Rabu, 20 Juli 2016

Bertemu Rasulullah SAW dalam Mimpi



Bertemu Rasulullah dalam Mimpi


Mimpi bertemu Rasulullah SAW dalam mimpi adalah harapan setiap orang muslim. Akan tetapi untuk bermimpi bertemu rasulullah bukanlah hal mudah. Hanya orang – orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan rasulullah.

Menurut banyak riwayat hadis disebutkan bahwa barangsiapa bermimpi bertemu dengan rasulullah maka dia benar – benar bertemu dengan rasulullah karena syaitan tidak bisa menyerupainya. Sungguh bahagia orang yang bisa bertemu dengan rasulullah meski itu hanya dalam mimpi.

Dalam kitab Khazinatul Asrar disebutkan bahwa seseorang yang bermimpi bertemu dengan rasulullah saw memiliki keistimewaan. Diantara keistimewaan itu adalah:

1.      Wajib baginya husnul khatimah
2.      Wajib baginya syafaat
3.      Wajib baginya surga
4.      Allah mengampuni dosanya dan kedua orang tuanya apabila muslim
5.      Seperti orang yang mengkhatamkan al qur’an 12 kali
6.      Mudah baginya sakaratul maut
7.      Diangkat darinya siksa kubur
8.      Diamankan dari kerusuhan dihari kiamat
9.      Di datangkan baginya hajat – hajat dunia dan akhirat.

Adapun cara bermimpi bertemu rasulullah (versi Khazinatul asrar) adalah :

Dilaksanakan pada Malam Jum’at :

1.      Shalat hajat 2 rakaat
2.      Tiap – tiap rokaat membaca fatihah satu kali dan ayat kursi 15  kali
3.      Shalawat 1000 kali (Dari Abu Qatadah)

Dilaksanakan malam Jum’at:

1.      Shalat 2 rakaat
2.      Setiap rakaat membaca fatihah 1 kali, ayat kursi 1 kali, al ikhlas 15 kali
3.      Setelah salam membaca shalawat 1000 kali (Dari Abu Hurairah)

Dilaksanakan malam jum’at:

1.      Shalat 4 rakaatt 2 kali salaman
2.      Setiap rakaat membaca al fatihah, al dhuha, al insyirah, al qadr dan al zalzalah
3.      Membaca shalawat 70 kali
4.      Membaca istighfar 70 kali
5.      Kemudian tidur dengan membaca shalawat (Khazinatul asrar; 175)

Demikian diantara cara agar bisa bertemu rasulullah saw dalam mimpi. Tetapi yang jelas seseorang yang  bermimpi bertemu dengan rasulullah saw sudah barang tentu memiliki rasa cinta yang tulus kepada rasulullah. Seseorang yang memiliki cinta mendalam kepada rasulullah sudah pasti memperbanyak membaca shalawat kepada beliau ddalam setiap waktunya. Memang salah satu manfaat terbesar dari seseorang yang membaca shalawat adalah ittiba’ush shurah fi qalbil mushalli tercetaknya pribadi rasulullah saw dalam diri seorang yang membaca shalawat. Mudah – mudahan kita termasuk orang yang memperbanyak shlawat kepada baginda agung Rasulullah saw dan diberikan kesempatan untuk bertemu rasulullah saw. Amin… barangsiapa bertemu denganku dalam mimpi maka sungguh ia akan bertemu denganku dalam keadaan terjaga…. 

Allahu A’lam bi al Shawaab….

Mujahadah Maqam




Salah satu tuntunan di dalam pengamalan shalawat wahidiyah adalah pelaksanaan mujahadah maqam. Mujahadah maqam ini dilaksanakan selama tujuh hari. Pelaksanaan mujahadah ini di adakan secara berjamaah di maqam desa tempat para pengamal tinggal. Adapun lamanya pengamalan mujahadah maqam ini adalah tujuh hari dimulai pada bulan Syawwal. Apabila dalam bulan Syawwal belum bisa melaksanakan mujahadah ini maka boleh di laksanakan di bulan berikutnya sampai bulan Dzul Hijjah. 

