Satu Lagi

Satu Lagi

Menekuni dunia literasi bukan persoalan mudah. Selalu saja ada bebatuan terjal yang akan menjadi penghalang. Cobaan demi cobaan, hambatan demi hambatan selalu datang sebagai badai yang menerjang, menghempaskan setiap yang ada di depannya.

Begitulah gambaran perjuangan seorang penulis dalam menghasilkan larik-larik kalimat, baris-baris paragraph dan seterusnya. Semua membutuhkan perjuangan. Mereka yang menikmati hasilnya, hanya mengetahui hasilnya tanpa sedikitpun melirik pada perjuangan berdarah-darah para penulisnya.


Keuletan, ketelatenan, istiqamah dan sabar menjadi hal penting dalam menekuni dunia literasi. Memang, harus diakui, tidak banyak orang yang memiliki ketertarikan pada dunia literasi. Dunia literasi menjadi hal yang langka di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

Seorang pengamat mengatakan, bahwa budaya baca dan menulis di kampus kita saat ini telah berada di titik nadir. Begitu yang dikutip oleh pak Ngainun Naim di sebuah artikel pendeknya di group wa kepenulisan yang dikelolanya. Keadaan ini sungguh memprihatinkan dan ironis sekali mengingat kampus adalah lingkungan yang mensyaratkan baca tulis sebagai budayanya. Hal ini lah yang sepertinya turut serta mendorong beliau untuk menyuarakan gerakan literasi dimanapun dan kapanpun beliau berada.

Ya, memang budaya literasi sepi peminat. Tetapi sepinya peminat justru menunjukkan bahwa budaya ini sesungguhnya memiliki posisi istimewa di antara profesi lainnya. Memang yang istimewa itu sedikit jumlahnya. Jika banyak, namanya bukan istimewa.

Di saat banyak waktu tersita untuk urusan rumah tangga, kesempatan menorehkan kata-kata juga sangat terbatas, hadirlah pemicu semangat lagi. Ya, satu lagi antologi hadir sebagai pemantik semangat menulis setelah sebelumnya dua antologi juga sudah saya terima. Buku keroyokan bersama para senior literasi. Antologi pertama bertema Inspirasi dari Ruang Kuliah, IAIN menuju Kampus Dakwah dan Peradaban, dan Perjuangan Pemberdayaan Masyarakat.

Memang antologi tetaplah bukan karya solo yang menjadi bukti keseriusan seseorang menekuni dunia literasi. Tetapi, menurut saya, buku antologi adalah awal yang menggembirakan bagi para pemula. Kehadiran antologi ini sungguh menjadi pemantik semangat untuk lebih banyak berkarya menghasilkan baris-baris paragraph. Menulis artikel sederhana untuk kemudian dipublikasikan melalui media sosial yang saya miliki semisal blog, facebook, twitter dan wa.

Mungkin sebagian orang mengatakan bahwa tulisan-tulisan yang saya hasilkan jauh dari titel ‘berkualitas’, tetapi tidak mengapa. Memang begitulah sejatinya. Apa yang saya tulis dan ungkapkan dalam artikel-artikel itu masih jauh dari kata ‘kualitas’. Saya memang tetap harus membiasakan diri belajar dan terus belajar. Saya sadar sepenuhnya bahwa saya bukan orang cerdas dan hebat layaknya penulis senior lainnya. Karenanya saya tetap harus belajar, setahap demi setahap menaiki tangga hingga pada akhirnya sampai pada tujuan yang saya harapkan.


Semoga kehadiran buku antologi ini semakin membuka titik cerah dunia literasi dalam diri saya. Ya, literasi yang selama ini bagaikan ‘mimpi’ bagi saya. Seolah sulit menjadi kenyataan, tapi saya yakin, dengan kesungguhan dan keyakinan dan terus menempa diri, semua itu akan menjadi kenyataan dikemudian hari. Amin.

Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar