Wisata Puncak Langit
Catatan DPL KKN Kalimanis 2
Selasa,
23 Januari 2018, saya menginjakkan kaki di Desa Kalimanis. Kedatangan saya kali
ini tanpa sepengetahuan mahasiswa. Sengaja saya datang tanpa memberi konfirmasi
untuk sekedar mengetahui kegiatan sahabat mahasiswa, disamping tentunya
memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada mereka dalam menjalankan
proses pembelajaran di lapangan.
Perjalanan
saya mulai dari kampus IAIN menuju Kalimanis. Sekitar pukul 09.30 WIB saya
sampai dan langsung menuju posko 2 Kalimanis. Kaget, begitulah kira-kira
gambaran sahabat mahasiswa yang piket di posko karena saya datang tanpa memberi
konfirmasi terlebih dahulu.
Saya
menghabiskan waktu dengan santai bersama mahasiswa sembari melakukan evaluasi
kegiatan yang telah berjalan dan menggali informasi tentang kegiatan yang akan
datang. Alhamdulillah saya merasa senang, setidaknya sampai detik itu, saya
melihat semangat para sahabat mahasiswa masih tetap luar biasa. Tidak hanya
itu, mereka bisa menjaga kekompakan
sehingga setiap program yang direncanakan bisa berjalan dengan baik.
Alhamdulillah
dari informasi yang saya terima, mereka telah terjun dalam memberdayakan masyarakat,
membuka bimbingan bagi anak-anak yang ingin bimbingan belajar, mengikuti
berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti jamaah yasin, tahlil, khatmil
qur’an, membantu mengajar di TK/RA, TPA, SD, terjun dalam menggiatkan gerakan ‘Gemar
Membaca’ di kalangan siswa sekolah dasar dan sebagainya. Tentu, semua itu
adalah hasil kerja keras mereka untuk bisa mengambil peran di tengah
masyarakat.
Satu
bulan bukan waktu yang lama bagi mereka untuk bisa memberi kepuasan kepada semua
masyarakat. Apalagi tingkat pluralitas mereka yang beragam. Kekurangan pasti
ada, apalagi mengingat jumlah personil mereka yang terbatas. Jumlah jamaah
yasin putra yang terbagi menjadi empat kelompok, sementara jumlah personil
putra hanya empat orang, membuat mereka kelabakan. Pada akhirnya beberapa
jamaah belum sempat dimasuki. Tetapi, insya Allah jamaah yang belum dimasuki
akan diprioritaskan di minggu berikutnya.
Kaitannya
dengan potensi lokal yang ada di wilayah Kalimanis, kebanyakan penduduk berprofesi
sebagai peternak. Mungkin, karena wilayahnya yang dekat dengan hutan lindung,
memudahkan mereka mencari rumput untuk ternaknya. Kebanyakan binatang ternak
mereka adalah kambing. Rata-rata mereka memiliki kambing dalam jumlah yang
cukup signifikan. Bisa anda bayangkan, rumah sederhana tetapi mereka memiliki
sekitar 30-85 ekor atau lebih kambing. Berapa zakatnya? Hehehe…
Mayoritas
penduduk berprofesi peternak, namun, di salah satu rumah ada produksi rumah
tangga berupa keripik mbote, ya, hanya satu rumah. Kripik mbote ini rasanya
gurih. Tetapi ya, hanya satu rasa itu. Ada baiknya jika anda pergi ke Kalimanis
anda bisa mampir dan membelinya untuk merasakan sensasi keripik mbotenya.
Karena
hanya satu rasa, dan pemasarannya hanya mengandalkan pemesanan, para mahasiswa
berencana untuk melakukan inovasi pada keripik ini. Mereka sedang menyusun
rencana agar bisa membuat keripik itu semakin menarik. Termasuk di antaranya
cara pengemasannya. Kapan momentnya? Tunggu saja tanggal mainnya, kata
inspiratornya, “Naila”.