Mujahadah naqam sangat dianjurkan bagi pengamal shalawat wahidiyah secara keseluruhan. Adapun maksud pelaksanaan mujahadah ini adalah untuk mendo’akan semua ahli kubur yang telah mendahului khususnya ahli kubur para pengamal shalawat wahidiyah umumnya semua umat islam agar diterima seluruh amal baiknya, diampuni semua dosa dan kesalahannya dan di tempatkan di tempat yang semestinya “Surga Allah SWT”.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa alam barzakh adalah awal dari akhirat. Ia adalah pintu bagi seseorang menuju alam akhirat. Menurut riwayat Sayyidina Utsman Ibnu Affan selalu menangis ketika beliau melintasi maqam. Ketika ditanya perihal ini, mengapa beliau selalu menangis setiap melintasi maqam? Apa gerangan yang membuat beliau menangis setiap melintasinya? Beliau menjawab: “Bukankah alam kubur (barzakh) adalah awal dari akhirat? Barangsiapa ketika di alam ini mendapat kebahagiaan tentulah akhir kehidupannya di akhirat akan bahagia. Tetapi sebaliknya, barangsiapa yang ketika berada di dalamnya ia disiksa maka sudah bisa dipastikan bahwa akhir kehidupannya di akhirat adalah siksaan dalam api neraka.”

Demikianlah hati yang penuh dengan kesadaran kepada Allah akan mudah untuk meneteskan air mata karena syauq, rindu kepada Allah, khauf, takut kepada Allah akan siksaanNya yang amat pedih. Hati yang sadar kepada Allah senantiasa diisi dengan keimanan, air matanya mudah menetes karena khauf dan teringat akan dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. 

Disebutkan dalam kitab Nashaihud Diniyyah, Rasulullah saw bersabda:

كُلُّ عَيْنٍ بَاكِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيْلِ اللهِ نصائح الدينية ص 
10
Artinya: “Setiap mata itu menangis di hari kiyamat kecuali mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalam terjaga di jalan Allah” (Nashaihud Diniyah; 10)

Dalam kitab yang sama, Rasulullah saw juga bersabda:

لَا يَلِجُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِى الضَّرْعِ وَحَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِى سَمِّ الْخِيَاطِ نصائح الدينية 
10
Artinya: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sehingga air susu kembali masuk ke dalam teteknya dan seekor unta masuk kedalam lubang jarum”. (Nashaihud Diniyah; 10)

Menangis terkadang dianggap sebagai hal cengeng, namun terkadang menangis adalah luapan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan kesadaran kepada Allah SWT sebagaimana tangisan Sayyidina Utsman Ibnu Affan. Tangisan seorang yang telah dijamin surga oleh Rasulullah saw.

Mengingat alam kematian adalah misteri yang sangat menghawatirkan bagi setiap orang maka mujahadah maqam sebagai salah satu bentuk ikhtiar untuk mendo’akan ahli kubur sangat penting untuk dilaksanakan. 

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah tsawabul a’mal bisa sampai kepada ahli kubur? Bukankah mereka telah mati yang itu berarti bahwa semua amal mereka telah terputus dan berhenti disitu. Wallahu A’lam bish shawab, hanya Allah yang tahu. Mungkin sampai saat ini sebagian diantara umat islam masih mempersoalkan tentang sampai tidaknya tsawabul a’mal. Akan tetapi menurut hemat penulis, hal itu tidak perlu dibesar – besarkan. Sejauh pemahaman penulis bahwa tsawabul a’mal akan sampai kepada ahli kubur asal benar – benar dilaksanakan secara ikhlas dan khusyu’ dalam berdo’a. Bukankah firman Allah dalam al qur’an: 

اُدْعُوْنِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ......

            Artinya: “Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan”.

Ayat ini tidak menyebutkan secara spesifik isi dari do’a itu. Apa saja bisa diminta kepada Allah termasuk diantaranya adalah memintakan ampun kepada semua ahli kubur yang telah kembali kehadirat Allah SWT. Dengan demikian berdo’alah kepada Allah untuk semua ahli kubur yang telah mendahului. Ingatlah qaul para ‘alim:

اَلْمَيِّتُ فِى قَبْرِهِ كَالْغَرِيْقِ الْمُغَوِّثِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً مِنْ أَخٍ أَوْ صَدِيْقٍ

Artinya: “Mayat dalam kubur keadaannya seperti orang yang tenggelam minta tolong, mereka sangat membutuhkan do’a (pertolongan) keluarganya baik itu dari saudara atau temannya”.

Allahu A’lam bi al Shawaab……..

Selasa, 19 Juli 2016

Introspeksi Diri di Bulan Syawwal



Syawwal artinya meningkat. Syawwal adalah nama bulan setelah Ramadlan yang didalamnya terdapat momen bersejarah untuk umat islam yaitu Idul Fitri. Sudah menjadai tradisi dalam masyarakat jawa Idul Fitri menjadi moment yang sangat dinantikan. Kehadiran idul fitri menjadi moment bagi umat islam untuk meluapkan kegembiraan setelah selama satu bulan penuh mereka harus menahan lapar dan dahaga. Tentu moment ini sangat membahagiakan bagi mereka yang telah menjalankan puasa.

