada paparan materinya, beliau banyak menjelaskan
tentang pentingnya mengolah kerja-kerja pengabdian sekaligus menjadi kerja
riset. Adapun paparannya banyak berkaitan dengan ABCD (Asset-Based Community Development)
sebagai Pendekatan Pengabdian kepada Masyarakat, yakni satu pendekatan yang
digunakan dalam pengabdian masyarakat dengan menggali potensi yang ada di
tengah masyarakat, untuk kemudian dikembangkan supaya lebih meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat di daerah tersebut tanpa mengesampingkan
aspek-aspek potensi serta kearifan lokal yang dimilikinya.
Dengan pendekatan ini, maka diharapkan kerja
pengabdian masyarakat bukan sekadar menjadi khatib dalam shalat jum’at,
sosialisai program dan sebagainya, melainkan kerja real yang manfaatnya
benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Tentu hal ini bukan kerja mudah. Perlu keuletan
dan butuh kerja berkelanjutan. Untuk menumbuhkan kesadaran bukan hal
yang mudah. Banyak persepsi yang “tumbuh kembang” di benak masyarakat, bahwa
saat ada pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi, persepsi mereka hanyalah “akan
menerima bantuan”. Nah, persepsi inilah yang mesti dikikis dan digantikan
dengan kesadaran tentang pentingnya, meningkatkan kualitas diri dengan berbagai
“ilmu dan pengetahuan” yang bisa merubah “mindset klasik” yang telah lama
mendarah daging.
Narasumber kedua adalah Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kodir, M.A. dari
IAIN Cirebon. Dalam pemaparan materinya, KH. Faqihuddin Abdul Kodir mengajak
para peserta untuk memcoba berfikir secara lebih mendalah tentang kesetaraan
gender, dimana selama ini, seringkali terjadi ketimpangan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat dengan menganggap bahwa perempuan hanyalah “kawulo
wingking”. Artinya mereka hanya sekadar memiliki peran di rumah, tanpa ada
ruang yang bisa menerima keberadaan kaum “perempuan” di public.
Kyai Faqihuddin mengajak untuk memahami teks-teks agama, Al-Qur’an
dan Hadis dengan tafsir mubadalah, yakni tafsir yang mencoba untuk membaca teks
untuk menggali makna yang menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai sama-sama
subyek setara, dimana makna kebaikan darinya diusahakan dan dirasakan bersama
oleh laki-laki dan perempuan, begitupun keburukan yang dilarangnya, harus
dihindarkan dari dan oleh keduanya.
Menurutnya, selama ini umumnya makna-makna teks tersebut lebih
dipahami secara diskriminatif sehingga seringkali perempuan mengalami tindak
kriminalitas, termarginalkan, bukan secara fisik belaka, namun juga dari sisi
peran, mindset, dan juga dalam fungsinya di masyarakat. Padahal, menurutnya banyak
sekali hadis shahih yang menjelaskan tentang peran serta perempuan dalam
kesejarahan islam.
Pengabdian masyarakat dalam beragam bentuknya, yang berupaya untuk
mensejajarkan laki-laki dan perempuan dalam kesalingannya, berarti ia telah
melakukan kerja pengabdian berbasi gender dan mubadalah. Menurutnya hal ini
penting untuk dipahami agar tidak lagi terjadi ketimpangan dan ketidakadilan
berbasis gender yang seringkali mendapat stigma “teks agama”. Padahal agama
dalam banyak ragam teksnya mensejajarkan peran laki-laki dan perempuan. Hanya saja,
karena persepsi yang telah lama terbentuk dan mendarahdaging, menyebabkan
banyak “pemahaman” yang mendeskreditkan atau memarginalkan kaum perempuan.
Untuk menjadikan pengabdian berbasis gender bernilai riset,
tentunya diperlukan metodologi dalam pelaksanaannya. Hal ini penting untuk
dilakukan agar pengabdian berbasis gender tidak sekadar sebagai “pengabdian”,
akan tetapi juga memiliki nilai “riset”.
Narasumber selanjutnya adalah Dr. Ali Badruddin, M.A. dari UIN
Jember. Materi yang disampaikan lebih banyak bersinggungan dengan kegiatan
pengabdian mahasiswa yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan KKN
yang disesuaikan dengan kurikulum merdeka belajar.
Dalam hal ini, program-program pengabdian mahasiswa KKN dirancang
berdasarkan tema-tema yang secara akademik relevan dengan bidang keahlian dan
passion mahasiswa dalam menemukan solusi di mayarakat dan bangsa. Dengan demikian
program-program yang mereka laksanakan disesuaikan dengan bidang keahlian serta
passion yang dimiliki sehingga diharapkan hal tersebut selain menjadi bekal
kehidupan mereka di masa mendatang, tetapi juga memberikan dampak real dalam
melakukan proses pengembangan masyarakat. Dengan keahlian yang dimiliki
mahasiswa bisa memberikan tawaran-tawaran solutif serta inovatif untuk mengembangkan
berbagai program desa, maupun potensi-potensi yang ada di berbagai daerah
dimana mereka ditempatkan.
Mantab
BalasHapusTerima kasih berkenan mampir gus...
HapusJos
BalasHapusTerima kasih apresiasinya prof. Berkat virus yang njenengan tularkan hehehe. Semoga setelah kelar studi, bisa semakin banyak menimba ilmu kepenulisan lagi... do'anya prof.
Hapus