Berkaitan
dengan hal tersebut saya juga mengusulkan agar mereka juga memikirkan bagaimana
cara pemasarannya agar bisa lebih dijangkau oleh masyarakat luas. Apalagi di
era teknologi informasi yang serba canggih semacam ini. Saya mengusulkan
bagaimana seandainya mereka membantu mempublikasikannya melalui akun media
sosial yang banyak bertebaran di dunia maya. Sebagai sample, saya bercerita
tentang wisata “Kebun Jeruk” di dekat rumah saya yang sampai menyedot ratusan
bahkan mungkin ribuan pengunjung. Hanya bermodal Facebook. Namun, karena system
manajerial yang kurang sehingga wisata yang dulu ramai kini terbengkalai. Alangkah
senangnya jika keripik mbote itu di publikasikan dan nantinya bisa menjadi
oleh-oleh khas Kalimanis yang menarik minat para konsumen.
Berkaitan
dengan beberapa program lain ke depan, mereka menginformasikan bahwa di minggu
ini ada sosialisasi dan penyuluhan tananman “TOGA”. Program ini diangkat oleh
para sahabat mahasiswa untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya tanaman
obat keluarga yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit, tentunya dengan biaya murah meriah dan aman dari efek samping. Perlu diingat
bahwa banyak hal yang bermanfaat di kanan-kiri kita, tetapi sayangnya sebagian
besar kita tidak menyadarinya dan hanya mengandalkan obat-obat kimia dari
dokter. Hal inilah yang kelihatannya ingin diangkat oleh para sahabat mahasiswa
dari kelompok Kalimanis 2.
Selain
itu mereka juga mengagendakan penyuluhan mengenai masalah kewanitaan. Banyak di
antara para remaja putrid dan bahkan ibu-ibu yang kurang memahami mengenai
darah haid, istihadlah dan nifas. Menyadari hal itu, maka akan diadakan
kegiatan penyuluhan yang nantinya bisa
memberikan pemahaman para remaja putri dan ibu-ibu mengenai masalah
tersebut. Tentunya, hal itu akan dimintakan bantuan dari narasumber yang
kompoten di bidangnya.
Saya
juga menanyakan hal yang berkaitan dengan potensi wisata alam yang saat survey
pernah disampaikan oleh Bapak Kades Kalimanis, Mujiono. Secara resmi, menurut
para mahasiswa beliau menyebut wisata tersebut dengan nama, “WISATA PUNCAK
LANGIT”. Wowww… keren bukan!!!
Kesempatan
yang baik bagi saya untuk menyempatkan diri mengunjungi tempat potensi wisata
tersebut. Benar saja, tempatnya sangat indah dan cocok bagi anda yang mengalami
kejenuhan akibat padatnya aktifitas.
Untuk
menuju ke tempat lokasi, memerlukan perjuangan yang cukup lumayan. Memang,
tidak seberapa jauh dari lokasi posko sahabat mahasiswa. Tetapi, akses jalan
menuju lokasi masih cukup sulit. Jalan yang berupa tanah pegunungan yang
lengket, licin di musim hujan. Serta jalan menanjak seperti ‘ondak-ondakan’,
tetapi belum ada pengamannya.
Saya
beberapa kali turun dari motor dan berjalan kaki hingga pada akhirnya sampai di
tempat parkir. Sesampai memarkir sepeda motor, saya bersama beberapa mahasiswa
yang turut serta berjalan perlahan mendaki. Perlu ekstra hati-hati karena
sekali lagi struktur tanah yang licin, hampir semuanya berupa tanah liat, tanpa
ada pengaman sama sekali.
Beberapa
kali kami berhenti untuk istirahat dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Alhamdulillah pada kisaran pukul 12.00 WIB kami sampai di tempat yang dijuluki “WISATA
PUNCAK LANGIT” ini.
