Fenomena Gangguan Jin dalam Perspektif Islam


Fenomena Gangguan Jin dalam Perspektif Islam
Catatan Webinar Nasional Ma’had 1

Hari ini, Selasa 23 Juni 2020, saya mengikuti Webinar Nasional Ma’had 1 dengan tema Fenomena Gangguan Jin dalam Persperktif Islam. Webinar ini menghadirkan Ustadz Edy Waluyo, S.Th.I, M.S.I, Kepala UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung serta konsultan dan praktisi ruqyah syar’iyyah serta pakar psikologi Islam Siska Dwi Paramitha, M.Psi. ahli psikolog.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui media zoom meeting mulai pukul 09.00 WIB s/d 11.00 WIB. Tentu banyak hal yang patut dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat bagi kita dalam rangka untuk melindungi diri dari gangguan-gangguan kejiwaan yang terkadang tidak kita sadari.


Dalam pemaparannya Ustadz Edy menerangkan bahwa jin merupakan makhluk Allah layaknya makhluk yang lain. Hanya saja materi penciptaannya berasal dari nyala api. Berbeda dengan jin, manusia diciptakan dari tanah kering seperti tembikar. Hal ini sebagaimana difirmankan-Nya dalam Surat al-Rahman ayat 14-15.

Sama halnya dengan manusia, jin diciptakan oleh Allah dengan dibekali akal dan nafsu. Ia juga mendapatkan perintah untuk taat kepada Allah. Karena itu, sebagian jin ada yang beriman, sebagian lainnya kafir. Sebagian ada yang sunni, mu’tazili, dan seterusnya sama dengan manusia.

Adapun setan sebagaimana definisi yang diajukan oleh Dr. Umar Sulaiman al-Asyaar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut setiap makhluk yang menentang dan membangkang. (Alamul Jinni was Syayathin, hal.16). Setan bisa berwujud manusia, bisa juga berwujud jin. Jadi setan merupakan karakter yang melekat pada diri manusia maupun jin yang menentang terhadap perintah Allah dan rasul-Nya.

Salah satu diantara jin yang selalu menentang dan membangkang adalah iblis. Iblis adalah sebutan dari azazil yang membangkang perintah Allah untuk sujud kepada Adam as. Ia adalah gembong dari para pembangkang yang menentang perintah Allah Swt.

Ada beberapa jenis gangguan jin pada manusia. Setidaknya menurut beliau adalah gangguang total, gangguan parsial, gangguan yang berkelanjutan, gangguan dalam waktu singkat. Gangguan total adalah gangguan yang dilakukan oleh jin pada manusia dalam berbagai gangguan syaraf. Penderita biasanya mengalami kesulitan untuk menggerakkan anggota tubuhnya.

Adapun secara parsial, maka gangguan itu sebatas pada anggota-anggota tubuh tertentu, misalnya kaki, tangan, kepada dsb. Gangguan yang berkelanjutan umumnya berlangsung lama di dalam tubuh penderita. Sedangkan yang dalam waktu singkat seperti kerasukan.

Orang yang mengalami gangguan jin, biasanya jika didiagnosa secara medis tidak akan kelihatan penyakitnya. Hanya saja ia merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya.

Adapun beberapa gejala yang biasanya ditimbulkan oleh gangguan jin ditandai oleh hal-hal berikut saat tidur:
1.      Mimpi jatuh dari tempat yang tinggi
2.      Mimpi dikejar-kejar hewan
3.      Cemas dan sring terbangun saat tidur
4.      Bunyi gigi geraham beradu ketika tidur
5.      Mendengkur dengan suara yang keras
6.      Tertawa, menangis dan teriak dalam kondisi tidur
7.      Merintih di saat tidur
8.      Berdiri dan berjalan tanpa sadar dalam kondisi tidur
9.      Mimpi berada di kuburan, tempat-tempat kotor dan jalan yang mengerikan
10.  Mimpi-mimpi dengan makhluk yang aneh
11.  Mimpi-mimpi orang yang telah meninggal dunia.