Menjelang datangnya Idul Fitri umat muslim telah menyibukkan diri dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan pada perayaan idul fitri. Rumah – rumah dicat dan dihias, para Rukun Tetangga saling berlomba menghias dan membersihkan lingkungan mereka untuk menyemarakkan dan memeriahkan idul fitri. Selain itu mereka juga mempersiapkan berbagai jenis makanan dan kue untuk menghormat sanak family, tetangga dan handai tolan yang berkunjung untuk bersilaturrahmi. Baju yang dipakai pun juga baju baru atau baju yang masih bagus yang layak untuk dipakai saat berlebaran.

Terlepas dari semua hiruk pikuk idul fitri ada satu hal yang sering terlupakan oleh sebagian besar masyarakat muslim di balik semaraknya Idul Fitri yakni makna yang tersirat dibaliknya. Idul berasal dari Bahasa Arab عَادَ يَعِيْدُ  yang artinya adalah kembali. Sementara kata Fitri memiliki arti suci. Dengan demikian idul fitri artinya kembali kepada kesucian.

Idul fitri adalah moment dimana setiap muslim setelah menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga serta segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari selama satu bulan penuh mereka akan kembali kepada nuansa fitrah. Nuansa dimana seseorang kembali bersih suci tanpa noda dosa sebagaimana bayi yang dilahirkan. Ini sesuai dengan sabda rasulullah saw:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadlan karena Iman dan mengharap Ridla Allah SWT maka diampuni dosanya yang telah berlalu.”

Hadis diatas menjadi dasar pelaksaan puasa Ramadlan yang selanjutnya juga menunjukkan akan datang Idul Fitri. Seseorang yang menjalankan puasa Ramadlandengan penuh iman dan ikhlas semata karena Allah maka ia akan kembali suci sebagaimana ia dilahirkan dari perut ibunya untuk pertama kalinya. Bersih, suci tanpa noda dosa sma sekali.

Tanda bahwa seseorang telah mencapai idul fitri adalah syawwal yang artinya meningkat. Maka bulan setelah Ramadlan adalah bulan Syawwal. Artinya bulan peningkatan. Maka tanda bahwa seseorang telah mencapai idul fitri adalah adanya peningkatan dalam diri mereka baik dalam sikap dan ketaatan mereka kepada Allah. Bagaimana perilaku dan tindakan mereka sebelum dan sesudah ramadlan. Adakah peningkatan atau justru sebaliknya semakin jauh dari Allah SWT.

Jika seseorang belum mendapatkan peningkatan baik perilaku maupun ketaatan ubudiyah mereka kepada Allah maka seseungguhnya mereka belum mencapai idul fitri. Mereka belum sampai pada idul fitri secara maknawi meski secara dlahir mereka telah ikut merayakan idul fitri bersama sahabat, tetangga, sanak family dan handai tolan.

Seorang ulama’ berkata:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ وَطَعْمَهُ الَّذِيْذَ وَلَكِنَّ الْعِيْدَ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ

Artinya: “Bukanlah lebaran itu orang yang pakaiannya baru dan makanannya enak tetapi orang yang ketaatannya semakin bertambah.”

Qaul tersebut menunjukkan bahwa moment idul fitri bukan hanya sebagai moment untuk berhura – hura, berpesta pora dengan menyalakan petasan, memakai pakaian serba baru, makanan serba lezat dan semisalnya. Tetapi moment idul fitri adalah moment dimana kita harus senantiasa mawas diri, melihat dan mengaca pada diri kita adakah kita sudah semakin meningkat dalam ketaatan kita kepada Allah SWT atau belum. Jika belum mari segera bertaubat memohon ampun kepada Allah mengharap akan taufiq dan hidayahNya semoga kita menjadi hambaNya ila yaumil qiyamah. Allahu a’lam bish Shawaab….

Kamis, 16 Juni 2016

Peningkatan Mutu Tilawah Guru LPI Qurrota A’yun




Moment puasa Ramadlan bukanlah suatu alasan untuk bermalas malasan tanpa melakukan sebuah aktifitas positif yang bisa membangkitkan daya kreatifitas dan kualitas individu. Hal ini dibuktikan oleh antusias para pendidik di Lembaga Pendidikan Islam Qurrata A’yun mulai jenjang Play Group Islam Qurrota A’yun, Taman Kanak – kanak Islam Qurrota A’yun dan Sekolah Dasar Islam Qurrota A’yun dalam mengikuti pelatihan tilawah yang diselenggarakan oleh pihak pengelola LPI Qurrota A’yun.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai kemarin, Rabu, 15 Juni 2016 sampai dengan tercapainya standar tilawah yang diinginkan. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan direktur lembaga yang juga merangkap sebagai kepala SDI Qurrota A’yun Drs. Imam Muslimin, kegiatan ini merupakan upaya dari lembaga pendidikan Qurrota A’yun dalam rangka meningkatkan mutu layanan dan juga mutu lembaga pendidikan Qurrota A’yun utamanya dalam membentuk kepribadian pendidik dan juga peserta didik yang berakhlaqul karimah sehingga dirasa perlu adanya peningkatan mutu kualitas pendidik yang diawali dengan pembinaan mutu kualitas pendidik dalam membaca al Qur’an sesuai dengan standar LPTQ. 

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa al Qur’an adalah kitab suci umat islam yang tidak ada keraguan di dalamnya. Siapa yang berpegang teguh kepada al Qur’an Allah menjamin kehidupannya tidak akan tersesat selama – lamanya. Sebagai kitab suci, al Qur’an memiliki keistimewaan yang tidak sama dengan kitab suci selain al Qur’an salah satu diantaranya adalah cara bacanya. Al Qur’an sebagaimana firman Allah hendaklah dibaca dengan tartil.

Pada kenyataannya tidak banyak orang yang memiliki ketertarikan dalam membaca al Qur’an secara benar. Hal ini bisa dibuktikan dengan sedikitnya orang yang memahami secara benar tata baca al qur’an, mengenal tajwidnya, mengenal makharijul hurufnya serta memahami sifatil huruf. Kondisi semacam ini menyababkan banyak orang yang lancar membaca al Qur’an, enak lagu bacaannya namun kacau dalam kebenaran cara bacanya. 

Mengingat akan pentingnya al Qur’an sebagai salah satu jargon dalam pendidikan yang bernafaskan islam, LPI Qurrota A’yun berkomitmen untuk memperbaiki kualitas pendidikan al Qur’annya dengan mendatangkan tutor dari team Tilawati untuk melakukan pembinaan terhadap para pendidik dan tenaga kependidikan yang berada dalam naungan lembaga pendidikan ini.

Langkah semacam ini terbilang langka bagi lembaga – lembaga pendidikan formal mengingat targetan materi yang banyak, kegiatan yang silih berganti dan berbagai aktifitas KBM yang menyita banyak waktu dan tenaga. Namun, nyatanya komitmen lembaga ini begitu kuat hingga meski dalam keadaan berpuasa semua civitas akademika yang ada di lembaga ini dengan penuh semangat mengikuti setiap sesi pelatihan.

Dalam kesempatan ini, ketua team Pembina Tilawati yang diwakili oleh ustadz Huda menyampaikan tentang pentingnya membaca al Qur’an dengan benar, memahami setiap kaidah tata bacanya, memahami sifat huruf dan setiap hal yang berhubungan dengan al Qur’an. Beliau menegaskan al Qur’an adalah milik kita umat islam. Kalau bukan kita yang peduli, lantas siapa yang akan peduli terhadap al Qur’an. Beliau juga menyampaikan bahwa dalam beberapa waktu ini LPTQ mempunyai agenda besar dalam membina para imam masjid dan mushala di wilayah Tulungagung agar bacaan mereka sesuai dengan standar yang diharapkan. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa pada umumnya imam shalat dipilih bukan karena kualitas membaca mereka yang baik dan benar, akan tetapi lebih karena unsur usia mereka yang lebih tua dari jamaah yang lain. Hal ini menjadi factor utama yang menyebabkan masih  banyak ditemukannya   imam masjid dan mushala yang masih keliru bahkan kacau bacaan al Qur’annya.

Oleh karena itulah beliau menilai langkah yang diambil oleh lembaga pendidikan Qurrota A’yun adalah sebuah langkah positif yang harus disertai dengan komitmen dari semua komunitas yang ada didalamnya. Beliau menegaskan bahwa untuk membentuk tilawah yang baik dari semua out put di butuhkan system pengajaran dan pembinaan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh LPTQ. Beliau meminta komitmen bersama, jika setengah – setengah lebih baik tidak sama sekali. Karena satu orang saja yang tidak memiliki komitmen maka semua harapan tidak akan tercpai.

Kiranya komitmen lembaga ini mendapat ridla dari Allah SWT beriringan dengan syafaat rasulullah saw sehingga lembaga ini mampu menlahirkan generasi yang unggul dalam karakter religiusnya. Mampu mewujudkan jargon “GRESS” yang melekat pada lembaga ini. Generasi Shalih Shalihah. Amin…

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...