Lahirnya Isa Putra Maryam
(Seri Pengajian Jum’at Pon Bersama K.H. Syaikhuddin)
Siapa
yang tak mengenal Isa putra Maryam? Seorang anak yang terlahir tanpa bapak. Seorang
yang dianggap sebagai ruh qudus bagi kalangan Nashara. Ia adalah satu diantara
nabi dan rasul yang diutus Allah Swt. untuk umat manusia pada zamannya.
Setiap
manusia memiliki keinginan biologis untuk menyalurkan hasratnya kepada lawan
jenisnya. Demi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Allah telah mensyariatkan ‘pernikahan’
untuk umat manusia. Syariat nikah ini adalah jalan keluar yang diberikan-Nya
agar manusia tidak terjerumus kepada perbuatan yang dilarang-Nya, memuliakannya
di atas makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Ya manusia
memang tercipta lebih mulia dibandingkan makhluk lainnya. Karena alasan itulah,
Allah Swt. memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam As. saat ia
di surga. Bukan hal mudah tentu bagi mereka yang telah lama menghuni surga
sebelum Nabi Adam diciptakan. Tetapi, ketaatan akan perintah Allah Swt. sebagai
Tuhan-lah yang menjadikan malaikat tunduk patuh, dengan keikhlasan hati
bersujud padanya, bukan sebagai Tuhan yang disembah, melainkan bentuk
penghormatan kepada makhluk yang diciptakan oleh Tuhannya.
Lain
halnya dengan Iblis yang menolak bersujud padanya. Kesombongan telah membutakan
mata hatinya, hingga ia tidak mau tunduk pada perintah Tuhannya. Bahkan ia
mengumumkan perang pada Nabi Adam As. dan seluruh anak cucunya hingga datangnya
kiamat.
Perintah
Allah kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam As. setidaknya menjadi bukti
akan kedudukannya di atas makhluk lainnya. Mengapa manusia lebih unggul? Keunggulan
itu terletak pada akalnya yang sempurna sehingga ia mampu menjawab semua
persoalan yang diajukan kepadanya.
Kembali
ke persoalan nikah. Kodrat manusia memang memiliki kebutuhan terhadap lain
jenisnya, yang karenanya Allah mensyariatkan pernikahan. Saat seseorang menikah
beragam motif yang melatarbelakanginya. Boleh jadi setiap orang memiliki maksud
yang berbeda dengan lainnya saat memutuskan untuk menikah.
Adakalanya
seorang menikah hanya sekedar ingin menyalurkan hasrat seksualnya, ada pula
yang menginginkan keturuan yang dengannya kehidupannya akan berlanjut. Saat berkeinginan
memiliki keturunan, ada diantara mereka yang hanya sekedar bermaksud agar ada
yang melanjutkan apa yang selama ini dikerjakannya. Mengelola asset yang akan
ditinggalkannya, merawatnya di saat usia senja menyapa dan beragam motif
semisalnya. Tetapi jarang di antara mereka yang berkeinginan agar kelak ada
penerus perjuangannya dalam menegakkan kalimat Allah di dunia. Menjaga agar
agama Allah tetap lestari hingga saat yang ditentukan-Nya.
Saat
Imran dan Hannah telah memasuki usia senja dan anak yang mereka dambakan tak
kunjung hadir, rasa gundah gulana menyelimuti dirinya. Tetapi, ia tetap menaruh
harapan kepada Allah Swt. bahwa meski usianya telah menua, Ia tetap berkuasa
memberikan keturunan padanya. Keresahan Imran diabadikan dalam al-Qur’an Surat
Maryam (19); 4-6:
قَالَ
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ
أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ
وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5)
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)
Artinya:
“Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh (semua)
tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada-Mu, Ya Tuhanku, Dan sungguh, aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah
aku seorang anak dari sisi-Mu,. yang akan mewarisi aku dan
mewarisi dari keluarga Ya'qub; dan jadikanlah dia, Ya Tuhanku, seorang yang
diridhai”. (Q.S. Maryam (19); 4-6)
Allah pada akhirnya mengabulkan do’a Imran. Hannah istrinya
mengandung seorang anak dalam rahimnya. Maka saat mengandung, istrinya
bernadzar. Nadzar itu diabadikan dalam al-Qur’an Surat Ali Imran (3); 35:
إِذْ قَالَتِ
امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا
فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35)
Artinya: “(Ingatlah), ketika
isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada
Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di
Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Ali Imran
(3); 35)
Namun, harapan akan lahirnya seorang anak lelaki shalih yang
akan berkhidmah di Baitul Maqdis ternyata meleset. Hannah melahirkan seorang
anak perempuan yang selanjutnya diberi nama Maryam. Pada akhirnya Maryam dirawat
oleh pamannya Nabi Zakariya. Ia mendapatkan tempat khusus di Masjid dan ia
dibesarkan di sana.
Kehidupan Maryam senantiasa dipenuhi dengan ketaatan
kepada-Nya. Tak sekalipun tampak tanda-tanda penyimpangan yang dilakukannya. Ia
dikenal sebagai seorang yang shalihah dan taat pada perintah Allah Swt. Saat
Nabi Zakariya berkunjung ke kamarnya, ia menjumpai banyak makanan di sana. Nabi
Zakariya pun bertanya dari mana ia mendapatkan makanan itu? Maryam menjawab
bahwa Allah memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Singkat cerita tatkala Maryam tumbuh menjadi seorang gadis
yang berusia baligh, datanglah utusan Allah kepadanya. Mengabarkan bahwa ia
akan dikaruniai seorang anak. Betapa kagetnya ia, bagaimana mungkin dirinya
yang selama ini belum tersentuh seorangpun akan bisa mempunyai anak? Tetapi itulah
kehendak Allah. Ia pun hamil.
Saat-saat berat dilalui Maryam. Kabar kehamilannya tersebar. Muncul
banyak tuduhan miring terhadapnya. Hingga tiba saat Maryam melahirkan,
datanglah perintah Allah untuk menyingkir ke sebuah tempat yang kemudian
dikenal denga nama Betlehem (Baitullahmi). Di sini Maryam melahirkan sendirian
tanpa seorang yang membantunya. Karunia Allah-lah yang menyelamatkannya dan
persalinan berjalan dengan lancar.
Saat usia anak yang baru lahir mencapai 40 hari, kembalilah
ia pada kaumnya. Para penduduk menyambutnya dan mengerumuninya, seraya ingin
mengetahui siapakan gerangan ayah dari bayi yang telah dilahirkannya. Maryam hanya
diam dan menunjuk kepada bayi itu. Memberikan isyarat agar mereka bertanya
kepada bayi yang baru lahir tersebut siapa ayahnya.
Tentu semakin terasa aneh bagi para penduduk. Mereka harus
bertanya pada seorang anak yang usianya baru saja mencapai kisaran 40 hari. Tetapi
rasa penasaran itu mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Betapa kagetnya
saat ternyata bayi tersebut mampu menjawab dengan fasihnya bahwa ia adalah
hamba Allah yang kelak diberikan padanya al-Kitab, menjadi seorang Nabi,
berbuat baik kepada ibunya, dan senaniasa diberkahi di mana pun ia berada. Ya,
dialah Isa putra Maryam yang lahir tanpa seorang ayah dan berasal dari ruhnya
yang qudus.
Semoga bermanfaat...
Allahu A'lam...
Komentar
Posting Komentar