Bapak Kembali Ke Dunia
Kecelakaan yang terjadi waktu itu benar-benar membuat keluarga
merasa shock, pasalnya kejadian itu merupakan kecelakaan berkendara bapak untuk
pertama kalinya. Kecelakaan yang menyebabkannya tidak lagi diizinkan berkendara
motor hingga akhir hayatnya.
Cukup lama bapak mengalami koma di rumah sakit dan dilanjutkan ke-“tidak
sadaran”-nya di rumah. Bapak yang saat itu harus menjalani operasi di bagian
kepala kanannya karena ada pembekuan darah di kepala harus rela kehilangan
sebagian batok kepalanya. Dengan petunjuk dokter batok kepala itu dikubur
terlebih dahulu di maqbarah sebelum akhirnya lima belas tahun kemudian bapak
menyusulnya.
Saya tidak ingat persisnya berapa bulan bapak tidak sadarkan diri. Hanya
ingat lama sekali. Bahkan saat bapak ditanya kejadian sebelum mengalami
kecelakaanpun bapak tidak ingat. Padahal menurut cerita dari keluarga,-karena
saya tidak di rumah kala itu, bapak baru saja mengikuti khatmil qur’an
di tetangga rumah, tepatnya di rumah adik dari mbah putri saya yang telah meninggal
saat ibu masih kecil.
Beberapa hari kemudian setelah dari rumah sakit, bapak sepertinya
telah sadar. Beliau bisa diajak komunikasi sebagaimana biasa. Bisa berjalan
sendiri, tentunya tetap dengan pendampingan keluarga. Karena Alhamdulillah,
bagian kaki bapak tidak mengalami luka serius. Hanya bagian kepala dan retak di
bagian tulang telapak tangan kiri.
Semua orang dan keluarga tentunya, mengira bahwa bapak telah sadar
serta keluar dari masa le-“tidak sadaran”-nya. Tidak satu pun mengira kalau
bapak saat itu ternyata belum kembali ke dunia “sadar”-nya sebagaimana yang
diharapkan. Padahal saat diajak komunikasi beliau juga menjawab layaknya orang
yang sadar.
Singkat cerita, beberapa hari terakhir sebelum “kembali”-nya bapak,
ada perilaku aneh bapak yang diamati ibu. Setiap kali, bapak mengangkat tangan
kirinya yang retak ke atas. Hal itu terjadi berulang-ulang. Ibu merasa khawatir
dan menurunkan tangan bapak. Begitu seterusnya. Ibu tidak tahu kalau pada
moment itulah, bapak “kembali ke dunia.”
Menurut cerita bapak, “Allahu A’lam,” saat ditanya keluarga
apa yang dialami saat tidak sadar dalam kurun yang cukup lama itu, beliau
melakukan aktifitas sebgaimana biasanya. Ya ke madrasah, mujahadah, yasinan dan
sebagainya. Saat beliau mengangkat tangan itu, ternyata ada peristiwa yang
dialaminya di alam bawah sadarnya.
Di alam bawah sadar itu, bapak sedang bermusyawarah dengan para
sahabatnya membahas mengenai “udhwul fudhul,” yakni orang yang memiliki
anggota tubuh lebih daripada umumnya. Sebagai contoh adalah jumlah jari orang
pada umumnya adalah lima di setiap telapaknya. Namun, terkadang ada orang yang
memiliki jari enam. Nah, bagaimana hukum satu jarinya saat berwudhu? Dan bagaimana
jika jari tersebut di potong dengan cara operasi?
Menurut beliau, hasil kesimpulan dalam musyawarah alam bawah sadar
itu adalah boleh tidak dibasuh, oleh karena ia adalah bagian lebih dari anggota
normal yang biasanya dimiliki manusia. Karena itu pula, jika jari itu dipotong
dengan cara operasi, hukumnya boleh. Setelah keputusan itu, bapak mengangkat-ngangkat
tangannya.
Di alam tersebut, perasaan bapak, jumlah jarinya adalah enam,
padahal tidak. Karena itu,-menurut bapak, jari itu hendak dipotongnya dengan jalan
operasi. Rupa-rupanya, itulah yang membuat tingkah aneh bapak dengan
berkali-kali mengangkat tangannya. Ya, bapak kembali ke dunia, setelah selama beberapa
minggu atau bulan mungkin, beliau tidak sadar dan berada di dunia lain. Dunia bawah
sadarnya.
Komentar
Posting Komentar