Hidup Adalah Pilihan
Banyak orang merasa bingung saat menghadapi berbagai persoalan yang
kerap kali muncul dalam kehidupannya. Umumnya semua orang berharap ingin
memeroleh keseluruhannya dengan hasil yang maksimal. Jika memungkinkan semua
yang ada dalam kehidupan ini bisa dimilikinya tanpa terkecuali.
Di sisi lain, banyak juga orang yang beranggapan bahwa dirinya
telah memiliki semuanya. Mereka merasa memiliki nilai ‘lebih’ bila dibandingkan
lainnya. Namun, umumnya jika ditanya apakah mereka lebih baik dari yang
lainnya, lisannya pun menjawab bahwa ia tidak lebih baik dari lainnya. Tetapi,
sekali lagi nurani manusia tidak bisa dibohongi. Rasa itu ada, hanya lisan
merasa tidak patut jika menyampaikan.
Orang yang merasa ‘lebih’ dari yang lainnya sesungguhnya telah
terjebak pada apa yang saya sebut dengan ‘ego ananiyyah’. Ego ananiyyah adalah
rasa di mana seseorang merasa memiliki kelebihan dibanding yang lain. Rasa bahwa
ia memiliki kelebihan ini jika dilahirkan akan meningkat menjadi kesombongan.
Kesombongan akan menjadikan seseorang terpuruk dalam hidupnya. Banyak
orang merasa hebat, namun sebenarnya kemampuannya tak lebih dari seujung titik
hitam ‘kuku’ di hadapan yang lainnya. Hanya saja, ego ananiyyahnya memaksa
dirinya untuk tidak menerima segala bentuk kelebihan yang dimiliki yang lain. Mereka
terjebak dengan rasa ‘gengsi’ bila dianggap lebih rendah dari yang lainnya.
Wahai jiwa, ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang
bisa menguasai semua hal. Jika saja engkau hebat dalam satu hal, pasti engkau
terpuruk dalam hal lainnya. Karena itu jangan merasa tinggi dan merasa lebih
dari yang lainnya. Jadilah engkau bagaikan padi yang semakin merunduk saat
berisi. Jangan berisik bagaikan air yang dangkal. Diamlah, karena diammu
menunjukkan kedalaman yang kau miliki.
Karena tidak semua hal bisa kau miliki, maka pilihlah di antara hal
yang paling bisa kau kuasai. Pilihlah satu saja diantaranya, dan biarkan yang
lain dimiliki oleh orang lain. Itu merupakan sunnatullah yang ditetapkan-Nya di
dunia ini. Ia selalu adil dalam semua hal, karenanya, Dia lebihkan yang satu
dari lainnya untuk memberi ruang bagi mereka mengekspresikan diri. Dia berikan
kelebihan bagi yang lain agar ia memberi kesempatan kepada mereka untuk
berbagi.
Sebaliknya diciptakannya yang lain dengan ‘kekurangan’, bukan untuk
menghinakan. Tetapi, Ia ingin mereka menjadi seorang yang bijak. Mereka berlapang
dada untuk menerima yang lain. Bersikap besar hati menerima peringatan, hingga
setiap orang tidak melewati batasannya.
Ingat, kehancuran di dunia ini sesungguhnya terjadi karena banyak
orang yang melewati batasannya. Mereka tidak tahu ukuran dirinya, yang
akibatnya justru mereka terjebak pada ‘lembah keterpurukan’. Lembah di mana
mereka akan menjadi manusia yang lebih buruk dari makhluk terburuk. Al-Qur’an
mengistilahkan dengan asfala al-safilin, setelah mereka disanjung sebagai
makhluk terbaik di antara makhluk lainnya. Semoga pilihanmu adalah menjadi
sosok yang ‘bisa menerima yang lain dan berbagi dengan yang lain’.
Komentar
Posting Komentar