Jumat, 12 Januari 2018

Mama Keren, Papa Nggak Leren

Mama Keren, Papa Nggak Leren

Hampir Sama

Saat melaju dari kampus ke rumah, tanpa sengaja sebuah truk menyalip sepeda motor yang saya kendarai. Di bak belakang truk tertulis kalimat, “Mama Keren, Papa Nggak Leren”. Saya bergumam dalam hati, “Ada-ada saja”.


Sepintas saat anda membaca kalimat tersebut anda mungkin hanya beranggapan biasa saja, namun, -menurut saya, ada pesan moral yang sesungguhnya bisa diambil dari tulisan tersebut. Apa itu?

Kaum hawa kerap kali diisukan sebagai kaum tertindas. Mereka seringkali mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Ada banyak kasus yang menunjukkan hal itu. Mungkin komisi perlindungan perempuanlah yang banyak memiliki data mengenai hal tersebut. Berapa banyak kali kasus pelanggaran terhadap hak-hak perempuan pertahunnya. Apakah mengalami peningkatan atau penurunan. Komisi inilah yang akan konsen dalam hal tersebut. Lantas pertanyaannya, bagaimana dengan kaum adam?

Kaum adam seringkali dikonotasikan sebagai seorang yang kuat, keras, kasar dan kadang sewenang-wenang. Mereka kerap melakukan pelanggaran pada hak-hak perempuan. Bila ada korban KDRT pelakunya pasti kaum adam. Mengapa? Ya memang pelakunya laki-laki. Sampai hari ini jarang ada korban KDRT yang korbannya lelaki dan pelakunya perempuan. Mengapa?

Nah, itulah yang semestinya dicari jawabannya. Apakah memang tidak ada perempuan yang menindas lelaki? Boleh jadi ada. Hanya karena konsennya pada satu sisi, sehingga sisi lain tidak akan tersoroti.

Saya ingin mengatakan, bahwa setidaknya, “Mama Keren, Papa Nggak Leren” itu mewakili hal ini. Saat ini, ketika kita berjalan di pasar, toko, supermarket dan mall-mall besar, banyak kita temukan emak-emak yang bersolek luar biasanya. Sementara di satu sisi, boleh jadi suaminya banting tulang, kerja keras tanpa mengenal waktu. Istri sibuk merias dan mempercantik diri, sementara suami sempoyongan banting tulang memenuhi kebutuhan istrinya. Apakah hal demikian benar adanya?

Saya yakin, anda tahu jawabannya. Sebagian di antaranya mengatakan,  bahwa salah satu bukti bahwa suami perhatian pada istrinya adalah saat istrinya berpenampilan ‘kinclong’. Hehehe…

Pernyataann seperti itu boleh jadi benar, boleh jadi salah. Benar bila niat dan tempatnya benar. Salah bila niat dan tempatnya salah. Kira-kira begitu…

Benar jika bersoleknya adalah untuk menyenangkan hati suami dan membuatnya betah di rumah. Saat ia pergi, segera pingin pulang karena ingin melihat istrinya yang memesona. Hehehe.. jika demikian kira-kira benar. Tetapi jika sebaliknya?

Seorang wanita bersolek saat ia meninggalkan rumah dan enggan bersolek saat berada di samping suaminya. Bagaimana menurut anda? Silahkan menilai sendiri-sendiri.

“Mama Keren, Papa Nggak Leren”, sesungguhnya adalah sebuah bentuk ungkapan bahwa telah terjadi penindasan pada kaum lelaki. Tetapi siapa dia yang ditindas? Ya, saya juga tidak tahu. Bila benar adanya, maka perlu untuk diluruskan. Betapapun kuasanya kaum hawa, tetap saja ia mesti menjaga batasannya, patuh pada suaminya, karena surganya ada pada telapak kaki suaminya.

Kaum hawa adalah kaum mulia yang diciptakan di dunia ini. Padanya terletak tanggung jawab besar untuk umat dan bangsa. Tidak berlebih kiranya saat Rasul bersabda, “Wanita adalah tiangnya negara, manakala ia baik, baiklah negara tersebut, dan bila ia jelek, maka hancurlah negara tersebut.”

Karenanya wahai kaum hawa!!! Sadarlah akan peran besarmu untuk menjaga umat dan bangsamu! Engkau adalah ciptaan Allah terindah di dunia ini. Tempatkan dirimu pada tempat yang semestinya dan janganlah melampaui batas. Ingatlah akan kewajibanmu untuk keluarga, agama, bangsa dan umat!

 Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar