Selendang dan Pakaian-Ku


Selendang dan Pakaian-Ku

Judul artikel ini diambil dari arti harfiyah dari salah satu hadits qudsi, yakni hadits yang sumbernya berasal dari Allah, namun redaksi lafadznya berasal dari Rasulullah Saw. Hadits jenis ini biasanya diawali dengan penyandaran kepada Allah Swt.

Adapun redaksi hadits yang saya maksud adalah sebagai berikut:

عن أبي هريرة قال هناد قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله عز وجل الكبرياء ردائي والعظمة إزاري فمن نازعني واحدا منهما قذفته فى النار (رواه أبو داود)

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata, Hannad berkata: ‘Rasulullah Saw bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kesombongan itu adalah selendang-Ku dan Keagungan itu adalah pakaian-Ku. Barangsiapa yang menarik dari-Ku, salah satu saja dari keduanya, akan Aku lemparkan dia ke dalam neraka.’” (HR. Abu Dawud)


Hadits di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. memiliki selendang dan pakaian yakni kesombongan serta keagungan. Tentu, bahasa yang digunakan dalam hadits tersebut tidak bisa dimaknai apa adanya sebagaimana kita memaknai pakaian layaknya manusia. Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan tiada sesuatupun di dunianya yang sepadan dengan-Nya.

Dunia adalah tempat ujian bagi orang yang beriman dan surge bagi orang kafir.  Karenanya jangan mengeluh saat ujian datang menyapa, karena memang selama di dunia kita akan dihadapkan dengan berbagai ujian. Ada kalanya seseorang lulus menjalaninya, pun pula sebaliknya ada yang gagal. Saat mereka lulus dari ujian, semakin meningkat martabat dan derajatnya di sisi-Nya, sebaliknya siapa yang gagal, murka-Nya  begitu menakutkan.

Secara garis besar ada dua jenis ujian dalam kehidupan ini, yakni ujian yang menyedihkan dan ujian yang membahagiakan. Ujian yang menyedihkan umumnya banyak orang yang mampu melewatinya dengan baik, sebaliknya ujian yang berbentuk kebahagiaan seringkali sulit dilalui.

Ujian yang menyedihkan yakni berupa berbagai hal yang tidak menyenangkan hati. Sempitnya rezeki, sakit, dan sejenisnya. Banyak orang yang mampu melewatinya dengan baik, bahkan semakin diuji semakin ia menyadari bahwa dirinya makhluk yang lemah yang seharusnya bersimpuh di hadapan-Nya.

Adapun ujian yang seringkali membuat orang lalai dan sulit melewatinya adalah manakala ia diuji dengan berbagai hal yang menyenangkan dalam hidup. Diuji dengan harta berlimpah, jabatan, kesehatan, tingginya ilmu pengetahuan dan sejenisnya. Banyak orang yang terjebak dalam kesombongan, merasa dirinya hebat melebihi yang lain dan seterusnya. Padahal semua itu sesungguhnya hanya tititpan yang semestinya disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaiknya, bukan untuk dibanggakan dan dijadikan sebagai bahan pamer di hadapan yang lain.

Mereka yang sombong sama halnya telah menarik selendang-Nya. Yang merasa agung, mulia, merasa besar sama halnya dengan menarik pakaian-Nya. Ancamannya adalah dilempar ke dalam api neraka.

Ilmu, harta, jabatan dan kemuliaan hanyalah amanah yang mesti kita jaga dan sukuri. Caranya adalah menggunakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Digunakan untuk hal-hal positif sesuatu dengan syariat yang ditentukan, bukan sebaliknya digunakan untuk memperturutkan nafsu semata.


Komentar