Tanda seorang mendapat gangguan jin, juga bisa dilihat saat seseorang dalam keadaan terjaga. Adapun saat terjaga, tandanya adalah sebagai berikut:
1.      Sering pusing-pusing seperti ditusuk-tusuk yang tidak disebabkan penyakit tertentu
2.      Merasa berat untuk melakukan amal shalih, seperti shalat, tilawah dan dzikrullah. Jikapun dilaksanakan maka ada penolakan dalam hati atau dikerjakan sekedarnya saja
3.      Sering ada sosok makhluk yang mengawasi, melintas, atau mendengar suara-suara misterius, suara berisik di tempat yang sepi, suara tertawa, tangisan, rintihan, jeritan
4.      Tiba-tiba memiliki selera makan yang tak normal, bisa berkali kali lipat dari porsi biasanya atau keinginan untuk mengkonsumsi daging mentah, atau bunga tertentu.
5.      Sering malas dan lesu
6.      Kesurupan
7.      Mudah tersulut emosi
8.      Saying atau benci berlebihan pada seseorang

Adapun Siska Dwi Paramitha dalam paparan materinya melihat fenomena “jin” sebagai sesuatu yang tidak masuk dalam ranah psikologi. Hanya saja di dalam psikologi ada istilah yang dikenal dengan “Kesurupan Patologis”. Kesurupan patologis merupakan kesurupan yang sebenarnya terjadi akibat dari factor psikologis yang ada pada diri pasien sendiri.

Dalam kacamata psikologi, kesurupan termasuk gangguan jiwa ringan. Ini bisa saja terjadi karena seseorang lebih sering memendam perasaannya. Ia tidak mau berbagi perasaannya dengan orang lain, bisa jadi karena merasa takut, malu dan sebagainya. Bisa juga ia memendamnya karena ingin menunjukkan bahwa dia adalah orang kuat, tegar dan tidak cengeng. Padahal, berbagai persoalan yang dipendam itu, akan berubah menjadi sampah yang menggunung dan pada saatnya bisa meledak dan terjadilah luapan emosi yang tidak terkendalikan.

Ada fenomena yang sering kita lihat yakni kesurupan masal, dan saat kita teliti, umumnya yang mengalami hal tersebut adalah para perempuan. Apakah ini selau ada faktor X berupa gangguan “jin”? Tentu untuk menjawab hal ini tidak serta merta “jin” bisa dijadikan sebagai kambing hitam.

Karakter perempuan itu umumnya sugastable, mudah mengalami stress, pencemas dan banyak memendam masalah. Karakter perempuan yang mudah terpengaruh oleh lingkungannya, sering mengalami stress dan cenderung memendam masalah inilah yang menjadi factor utama ia mudah mengalami kesurupan saat ia tidak mampu mengontrol stress yang ada pada dirinya.

Saat mendengar suara jerita, rintihan, tangisan dan sebagainya, umumnya wanita akan mengalami rasa takut, gemetar dan jantungnya akan terpacu secara kencang. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan para perempuan umumnya tidak mampu mengendalikan emosinya sehingga ia bisa saja mengalami kesurupan. Pertanyaannya, lantas bagaiamana cara mengatasi gangguan kesurupan dari perspektif psikologi?

Untuk mengatsi hal ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu mengelola stress, mengontrol kecemasan, membuka diri dan ciptakan lingkungan yang nyaman. Untuk mengelola stress maka seseorang memerlukan untuk menyelesaikan masalah yag muncul bukan lari dari masalah. Membiasakan positif thinking, dan mencari ketenangan, bisa dengan mendengarkan music, dzikir, melihat pemandangan yang indah dsb.

Mengontrol kecemasan dengan cara melatih cara bernafas yang baik dan benar, olahraga ringan dan teratur serta mulai mencintai dan mengargai diri sendiri. Membuka diri dengan berdamai dengan masa lalu, mengekspresikan diri sesuai dengan emosi yang dirasakan, seperti menangis, tertawa dsb dan memulai untuk bercerita.

Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bisa dilakukan dengan memilih warna yang cerah dan lembut, menjaga kebersihan, mengatur sirkulasi udara yang segar dan meletakkan salah satu tanaman kecil di dalam ruangan.

Di akhir webinar ini, masing-masing narasumber memberikan closing statemen yang intinya adalah agar sebisa mungkin untuk mengontrol emosi, menjaga ketenangan ibadah dan seterusnya. Hal lain yang perlu dicatat adalah keyakinan diri bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah dan semua usaha yang dilakukan sebatas wasilah. Semua adalah terapis dan peruqyah, tinggal bagaimana kita benar-benar menanamkan keyakinan itu di dalam hati kita.

Komentar