Subhanallah,
sungguh menakjubkan. Betapa agungnya kekuasaan Allah. Dari tempat ini, kami
dapat menyaksikan hamparan ciptaan Allah nan indah. Di sebelah utara,-kalau
tidak salah, kami menyaksikan puncak gunung Kawi yang diselimuti oleh kabut. Dekat
di depan mata, indah sekali. Di arah berlawanan kami bisa menyaksikan bendungan
Karangkates dari atas. Hamparan sungai berantas dan sawah ladang yang begitu
indah memesona. Rugi rasanya, jika anda berkunjung ke Blitar dan belum melihat
pesona “WISATA PUNCAK LANGIT” ini.
Tetapi
sayang, potensi wisata yang sangat indah dan potensial ini belum mendapat
perhatian serius dari pemerintah setempat. Akan sangat rugi bila hal ini tidak
dikembangkan sebagai pusat wisata yang menjanjikan. Karena itu untuk para
mahasiswa KKN Kalimanis kiranya turut serta memikirkan hal ini, tentu bukan
dalam bentuk materi, tetapi dalam bentuk konsep yang bisa membantu masyarakat
setempat agar bisa mengambil manfaat dari potensi alam ini.
Ada baiknya
untuk diusulkan mengenai akses jalan menuju wisata ini. Akses wisata ini akan
semakin mengundang banyak wisatawan manakala akses jalannya bisa diperbaiki. Mengingat
akses jalan saat ini yang masih berbahaya, barangkali kurang menarik hati para
penikmat wisata.
Sepanjang
jalan ‘ondak-ondakan’ menuju lokasi, hendaknya bisa diperbaiki. Mungkin, untuk
membangun fisik secara permanen cukup membutuhkan biaya besar. Tetapi,-menurut
hemat saya, hal ini bisa disiasati tetap dengan membuat ‘ondak-ondakan’, tetapi
dengan memasang bamboo atau semacamnya sebagai pegangan bagi para pejalan untuk
lebih menjaga keamanannya. Di tengah ‘ondak-ondakan’ yang dibuat, bisa juga
ditanami dengan tanaman hias, dan pepohonan kecil yang lebih bisa membuat
menarik hati pengunjung.
Mengenai
puncaknya, “WISATA PUNCAK LANGIT” ini lokasinya memanjang dan di kelilingi oleh
jurang-jurang dalam dan terjal. Nampaknya, lokasi wisata ini pernah di kelola,
tetapi karena sesuatu dan lain hal mungkin terbengkalai lagi. Usul saya, agar
di sepanjang kanan-kiri dipasang pembatas yang bisa mengamankan pengunjung. Menata
bunga-bunga ditepian area lokasi dengan berbagai bentuk sehingga semakin
menarik pengunjung. Rumah pohon, nampaknya juga cukup menarik. Tetapi, yang
jelas, untuk modifikasinya lebih dibuat menarik lagi.
Untuk
membuat tempat wisata, memang diperlukan pendanaan yang besar. Tetapi, -menurut
saya, karena potensi alamnya saja yang sudah begitu indah, pendanaan itu bisa sambil
berjalan. Pada awal prosesnya barangkali yang bisa dilakukan adalah dengan
memanfaatkan potensi lokal yang ada. Dengan bahan-bahan yang ada di sekitar,
memodifikasinya sehingga menjadi hal menarik dan layak jual. Inilah tugas para
mahasiswa untuk membuat konsepnya, sementara pihak desa lah yang akan
mengeksekusinya.
Berkaitan
dengan wisata ini, mahasiswa saya minta untuk bermusyawarah dan membuat konsep
yang menarik, terutama untuk kalangan muda-mudi. Mengingat, mayoritas penggemar
wisata adalah mereka yang berjiwa muda. Selain itu mereka kiranya juga membantu
publikasinya melalui akun jejaring sosial media yang mereka miliki sehingga
wisata “PUNCAK LANGIT” ini segera di kenal dunia. Semoga.
Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar