Orang yang Kuat
“Orang yang gagah perkasa itu bukanlah orang yang kuat tenaganya,
tetapi yang gagah itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya jika marah.” (HR. Ahmad).
Banyak orang beranggapan bahwa seorang yang kuat adalah mereka yang
memiliki tenaga besar, bisa mengangkat benda-benda berat, serta memiliki
otot-otot atletis. Kekuatan diasumsikan dengan kemampuan fisik dalam melakukan
sesuatu yang umumnya hanya bisa dilakukan oleh orang dalam jumlah terbatas.
Pandangan ini, tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Dalam melihat seorang yang kuat, Islam justru melihat dari sisi yang berbeda. Islam melihat orangg yang kuat dari sisi kemampuannya dalam menahan diri saat rasa marah sedang menguasainya.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pernah dihadapkan pada
situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, bahkan terkadang
menyulut emosinya. Seorang yang tersulut emosinya, umumnya mereka akan
mengungkapkan rasa “kesal”, “jengkel” dan “kemarahan”-nya dengan cara-cara yang
tidak masuk akal. Umumnya tindakan yang mereka ambil diluar nalar, brutal dan
membabi buta. Tidak jarang pelakunya merasa “menyesal”, saat rasa marah itu
mereda.
Ya, saat seseorang marah, ia cenderung berbuat sesuatu tanpa
berpikir akibatnya. Hal ini disebabkan karena ia sedang dikuasai oleh setan. Karena
itulah, darahnya seolah mendidih dan memaksa seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan hal yang kerapkali mengandung unsur “destruktif”. Merusak fasilitas
yang ada disekitarnya dan sejenisnya.
Di saat marah, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menahan diri
dalam melakukan tindakan, apapun itu bentuknya. Bahkan masyhur dalam ajaran
Islam, jika seseorang marah dalam keadaan berdiri, maka hendaknya ia duduk. Jika
duduk belum juga mampu meredakan amarahnya, hendaknya ia berbaring, jika itupun
belum bisa meredakan amarahnya, hendaknya ia berwudhu.
Langkah itu, merupakan cara yang hendaknya ditempuh seorang muslim,
saat marah menguasainya. Kemarahan itu berasal dari iblis dan setan, dimana
asal kejadiaannya adalah berbahan dasar api. Karena itu, umumnya saat orang
sedang marah, suhu tubuhnya segera meningkat drastis. Untuk menurunkannya, maka
yang dilakukan adalah dengan berwudhu.
Islam menyandarkan “kekuatan” kepada kemampuan untuk menahan diri. Banyak
orang kuat secara fisiknya. Mereka mampu melakukan hal-hal besar, namun jarang
diantara mereka yang mampu menahan diri, saat amarah sedang menderanya. Karena itu,
sepatutnya sebagai seorang muslim, kita berusaha untuk menahan diri saat amarah
sedang mendera. Jika hal itu mampu kita lakukan, ini menunjukkan kualitas diri
kita sebagai seorang yang kuat.
Komentar
Posting Komentar