Ilmu Ladunniyyah Robbaniyyah
Masih tentang ilmu ladunni. Muhammad Luthfi Ghozali menyebutnya
dengan istilah ilmu ladunniyyah rabbaniyyah, ilmu pemberian langsung dari
Tuhan. Jika sebelumnya telah disampaikan bahwa ilmu ini selalu dikaitkan dengan
hal-hal yang suoranatural, irasional dan sulit diterima oleh akal, sehingga
hampir tidak mungkin bisa didapatkan oleh orang awam, hal itu berbeda dengan
apa yang menjadi pendapat dari Muhammad Luthfi Ghozali.
Luthfi Ghozali memahami bahwa setiap orang sesungguhnya bisa
memperoleh ilmu ladunnni ini. Ilmu ini bukan sekedar ilmu-ilmu yang sarat
dengan ilmu agama, semisal kemampuan membaca kitab kuning, menterjemahkan
al-Qur’an atau kemampuan-kemapuan supranatural yang kerap dikaitkan dengannya.
Sebagian orang memahami bahwa mereka yang mendapatkan ilmu ladunni
dianugerahi kemampuan lebih yang tidak bisa dilakukan manusia pada umumnya. Misalnya,
mereka mampu mengangkat benda berat meski hanya dengan satu ujung jarinya, bisa
menempuh jarak jauh hanya dalam hitungan detik, berjalan di atas air, mengobati
orang sakit dengan do’anya dan lain sebagainya.
Ya, hal itu mungkin dan bisa saja terjadi pada diri seorang yang mendapatkan
ilmu ladunni. Akan tetapi, gejala-gejala tersebut tidak serta merta menunjukkan
bahwa seseorang telah mendapatkan ilmu ladunni. Kelebihan-kelebihan yang
dimiliki seseorang berupa kekuatan supranatural, boleh jadi karomah yang
diberikan Allah kepada pribadi orang tersebut karena ketaatannya pada Allah,
pun pula sebaliknya bisa menjadi istidraj, yang justru semakin menyesatkan
pemiliknya dan menjauhkannya dari Sang Pencipta.
Bagaimana cara mengetahui bahwa kelebihan yang dimiliki seseorang
itu adalah istidraj? Cara yang termudah adalah dengan melihat aktifitas
lahiriyahnya. Jika secara lahiriyah orang tersebut sering meninggalkan dan
menyepelekan urusan-urusan syariat, besar kemungkinan bahwa kelebihan tersebut
merupakan istidraj semata.
Ibnu ‘Athaillah al-Sakandariy mengingatkan hal ini dalam kitabnya,
al-Hikam:
خف
من وجوده إحسانه إليك ودوام إسائتك معه أن يكون ذلك إستدراجا سنستدرجهم من حيث لا
يعلمون
Artinya: “Takutlah pada kebaikan Allah kepadamu di tengah
keberlangsungan durhakamu terhadap-Nya karena itu bisa jadi sebuah tipudaya
(istidraj) seperti firman-Nya, ‘Kami memperdayakan (mengistidrajkan) mereka
dari jalan yang mereka tak ketahui”.
Begitulah, kelebihan-kelebihan kauniyyah yang diberikan Allah kepada
seseorang belum bisa dijadikan jaminan bahwa dia semakin dekat dengan Allah,
apalagi disebut sebagai orang yang memperoleh ilmu ladunni. Boleh jadi
kelebihan yang diberikan justru sebagai jebakan bagi seseorang yang semakin
membuatnya tersesat dari jalan yang benar.
Luhtfi Ghozali menjelaskan bahwa untuk mendapatkan ilmu ladunni
bukan lah hal yang mustahil. Siapapun orangnya bisa mendapatkan ilmu ladunni,
asalkan ia mempunyai niat yang benar dan mau melakukan sebab-sebab untuk
mendapatkannya. Dia menyitir salah satu pendapat yang disampaikan oleh Imam
al-Suyuthi, “Banyak orang mengira, bahwa ilmu
ladunni itu sangat sulit untuk didapat. Mereka berkata, ilmu ladunni itu berada
di luar jangkauan kemampuan manusia. Padahal sebenarnya tidaklah demikian.
Untuk mendapatkan ilmu ladunni itu, caranya hanya dengan jalan membangun
sebab-sebab yang dapat menghasilkan akibat. Adapun sebab-sebab itu adalah amal
dan zuhud.”
Komentar
Posting Komentar