Minggu, 05 Juni 2022

Manusia yang Paling Berat Siksaannya

 

Manusia yang Paling Berat Siksaannya

(Seri Ihya’ Ulum Al-Din)



Setiap perjalanan yang ditempuh memiliki akhir perjalanan yang menjadi tujuan. Adakalanya perjalanan yang ditempuh akan sampai pada tujuan yang diharapkan, namun tidak jarang pula diantara para penempuh perjalanan tidak sampai pada tujuan yang diharapkan. Mereka sampai pada tempat, dimana tempat tersebut, sebenarnya bukanlah tempat yang menjadi tujuan perjalanannya. Akibatnya, mereka merasa menyesal dan tersesat dalam perjalanan yang ditempuhnya.

Kehidupan di dunia sejatinya tidak jauh berbeda dengan sebuah perjalanan. Yakni perjalanan untuk menuju pada kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan tanpa akhir yang disebut dengan akhirat. Kehidupan kekal abadi selama-lamanya. Sampai kapan? Sampai batas waktu yang dikehendaki-Nya.

Jumat, 27 Mei 2022

Falaulaa Rabbii

 

Falaulaa Rabbii



Menyelami dunia tasawuf seakan menyelami lautan tak bertepi. Semakin mendalami semakin terasa bahwa seolah tidak ada batas yang membatasinya, sehingga sampai kapanpun seorang mendalaminya semakin ia merasa kurang, demikian seterusnya. Pantas saja para ilmuan muslim pada umumnya menjadikan tasawuf sebagai puncak dari capaian pengembaraan intelektualnya.

Tasawuf sarat dengan nuansa spiritual. Ia menghadirkan perspektif tersendiri dalam melihat dan memandang kebenaran. Kebenaran tidak sekadar diukur dengan teori yang tersusun dari apa yang ditangkap oleh panca indera maupun argumentasi yang dibangun berdasarkan daya akal dalam bentuk penalaran dan logika. Lebih dari itu, kebenaran itu mesti dirasakan dalam relung “sanubari” yang paling dalam, kemudian terejawantahkan dalam bentuk perbuatan. Barangkali inilah pemahaman dari hadis, “Watsamratul iiman al-a’maal al-shaalihah”, buah dari iman adalah amal-amal shalih.

Oleh karena tasawuf lebih kental dengan nuansa spiritualnya, seringkali ungkapan-ungkapan sufi di satu tahapan pencapaiannya ditafsirkan para pengkajinya dengan beragam penafsiran. Tidak jarang juga penafsiran tersebut menimbulkan semacam “kegaduhan” akibat sudut pandang yang digunakan berbeda dengan ruang dimana ungkapan itu “terlahirkan”. Sebut saja beberapa ungkapan yang “nyleneh” seperti, “Anaa bahrun laa saahila lah, Innanii Anallaahu Laa Ilaaha Illa Anaa, Subhaanii Subhaanii,” dan istilah-istilah lainnya.

Rabu, 25 Mei 2022

Ba'da Al-Ta'ab

 

Ba’da Al-Ta’ab



Setiap pencapaian membutuhkan proses yang mesti dijalani dengan baik. Seberapa tingkat pencapaian tersebut, ditentukan oleh seberapa tingkat keseriusan, serta focus untuk mencapainya. Itulah mengapa dalam peribahasa Arab populer sebuah ungkapan, “Wamaa Al-Ladzdzatu Illa Ba’da Al-Ta’abi”, tidak ada kenikmatan kecuali setelah adanya kepayahan.

Peribahasa ini mengajarkan sebuah proses yang mesti dilakoni dengan serius. Tidak ada satu pencapaian yang diperoleh secara “ujug-ujug”. Siapa yang tetap focus pada target dan tujuan yang diharapkan, ia akan sampai pada tujuan tersebut, tepat pada waktunya.

Kamis, 19 Mei 2022

Menilik Kualitas Iman dan Islam

 

Menilik Kualitas Iman dan Islam

Seri Khutbah Jum’at



الحمد لله الذي جعلنا من العائدين والفائزين وأطال بقائنا فى شهر مبارك يسمى به شوال. أشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا سيادة المخلوقين. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد أشرف الخلق أجمعين وعلى أله وأصحابه وتابعين به أجمعين. أما بعد فيا أيها الناس اتقواالله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

Hadirin jamaah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Marilah pada kesempatan mulia penuh barakah ini, kita tingkatkan rasa iman dan taqwa kepada-Nya, dengan sekuat tenanga, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan bekal iman dan taqwa inilah, kita akan menjadi orang yang beruntung kelak di hari kiamat.

