Musuh Paling Berbahaya

 

Musuh Paling Berbahaya

(Seri Khutbah Jum’ah)



Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Marilah pada kesempatan yang penuh barakah ini, kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt., dengan berupaya sekuat mungkin menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh dengan bekal iman dan taqwa, kita akan menjadi orang yang beruntung dalam kehidupan dunia, terlebih saat kita kembali menghadap-Nya kelak di hari kiamat.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Segala sesuatu selain Allah swt. adalah makhluk, artinya sesuatu yang diciptakan. Makhluk ini adakalanya yang hidup dan ada pula yang mati. Yang hidup seperti binatang, tumbuhan, manusia, jin dan malaikat. Adapun yang mati seperti kayu, batu, meja, kursi dan sebagainya.

Salah satu karakter dari makhluk hidup adalah ketergantungannya kepada yang lain. Makhluk hidup tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan lainnya. Tumbuhan, tumbuh subur manakala ada zat hara, pupuk, air dan zat lain yang dibutuhkannya, termasuk diantara yang memiliki ketergantungan adalah manusia.

Secara kodrati, manusia selalu membutuhkan yang lain. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia memerlukan makanan, air, oksigen dan zat lainnya. Lebih dari itu, manusia juga memiliki karakter yang berbeda dari makhluk selainnya, yakni sebagai makhluk sosial. Makhluk yang senantiasa membutuhkan sesamanya untuk saling berinteraksi.

Namun, dalam kehidupannya manusia yang merupakan anak cucu Nabi Adam as., memiliki musuh yang abadi, yakni syaithan. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (Qs. Al-Baqarah (2); 208).

Sejak terusirnya Iblis yang merupakan nenek moyang syaithan dari surga, permusuhan itu dimulai. Iblis memproklamirkan diri sebagai musuh abadi bagi Nabi Adam as beserta anak cucunya. Ia berjanji akan menjerumuskan anak cucu Nabi Adam as agar terjerumus ke jalan yang sesat. Bahkan, Iblis secara terang-terangan meminta kepada Allah swt agar diberi kesempatan hidup sampai datangnya hari kiamat.

            Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Meskipun Iblis beserta anak cucunya telah memproklamirkan diri sebagai musuh abadi manusia, dan berjanji untuk menggodanya agar terjerumus ke jalan yang sesat, namun Allah swt ternyata masih menunjukkan bahwa ada musuh manusia dalam bentuk lain yang lebih berbahaya dibandingkan Iblis. Musuh yang paling berbahaya itu disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (204)

Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Qs. Al-Baqarah (2); 204).

Iblis sebesar apapun bahayanya, namun kita selalu wasapada bahwa ia adalah musuh bagi umat manusia. Setiap orang mukmin akan berupaya semaksimal mungkin untuk bisa menjauhi semua bentuk tindakan yang dibisikkan olehnya ke dalam dirinya.

Berbeda dengan musuh yang digambarkan Allah swt dalam ayat tersebut. Ayat ini mengindikasikan bahwa musuh yang paling berbahaya bagi seorang mukmin, sesungguhnya adalah musuh dari jenis manusia sendiri.

Sebagian diantara manusia ada yang “perkataan”-nya membuat kita ta’jub, merasa terkagum-kagum dengan apa yang disampaikannya. Lisannya menyampaikan secara fasih, berbagai perkataan indah yang memukau setiap pendengarnya. Dia mengungkapkan “kesaksiannya” kepada Allah swt atas apa yang ada di dalam hatinya. Seolah dia adalah seorang yang beriman, yang hanya kepada Allah, ia sandarkan seluruh urusannya.

Banyak orang terjebak merasa percaya dengan argumentasi-argumentasi serta dalil-dalil yang dibangunnya, namun sejatinya ia adalah musuh yang paling berbahaya. Imam Al-Thabari di dalam tafsirnya menyebutkan:

قال أبو جعفر: وهذا نعت من الله تبارك وتعالى للمنافقين،

Artinya: Abu Ja’far mengatakan: Ini merupakan sifat yang diberikan Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada orang-orang munafik.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Seperti apapun bahayanya syaithan bagi anak cucu Nabi Adam as, namun bahayanya masih dikalahkan oleh bahaya orang-orang munafik. Syaithan menggoda manusia dari sisi dimana manusia tidak mengetahuinya. Al-Qur’an menegaskan: 

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27)

Artinya: “Sesunggunya ia (syaithan), dia beserta anak keturunannya, melihat kamu dari sisi yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami menjadikan syaithan itu kekasih-kekasih bagi orang-orang yang tidak beriman. (Qs. Al-A’raf (7); 27).

Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka nampak dan nyata. Di hadapan kita mereka berlaku baik, seolah mereka adalah orang yang senantiasa condong pada kebenaran, mendukung setiap perjuangan. Namun, di balik itu semua, ada maksud terselubung yang diinginkan. Mereka hanya sekadar mencari keuntungan pribadi dan untuk selanjutnya mereka akan membuat kerusakan tanpa sepengetahuan kita. Lebih bahaya lagi, mereka menjadi duri dalam daging yang menghancurkan kebaikan dari dalam.

Semoga Allah, memberikan pertolongannya kepada kita semua, sehingga kita menjadi orang-orang yang diselamatkan dari sifat munafik, dan kelak kita dikumpulkan bersama Rasulullah saw di surga. Aamiin.

 

Komentar