Nusammika
Bi…
Beberapa
minggu terakhir, fisik, tenaga dan fikiran terfokus pada persoalan rumah
tangga, menyambut kedatangan amanah Allah SWT untuk kali ketiga. Ya, putra
pertama dari ketiga anak saya telah lahir. Tepatnya hari Jum’at dini hari, pada
sekitar pukul 02.00 WIB. Sungguh keberkahan bagi kami sekeluarga atas nikmat
dan karunia-Nya yang tiada tara. Sekalipun ribuan kalimah hamdalah kami ucap
dan sanjungkan kepada-Nya, kiranya hal itu belumlah sepadan dengan nikmat dan
karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada keluarga kami.
Diantara
hak seorang anak adalah mendapatkan nama
yang baik dari kedua orang tuanya. Nama memiliki arti penting sebagai wujud
harapan dan do’a bagi anak. Masa depan anak kiranya menjadi masa depan orang
tua. Di pundak anaklah kebanggaan orang tua di masa yang akan datang.
Peribahasa Jawa mengatakan, “Asma kinarya japa”, nama ibarat sebuah
do’a.
Ya,
nama sesungguhnya adalah do’a yang dipanjatkan oleh orang tua untuk
anak-anaknya. Karenanya, menjadi penting, -menurut saya, memberitahukan arti
dari nama yang kita berikan kepada anak saat mereka mulai mengerti kata-kata
agar mereka paham dan mengerti apa yang menjadi harapan dan tujuan penamaan
yang diberikan orang tua kepada anaknya.
Mengingat
nama adalah do’a, perlu dipikirkan dengan sungguh-sungguh saat memberikan nama
kepada anak. Jangan sampai memberikan nama hanya karena pertimbangan trend
saja. Maaf, sebagian orang tua memberikan nama kepada anaknya hanya karena nama
itu dipakai oleh seorang yang ia kagumi, boleh jadi artis cantik atau nama ngetrend
ala kebarat-baratan. Sementara saat ditanya artinya mereka sama sekali tidak
paham tentang arti nama tersebut. Menurut saya hal itu kurang tepat dan mesti
diluruskan.
Buah
hati kami yang beberapa hari lalu lahir itu kami beri nama “Muhammad Adzkiya’ Musthafa Fathoni”. Nama itu diusulkan oleh istri saya tercinta. Setelah saya pikir-pikir,
saya rasa nama itu baik dan pada akhirnya kami sepakat untuk menggunakan nama
itu sebagai tanda baginya. Adapun sapaan/panggilannya adalah Adzkiy.
Kata Muhammad saya pakai sebagai bentuk tabbarukan
dan tafa’ulan kepada priyantun agung panutan umat Rasulullah Muhammad
SAW. Beliau adalah manusia pilihan yang tiada duanya di muka bumi ini.
Akhlaqnya yang mulia merupakan perwujudan al-Qur’an di bumi. Welas asihnya
kepada umat tidak terbantahkan. Bahkan saat detik-detik menjelang wafatnya
beliau masih tetap memikirkan umatnya. Kesempurnaan akhlaq, kebaikan budi,
kedermawanan, welas asihnya dan semua sifat terpuji yang dimilikinya
menjadikannya sebagi sosok yang terpuji di tengah-tengah umatnya, hingga saat
ini. Dia disegani baik oleh kawan maupun lawan. Itulah pula yang menjadi
harapan kami untuk putra tercinta. Semoga ia kelak tumbuh menjadi seorang yang
terpuji di tengah-tengah umatnya karena kebaikan budi akhlaqnya, dan semua
sifat terpuji yang melekat pada pribadi Rasul SAW.
Adzkiya’ adalah bentuk jamak dari kata dzakiyyun yang
artinya cerdas. Manusia ditakdirkan memiliki akal yang membedakannya dengan
makhluk yang lain. Kecerdasan akal manusia menyebabkannya menjadi mulia
melebihi yang makhluk ciptaan Allah yang lain. Bila kita ingin mendapatkan
informasi tentang hal ini, kiranya kita bisa mentelaah ayat al-Qur’an Surat
al-Baqarah (2); 30-34. Peristiwa yang terjadi sebelum Nabi Adam a.s. diturunkan
di bumi. Kecerdasannya dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan Allah Swt.
menjadikannya lebih unggul daripada malaikat sehingga Allah pun
memerintahkannya sujud kepada Adam a.s. Begitu pula kiranya harapan kami
berdua. Kelak putra kami akan tumbuh menjadi seorang yang cerdas,
berpengetahuan luas yang akan digunakannya dalam menegakkan kalimat Allah di
bumi. Menjadi seorang wali yang ulama dan ulama yang wali. Ilmuwan sekaligus
kekasih Allah dan kekasih Allah yang juga seorang ilmuwan.
Musthafa artinya terpilih. Rasul juga disebut dengan
musthafa. Harapannya kelak ia akan terpilih diantara umat sebagai seorang yang
bermanfaat, menebar kebaiakan di seluruh penjuru bumi. Akan menjadi seorang
yang bermanfaat bagi sesama, bangsa dan agama. Sabda Rasul, “Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”. Begitulah kiranya
harapan kami. Putra kami akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi yang lain.
Terpilih diantara mereka sebagai penebar kebaikan dan manfaat.
Fathoni diambil dari nama saya sebagai orang tuanya.
Ketiga anak kami semuanya diakhiri dengan kata ini. Mengapa? Karena harapan
kami, kelak selain mereka bermanfaat bagi umat, mereka juga tetap menghormati
kedua orang tuanya. Berbakti kepada kedua orang tua selama hidupnya di dunia.
Mampu menjadi kebanggaan orang tua yang menyelamatkan di dunia dan akhirat.
Semoga kelak engkau menjadi orang sebagaimana
harapan kedua orang tuamu. Shalih, taat Allah dan Rasul-Nya, bermanfaat bagi
negara, agama, umat dan masyarakat. Menjadi seorang yang senantiasa berjuang
menyelamatkan umat dari ketersesatan menuju keridla’an Allah Swt. Amin.
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar