Mama
Keren, Papa Nggak Leren
Hampir Sama |
Saat
melaju dari kampus ke rumah, tanpa sengaja sebuah truk menyalip sepeda motor
yang saya kendarai. Di bak belakang truk tertulis kalimat, “Mama Keren, Papa
Nggak Leren”. Saya bergumam dalam hati, “Ada-ada saja”.
Sepintas
saat anda membaca kalimat tersebut anda mungkin hanya beranggapan biasa saja,
namun, -menurut saya, ada pesan moral yang sesungguhnya bisa diambil dari
tulisan tersebut. Apa itu?
Kaum
hawa kerap kali diisukan sebagai kaum tertindas. Mereka seringkali mengalami
kekerasan dalam rumah tangga. Ada banyak kasus yang menunjukkan hal itu.
Mungkin komisi perlindungan perempuanlah yang banyak memiliki data mengenai hal
tersebut. Berapa banyak kali kasus pelanggaran terhadap hak-hak perempuan
pertahunnya. Apakah mengalami peningkatan atau penurunan. Komisi inilah yang
akan konsen dalam hal tersebut. Lantas pertanyaannya, bagaimana dengan kaum
adam?
Kaum
adam seringkali dikonotasikan sebagai seorang yang kuat, keras, kasar dan
kadang sewenang-wenang. Mereka kerap melakukan pelanggaran pada hak-hak
perempuan. Bila ada korban KDRT pelakunya pasti kaum adam. Mengapa? Ya memang
pelakunya laki-laki. Sampai hari ini jarang ada korban KDRT yang korbannya
lelaki dan pelakunya perempuan. Mengapa?
Nah,
itulah yang semestinya dicari jawabannya. Apakah memang tidak ada perempuan
yang menindas lelaki? Boleh jadi ada. Hanya karena konsennya pada satu sisi,
sehingga sisi lain tidak akan tersoroti.
Saya
ingin mengatakan, bahwa setidaknya, “Mama Keren, Papa Nggak Leren” itu mewakili
hal ini. Saat ini, ketika kita berjalan di pasar, toko, supermarket dan
mall-mall besar, banyak kita temukan emak-emak yang bersolek luar biasanya.
Sementara di satu sisi, boleh jadi suaminya banting tulang, kerja keras tanpa
mengenal waktu. Istri sibuk merias dan mempercantik diri, sementara suami
sempoyongan banting tulang memenuhi kebutuhan istrinya. Apakah hal demikian
benar adanya?
Saya
yakin, anda tahu jawabannya. Sebagian di antaranya mengatakan, bahwa salah satu bukti bahwa suami perhatian
pada istrinya adalah saat istrinya berpenampilan ‘kinclong’. Hehehe…
Pernyataann
seperti itu boleh jadi benar, boleh jadi salah. Benar bila niat dan tempatnya
benar. Salah bila niat dan tempatnya salah. Kira-kira begitu…
Benar
jika bersoleknya adalah untuk menyenangkan hati suami dan membuatnya betah di
rumah. Saat ia pergi, segera pingin pulang karena ingin melihat istrinya yang
memesona. Hehehe.. jika demikian kira-kira benar. Tetapi jika sebaliknya?
Seorang
wanita bersolek saat ia meninggalkan rumah dan enggan bersolek saat berada di
samping suaminya. Bagaimana menurut anda? Silahkan menilai sendiri-sendiri.
“Mama
Keren, Papa Nggak Leren”, sesungguhnya adalah sebuah bentuk ungkapan bahwa
telah terjadi penindasan pada kaum lelaki. Tetapi siapa dia yang ditindas? Ya,
saya juga tidak tahu. Bila benar adanya, maka perlu untuk diluruskan. Betapapun
kuasanya kaum hawa, tetap saja ia mesti menjaga batasannya, patuh pada
suaminya, karena surganya ada pada telapak kaki suaminya.
Kaum
hawa adalah kaum mulia yang diciptakan di dunia ini. Padanya terletak tanggung
jawab besar untuk umat dan bangsa. Tidak berlebih kiranya saat Rasul bersabda,
“Wanita adalah tiangnya negara, manakala ia baik, baiklah negara tersebut, dan
bila ia jelek, maka hancurlah negara tersebut.”
Karenanya
wahai kaum hawa!!! Sadarlah akan peran besarmu untuk menjaga umat dan bangsamu!
Engkau adalah ciptaan Allah terindah di dunia ini. Tempatkan dirimu pada tempat
yang semestinya dan janganlah melampaui batas. Ingatlah akan kewajibanmu untuk
keluarga, agama, bangsa dan umat!
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar