Kalimanis
Nan Asri
Catatan
DPL Kalimanis 2
Kamis,
11 Januari 2018, untuk kedua kalinya kaki saya menginjak bumi Kalimanis di
bawah kaki Gunung Kawi. Kesan mendalam kembali saya rasakan saat menginjakkan
kaki di desa nan asri ini. Sepanjang perjalanan mata saya dimanjakan oleh
panorama indah yang menakjubkan. Pesonanya menenangkan hati setiap orang yang
memandangnya.
Perjalanan
saya mulai dari kampus IAIN Tulungagung, tempat di mana saya mengabdikan diri
dan mendarma baktikan ilmu yang selama ini saya pelajari. Jarak antara kampus
dengan lokasi cukup jauh. Saya berangkat dengan penuh semangat bersama sepeda
tua yang menjadi saksi perjuangan di masa muda. Kata orang jawa, “Seksine
Joko Loro”, saksi perjuangan masa muda yang penuh dengan liku-liku. Banyak
kenangan bersama sepeda motor tua yang Alhamdulillah masih setia menemani
hari-hari saya ke kampus.
Saya
langsung menuju ke posko 2 Kalimanis di mana di sini, teman-teman mahasiswa
sedang berjuang menempa diri untuk menjadi pribadi yang kuat. Pribadi kuat,
handal dan siap menatap masa depannya. Merekalah yang kelak akan menjadi para
pemegang sejarah di masa depan. Akan memberi warna bagi kehidupan di masanya.
Proses yang saat ini akan memberikan banyak kenangan, pelajaran dan manfaat
bagi mereka sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Kira-kira
pukul 10.00 WIB saya sampai di posko. Kedatangan saya disambut dengan hangat
oleh para sahabat yang menanti saya. Tampak dari wajah mereka yang sumringah,
mengisyaratkan rasa bahagia yang mendalam. Tentu, saya merasa sangat bahagia
dan bangga pada mereka semua. Harapan besar saya letakkan di pundak mereka agar
kelak mereka mampu menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Menjadi orang-orang yang penuh keikhlasan untuk menegakkan kalimat Allah di
dunia dan menjadikan peradaban bangsa semakin beradab di masa mendatang.
Saat
datang saya banyak berbincang-bincang dengan para sahabat yang hebat-hebat ini.
Berkenaan dengan berbagai kegiatan yang telah mereka jalankan selama beberapa
hari menetap di Kalimanis. Desa yang nyaman, sejuk dan asri ini. Mereka
menginformasikan berbagai kegiatan yang telah dijalani. Mulai dari mengajar di
TPQ, membantu membuka bimbingan belajar, belajar membantu administrasi di
sekolah, mengikuti berbagai kegiatan di desa semisal yasinan, tahlil, dan
semisalnya.
Berkaitan
dengan lingkungan mereka juga tidak segan-segan berjibaku dengan masyarakat
setempat untuk membersihkan lingkungan. Memberikan pemahaman kepada warga
tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Mereka berusaha menyatu bersama dengan
warga dalam kesehariannya tanpa menciptakan sekat pemisah di antara mereka.
Selain
itu, berdasarkan informasi yang saya terima mereka akan segera melakukan
peninjauan lokasi potensial wisata di Desa Kalimanis. Bersama dengan warga
mereka berupaya untuk mengembangkan potensi alam ini menjadi potensi yang bisa
dinikmati oleh warga dan membantu perekonomian mereka. Ya, tentunya bukan
dengan materi. Dengan sumbangan ide dan gagasan yang mereka berikan. Maklum,
para sahabat mahasiswa ini bukanlah pemegang dana yang bisa mensuplay
pembangunan tempat wisata atau bangunan fisik. Mereka sedang belajar untuk
menguji teori ilmu yang selama ini mereka pelajari di kampus.
Tidak
lupa saya memberi masukan dan gagasan yang barangkali saja bisa dijadikan bahan
pertimbangan untuk menjalankan programnya. Mengenai kondisi para warga yang
membutuhkan pemahaman mengenai kesehatan, alangkah baiknya bila mereka memberi
jalan kepada dinas kesehatan setempat untuk memberi penjelasan mengenai hal
ini.
Berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran TPQ dan Madin di daerah yang kelihatannya masih
memerlukan perhatian, saya mengusulkan agar mereka mencoba untuk menjalin
kerjasama dengan pihak LP Ma’arif atau yang semisalnya guna mengadakan
pelatihan untuk meningkatkan SDM tenaga pengajar yang masih memerlukan
pembinaan.
Selain
itu masih banyak hal lain yang juga saya sampaikan utamanya berkaitan dengan
informasi yang berkaitan dengan KKN yang sedang mereka jalani. Informasi yang
saya terima dari LP2M, dari sesama rekan DPL saya sampaikan kepada mereka
sejauh pemahaman yang saya terima. Maklum, ini adalah pengalaman pertama saya
menjadi DPL KKN. Saya tidak menutup diri bahwa banyak hal yang mesti saya
pelajari dari para senior yang telah lebih dahulu menjadi DPL.
Siang
harinya saya tidak lupa menyempatkan diri untuk bertemu dengan tokoh masyarakat
setempat. Adalah Bapak Khairul Anam, tokoh masyarakat yang banyak membantu
kegiatan sahabat mahasiswa selama mereka menjalankan KKN. Dari perbincangan
saya bersama beliau, saya mendapat kesimpulan bahwa beliau adalah seorang yang
telah banyak makan asam garam kehidupan. Beliau memiliki banyak pengalaman yang
sepertinya para sahabat mahasiswa harus banyak belajar darinya, termasuk saya.
Beliau
adalah sosok yang sangat ramah, supel dan sangat menghormati sesama. Dari
beliau saya banyak mendapatkan informasi terkait dengan adat kebiasaan
masyarakat setempat. Pluralitas masyarakat yang sangat beragam, tradisi saling
menghormati dan toleransi yang kuat mengakar di tengah kehidupan masyarakat
setempat. Perlu dicatat bahwa masyarakat Kalimanis tidak hanya penganut muslim
saja, tetapi di sana juga banyak penganut nashrani. Bahkan di Desa Kalimanis
ini juga terdapat masjid, gereja dan wihara. Menunjukkan beragamnya penganut
agama dan kepercayaan di desa ini.
Kaitannya
tradisi masyarakat setempat semisal yasinan, buwoh dan sebagainya, nampaknya
hal ini cukup mengakar kuat di wilayah nan asri ini. Namun, kaitannya dengan
ubudiyah, sebagai bentuk keshalehan individu, menurut beliau masih memerlukan
banyak pembinaan. Umumnya generasi muda yang telah menginjak usia sekolah
lanjutan, sudah tidak mau lagi mengaji di madrasah. Entah apa masalahnya. Hal
ini seyogyanya juga menjadi garapan para sahabat mahasiswa KKN untuk memberikan
penyadaran kepada mereka tentang pentingnya keseimbangan belajar agama dan
mengaji di madrasah.
Berkaitan
dengan tradisi ‘buwoh’ masyarakat Kalimanis begitu kuat memegangnya. Buwoh
mereka anggap sebagai ungkapan rasa saling ‘membantu’ untuk meringankan beban
saudara mereka yang sedang dalam kerepotan. Mereka ingin membantu agar saat
mereka mengalami kesusahan, orang lain pun mau untuk membantunya. Hal ini
penting mengingat tidak seorangpun tahu bagaimana nasibnya di masa depan. Saat
senang, tentu mereka bisa menjalani dengan baik. Tetapi, saat susah mereka
membutuhkan sandaran yang akan menopang tubuhnya dari jatuh yang menyakitkan.