Hadirin jamaah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Masih di suasana bulan Syawal, tentunya tidak ada kegembiraan melebihi mereka yang mau menjalankan puasa di bulan Ramadhan, dipanjangkan usianya hingga bertemu ‘Idil Mubaarak, dan dikembalikan kepada kesucian, sehingga menjadi seorang yang “fithrah”, suci, laksana bayi yang dilahirkan dari rahim ibunya tanpa noda dosa.

Rabu, 18 Mei 2022

Keluasan Rahmat Allah

 

Keluasan Rahmat Allah



Islam datang sebagai rahmat bagi semua penghuni alam, yakni sesuatu selain-Nya. Rahmat ini tentunya tidak terbatas pada makhluk bernama manusia. Lebih dari itu, rahmat ini berlaku bagi semua makhluk, baik binatang, tumbuhan, bangsa jin, manusia dan selainnya. Dari semua makhluk ciptaan tersebut, agaknya “manusia” lah yang memiliki kedudukan paling istimewa, bahkan Al-Qur’an menyebutnya sebagai, Ahsani Al-Taqwiim, sebaik-baiknya bentuk.

Sebagai makhluk terbaik, tentu manusia juga dibekali dengan “potensi” yang lebih dari yang lain. Dari sisi fisiknya, manusia memiliki rupa yang “elok”. Ia juga dibekali dengan akal, pikiran dan hati yang dengannya, manusia berpotensi menjadi “khalifah di bumi”. Meski dibekali dengan berbagai potensi yang istimewa, ada sebagian orang yang bersyukur, sehingga memanfaatkan semua potensi tersebut dengan baik, sesuai dengan kehendak-Nya, namun sebagian lainnya, justru menggunakan potensi tersebut sekadar memburu “kesenangan sesaat”. Akibatnya, ia terjerumus pada berbagai bentuk kemaksiatan yang menjerumuskannya pada lembah penyesalan.

Selasa, 17 Mei 2022

Al-Islaam Ya’luu Walaa Yu’laa

 

Al-Islaam Ya’luu Walaa Yu’laa



Agama Islam pertama kali datang di Makkah, setelah Rasulullah saw resmi diangkat sebagai nabi dan Rasul. Hal ini ditandai dengan wahyu yang diturunkan kepadanya sekaligus perintah Allah swt agar memberikan peringatan dan menyeru penduduk Makkah untuk kembali pada jalan kebenaran, yakni kembali mengesakan Allah swt sebagai satu-satunya Rab yang wajib disembah. Disamping itu, risalah ini juga menuntut adanya kesetaraan antara sesama manusia baik di dalam kehidupan sosial, hukum terlebih di hadapan Allah swt. Satu-satunya patokan yang dijadikan sebagai “tolok ukur” kemuliaan adalah tingkat “ketaqwaan”.

Namun, kemunculan Islam sebagai agama yang dianggap sebagai “agama baru” oleh masyarakat Arab ditambah dengan semangat “kesetaraan” yang diusungnya, tentu membuat orang-orang yang telah menduduki titik “nyaman” dalam kehidupannya, baik secara adat, system, dan sebagainya merasa risih, bahkan menolak. Penolakan tersebut, tidak saja dalam bentuk “pemikiran”. Lebih dari itu, umat Islam periode awal, dicemooh, dikucilkan, bahkan mengalami penindasan baik secara psikis, maupun fisik. Bahkan sebagian diantaranya gugur sebagai “syahid” untuk mempertahankan “keyakinan” yang dimilikinya.

Kamis, 12 Mei 2022

Surplus/Defisit Kebahagiaan?

 

Surplus/Defisit Kebahagiaan?

Refleksi Idul Fithri Melalui Canda Tawa Sufi



Rabu, 11 Mei 2022, UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengadakan halal bihalal dalam rangka peringatan Idul Fithri 1443 H. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Gedung Arif Mustaqim. Hadir dalam kegiatan ini, seluruh civitas akademika dan karyawan di lingkup UIN Sayyid Ali Rahmatullah.

Pada halal bihalal ini, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. berhalangan hadir. Saat ini beliau masih harus menjalani recovery kesehatan. Oleh karena itu, beliau tidak bisa turut serta di tengah-tengah sivitas akademika, meskipun begitu, beliau masih menyempatkan untuk memberi sambutan dalam acara tahunan yang selama dua tahun vacuum karena pandemic covid-19.

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...