Silahkan Cari Tuhan Selain Aku
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang sebenarnya
selain Aku, maka barangsiapa tidak sabar terhadap cobaan-Ku, tidak bersyukur
terhadap nikmat-Ku dan tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia
keluar dari kolong langit-Ku dan carilah Tuhan selain Aku”. (HR. Muslim).
Hal yang penting untuk kita tanamkan dalam diri kita adalah
menyadari sepenuhnya, bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini, merupakan
bagian dari ketentuan yang telah ditetapkan sejak sebelum kita dilahirkan di
dunia, yakni saat masih berada di alam ruh. Alam dimana manusia belum bisa
disebut sebagai manusia oleh karena ia masih belum dilahirkan di dunia.
Saat ruh telah ditiupkan ke janin, maka Allah menetapkan baginya ketentuan hidup yang mesti diperankan makhluk bernama manusia yang sebentar lagi lahir di dunia. Dengan demikian, pada dasarnya semua orang hanya menjalani peran-nya di dunia, karena scenario besar telah ditetapkan oleh-Nya, sebelum manusia dilahirkan.
Akan tetapi, yang perlu diketahui bahwa manusia tercipta dengan
takdir memiliki “nafsu, kehendak, dan akal”. Karena beberapa potensi inilah,
maka manunisa bersifat dinamis, tidak statis. Manusia cenderung memiliki
ambisi, harapan, cita-cita, serta ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lantas
untuk apa semua potensi tersebut diberikan kepada manusia, padahal semua telah
ditetapkan-Nya, jauh sebelum manusia dilahirkan?
Benar, memang semua telah ditentukan oleh Allah. Akan tetapi,
ketentuan-Nya, ada yang mubram da nada pula yang mu’allaq. Mubram merupakan
ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, tanpa bisa dirubah oleh siapapun. Contohnya,
kapan ia dilahirkan, dan kapan kematiannya. Ketentuan ini, tidak bisa dirubah siapapun
dan dengan cara apapun.
Adapun mu’allaq meruapakan ketentuan Allah yang digantungkan pada
ikhtiar manusia. Allah memberikan banyak pilihan bagi manusia untuk menentukan
nasibnya. Itulah mengapa ada “nafsu, kehendak, dan akal” yang diberikan kepada
manusia, supaya dengan berbagai potensi tersebut, mereka menentukan pilihan
sebagai bentuk amanat yang diberikan, yakni “hurriyyatul iradah”,
kebebasan berkehendak. Kebebasan untuk menentukan pilihan hidupnya, yang
tentunya memilki konsekuensi-konsekuensi yang mesti ditanggungnya, sebagai
bentuk tanggung jawab atas pilihan yang diambil.
Siapa yang memilih pilihan hidup yang baik, tentu ia akan sampai
pada akhir yang baik pula. Sebaliknya siapa saja yang salah dalam menentukan
pilihan hidupnya, ia akan mengalami kerugian dan penyesalan selama-lamanya.
Nah, oleh sebab itulah, penting bagi setiap orang untuk menyadari
bahwa setiap hal yang terjadi di dunia ini, merupakan wujud dari takdir yang
telah menjadi ketetapan baginya di dunia sebagai bentuk pelaksaan peran hidup
baginya. Sehingga dengan kesadaran tersebut, maka ia akan menjadi seorang yang
pandai bersyukur, menerima dengan ikhlas setiap peristiwa hidup yang
dijalaninya. Hidupnya selalu dihiasi dengan rasa bahagia tanpa mengeluh, dan
sumpah serapah.
Sebaliknya, mereka yang hatinya tidak sadar, seringkali mengeluhkan
nasib yang dialaminya. Tidak jarang mereka menyalahkan “orang lain”, bahkan
berani menyalahkan “Tuhan” dan lebih parah lagi melabeli Tuhan dengan “Tuhan
tidak Adil padaku,”. Satu ungkapan yang menunjukkan penentangan, serta
pengingkaran pada semua anugerah yang diberikan Allah, sebagai satu-satunya
Tuhan yang berhak disembah. Padahal, jika saja ia mau menghitung nikmat-nikmat
yang diberikan kepada-Nya, pastilah ia tidak bisa menghitungnya.
Oleh karena itu, mereka yang tidak bersyukur pada nikmat-nikmat
yang telah diberikan kepada-Nya, tidak bersabar atas bala’ dan ujian yang
diturunkan kepada-Nya, tidak rela pada apa yang telah menjadi ketentuan-Nya,
Allah memberikan ancaman kepada mereka, supaya mencari Tuhan selain diri-Nya.
Komentar
Posting Komentar