Silaturahim ke Tokoh Masyarakat |
Bagi
mereka yang tidak peduli pada yang lain, tentu akan mendapat sanksi. Begitulah
yang terjadi di masyakarat. Tetapi jangan menganggap bahwa sanksi itu berupa
sanksi yang formal, melainkan sanksi non formal. Bila mereka tidak peduli pada
yang lain, mereka juga tidak akan peduli pada orang demikian itu di saat mereka
sedang kesusahan.
Ada
hal menarik kaitannya dengan budaya toleransi yang dikembangkan masyarakat
Kalimanis kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Saat hari raya agama
masing-masing, tentu antara yang berbeda agama tidak akan saling mengunjungi
mengingat keyakinan mereka berbeda. Tetapi ada cara tersendiri yang mereka
tempuh untuk tetap menjaga kerukunan itu. Semisal untuk hari raya Idul Fitri
dan hari raya Natal.
Pada
hari raya Idul Fitri masyarakat Desa Kalimanis mengadakan acara yang bertajuk
halal bihalal. Acara ini melibatkan semua penduduk desa dengan beragam agama
dan kepercayaan. Mereka saling memaafkan antar satu dengan lainnya melalui
tradisi ini. Biasanya kegiatan ini
diadakan di balai desa.
Sementara
untuk hari raya Natal tidak ada acara khusus yang diadakan. Para penganut
nashrani tetap menjalankan hari rayanya sebagaimana tradisi yang mereka ugemi. Namun,
perayaan bersama dialihkan di malam tahun baru. Pada malam tahun baru Desa
Kalimanis memiliki tradisi tersendiri untuk menyambutnya dan menyatukan
warganya, yakni dengan mengadakan ‘Malam Seribu Kembang Api’. Saya
sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana meriahnya acara seribu kembang api
ini. Hal ini saya dapatkan dari informasi yang disampaikan oleh Bapak Khairul
Anam.
Banyak
hal yang beliau sampaikan yang tidak bisa saya uraikan secara panjang lebar di
artikel singkat ini. Tetapi, saya yakin para sahabat mahasiswa juga telah
merekamnya dalam memori ‘pikiran’nya saat kami silaturahmi ke kediamannya.
Kalimanis,
Desa kecil di kaki Gunung Kawi yang memiliki potensi alam nan memesona.
Masyarakatnya ramah, penuh dengan kekeluargaan. Para sahabat mahasiswa
merasakan betapa baiknya mereka. Mereka membuatkan teh, kopi dan jajanan untuk
mereka. Sungguh betapa kekuargaan ini harus dijaga dengan baik dan jangan
sampai meninggalkan bekas luka di antara mereka. Bila semua pihak terutama
sahabat mahasiswa bisa menjaga hal ini dengan baik, insya Allah tugas KKN akan
bisa menuai sukses yang gemilang. Sebaliknya, bila salah satu saja ada yang
tidak bisa menjaganya, boleh jadi semua program akan gagal. Ingat kata pepatah,
“Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Sebelum
meninggalkan Kalimanis sekali lagi saya berpesan agar senantiasa menjaga
ibadahnya. Berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadi contoh bagi
masyarakat dalam menjalankan ubudiyahnya. Menjaga kekompakan mengingat hal itu
adalah nafas bersama dalam menjalankan sebuah kerja tiem. Tetap menjaga
kesehatan mengingat cuaca yang mereka hadapi berbeda dari cuaca kesehariannya.
Do’a saya untuk semua sahabat mahasiswa KKN Kalimanis 2 dan semua mahasiswa KKN
IAIN Tulungagung, dimanapun berada semoga selalu bersama Hidayah-Nya, mendapat
Ridla-Nya dan mampu menjalankan aktifatasnya dengan baik. Sukses dalam semua
programnya dan kembali ke kampus dengan meninggalkan kesan baik di semua tempat
tugasnya. Amin
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar