Turunnya "Lailatul Qadar"

 Lailatul Qadar



الحمدلله الذي أدخلنا فى عشر الأواخر من رمضان، أيام مباركة يطلب فيها نزول ليلة القدر، ليلة القدر خير من ألف شهر، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وذرياته ومن تبعه إلى يوم القيامة. أما بعد فيا أيها الناس اتقواالله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Marilah di kesempatan yang penuh barakah ini, kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada-Nya, sungguh dengan bekal iman dan taqwa kita akan mejadi orang yang beruntung dalam kehidupan di dunia, terlebih saat kembali menghadapnya kelak di yaumul qiyamah.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Alhamdulillah puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah swt, dimana sampai detik ini, memasuki penghujung akhir bulan Ramadhan, tepatnya sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan kita masih diberikan kesempatan untuk bernafas sehinngga peluang meraih keberkahan, keuntungan, pahala yang dilipatgandakan masih terbuka lebar. Sementara disisi lain, banyak saudara, teman, maupun kerabat kita yang tak seberuntung kita, karena Allah telah memanggilnya terlebih dahulu menghadap kepada-Nya.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Memasuki penghujung akhir bulan Ramadhan, semestinya kita lebih fokus lagi untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada di bulan suci ini. Tidak ada lagi kata “malas”, yang ada semakin meningkatkan semua amal kita, baik yang mahdhah maupun ghairu mahdhah. Sebagaimana Rasulullah saw yang begitu memasuki sepuluh terakhir di bulan Ramadhan, beliau singsingkan lengan baju, beliau bentangkan sajadahnya, untuk taqarrub kepada-Nya.

Di sepuluh hari terakhir ini pula, besar harapan dan kemungkinan turunnya malam yang istimewa, yakni malam yang lebih utama dibandingkan seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Al-qur’an mengabarkan hal tersebut dalam Surat Al-Qadar:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam lailatul qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat turun  dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (Qs. Al-Qadar 97; 1-5)

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Lailatul qadar adalah malam kemuliaan dimana selurah amal manusia yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan akan dilipatgandakan pahalanya, bahkan lebih utama daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan. Kapan turunnya? Allah merahasiakan kapan turunnya malam tersebut. Bisa jadi di awal Ramadhan, tengahnya, maupun penghujungnya.

Namun demikian, para ulama berpendapat bahwa lebih diharapkannya turunnya lailatul qadar adalah pada sepuluh malam yang terakhir. Dari sepuluh malam yang terakhir yang paling diharapkan turunnya adalah pada malam-malam ganjil, 21, 23, 25, 27, dan 29.

Berkenaan dengan turunnya malam lailatul qadar, terdapat beberapa pendapat para ulama. Imam Malik menyebutkan bahwa yang paling kuat diharapkan turunnya lailatul qadar adalah sepuluh malam terakhir tanpa ada yang lebih kuat antara hari yang satu diantara hari-hari yang lain.

Imam Al-Syafi’i berpendapat bahwa yang paling kuat adalah malam 21 Ramadhan. Aisyah ra berpendapat bahwa lailatul qadar turun pada malam 19 Ramadhan. Abu Burdah berpendapat bahwa lailatul qadar adalah malam 23 Ramadhan. Abu Dzar dan Hasan menyebut malam 25 Ramadhan. Bilal menyebutkan hadis Nabi yang menyebut malam lailatul qadar adalah malam 24. Ibnu Abbas dan Ubay bin Ka’ab menyebutkan bahwa malam lailatul qadar adalah 27 Ramadhan.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Demikianlah diantara beberapa perbedaan pandangan ulama tentang waktu turunnya lailatul qadar. Yang paling penting bagi kita, adalah mari di penghujung akhir bulan Ramadhan ini, kita tingkatkan amal kita, ibadah, serta taqarrub kepada-Nya. Manfaatkan setiap waktu yang ada untuk meraih berbagai keberkahan. Tidak perlu “nyanggong” hanya di satu, dua atau beberapa hari di bulan Ramadhan. Yang paling utama adalah kita isi semua waktu di bulan Ramadhan ini dengan semaksimal mungkin. Mudah-mudahan kita bisa menjadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terbaik yang pernah kita lalui selama ini.

 

Komentar